skip to main |
skip to sidebar
ARTRITIS RHEMATOID
Introduction
l AR adalah penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama POLIARTRITIS PROGRESIF yang melibatkan seluruh organ tubuh
l Penyakit inflamasi sistemik kronik terutama mengenai sendi diartrodial, termasuk penyakit outoimun dengan etiologi yang tidak diketahui
l Penyakit menahun dengan causa yang tidak diketahui, menyerang sebagian besar jaringan ikat tubuh terutama sendi-sendi kecil khususnya sendi-sendi jari, ditandai dengan peradangan proliferatif dari selaput sendi yang dapat menyebabkan perubahan bentuk, ankilosis dan cacat
l Kemajuan IPTEK menyebabkan terjadinya perubahan konsep AR sebagai penyakit termasuk etiologi, diagnostic, patogenesis dan penatalaksanaannya.
Epidemiologi
l Penyakit luas, menyebar ke seluruh dunia, outbreak tidak mengenal ras dan kelompok etnik.
l Sering dijumpai pada wanita dengan tingkat perbandingan 3 : 1 sedang pada Perempuan Usia Subur (PUS) bisa mencapai 5 : 1.
l Meskipun belum dipastikan sebagai penyebab, namun faktor genetik, hormonal, infeksi dan heat shock protein (HSP) diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas AR
Etiologi
l Utamanya faktor genetik dan lingkungan, dibuktikan dengan adanya hubungan antara produk kompleks histocompatibility utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif, yang memiliki resiko relatif 4 : 1 untuk terpapar penyakit ini
l Diduga karena gangguan hormonal pada wanita hamil
l Tahun 1930, etiologi pasti untuk AR adalah INFEKSI karena umumnya ONSET AR terjadi secara mendadak dan timbul yang disertai adanya gambaran inflamasi
l Peptidoglikan atau endotoksin MO diduga pencetus AR
l MO yang terlibat adalah bakteri, mikoplasma dan virus
l Heat Shock Protein dan sel T pasien AR hubungannya perlu dicurigai
Patogenesis
l Terjadi akibat rantai peristiwa imunologis (RPI)
l RPI terhenti bila antigen penyebab AR dapat dihilangkan dari lingkungannya
l Pada kasus AR, antigen atau komponen antigen menetap pada struktur persendian sehingga destruksi persendiaan terus berlangsung, kemungkinan juga disebabkan oleh faktor reumatoid
l Waspadai terbentuknya PANNUS yaitu elemen yang paling destruktif dalam patogenesis AR
l Secara histopatologis, daerah perbatasan rawan sendi dan PANNUS terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan
Klasifikasi dan Kriteria Diagnostik RA
l American Rheumatism Association (ARA) 1958, AR dibedakan atas classic AR, definite AR, probable AR dan possible AR
l Tahun 1987 ARA mempublikasikan susunan kriteria klasifikasi AR yaitu kaku pagi hari, artritis pada tiga daerah, artritis pada persendian tangan, artritis simetris, nodul reumatoid, faktor reumatoid serum dan perubahan gambaran.
Manifestasi Klinis AR
l Gejala awal AR adalah serangan poliartritis akut, gejala berkembang perlahan dalam masa beberapa minggu
l Saat ini AR dapat bermanifestasi sebagai palindromic rheumatism yang melibatkan satu anggota persendian
l Manifestasi lainnya adalah pauciarticular rheumatism, melibatkan empat anggota persendian
Manifestasi Artikular
l Gejala inflamasi akibat aktifitas sinovitis yang bersifat reversibel, dengan gejala klinis kaku pada pagi hari, dapat diatasi dengan pengobatan medikamentosa atau pengobatan non surgikal lainnya
l Gejala akibat kerusakan struktur persendian yang bersifat ireversibel, misalnya erosi tulang periartikular merupakan proses yang tidak dapat diperbaiki lagi dan memerlukan modifikasi mekanik atau pembedahan rekonstruktif
l Deformitas persendian pada AR terjadi akibat mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya sinovitis dan pembentukan pannus
MA : Vertebra Servikalis
l VS merupakan segmen yang sering terlibat pada AR
l Proses inflamasi melibatkan persendian diartrodial yang tidak tampak
l Gejala awal AR pada VS umumnya bermanifestasi sebagai kekakuan pada seluruh segmen leher, disertai dengan berkurangnya lingkup gerak sendi secara menyeluruh
l Mielopati dapat timbul akibat terjadinya erosi prosesus odontoid yang menyebabkan pengendoran dan ruptura ligamen sehingga menimbulkan penekanan pada medula spinalis
MA : Gelang Bahu
l Onset dapat mengurangi lingkup gerak sendi gelang bahu
l Kurang diperhatikan karena ruang gerak gelang bahu tidak terlalu luas
l Perlu diperhatikan kekakuan gelang bahu yang berat atau Frozen Shoulder Syndrome
l Preventif dengan olahraga yang teratur
MA : Siku
l Sinovitis Artikulasio Kubiti (SAK) mudah diraba karena terletak superfisial
l Sinovitis dapat menimbulkan penekanan pada nervus ulnaris yang menimbulkan gejala stres neuropati
MA : Tangan
l Berlainan dengan persendian Distal Inter Phalangeal (DIP) yang relatif jarang dijumpai, keterlibatan persendian pergelangan tangan, MCP dan PIP hampir selalu dijumpai pada AR
l Selain gejala yang berhubungan dengan sinovitis, pada AR juga dijumpai nyeri atau disfungsi persendian akibat penekanan nervus medianus yang terperangkap dalam rongga karpalis yang mengalami sinovitis sehingga menyebabkan gejala carpal tunnel syndrome
l AR dapat menyebabkan TENOSINOVITIS akibat pembentukan nodul reumatoid sepanjang sarung tendon yang menghambat gerakan tendon dalam sarungnya
l TENOSINOVITIS pada AR menyebabkan erosi tendon dengan akibat terjadinya ruptur tendon yang terlibat
MA : Panggul
l Sendi panggul terletak dalam pelvis, kelainannya akibat AR sulit dideteksi dalam keadaan dini
l Biasanya ditandai dengan adanya keterbatasan gerak yang tidak jelas atau gangguan ringan pada aktifitas tertentu seperti saat mengenakan sepatu
l Perkembangan gangguan sendi pada panggul lebih cepat bila dibanding pada sendi-sendi lainnya
MA : Lutut
l Penebalan sinovial dan efusi lutut mudah dideteksi pada pemeriksaan
l Herniasi kapsul sendi ke arah posterior dapat menyebabkan terbentuknya kista Baker
Kaki dan Pergelangan Kaki
l Keterlibatan persendian MTP, talona vikularis dan pergelangan kaki merupakan gambaran khas AR
l Persendian dan pergelangan kaki merupakan struktur yang menyangga BB, keterlibatan ini menyebabkan disfungsi dan rasa nyeri yang lebih berat dibanding keterlibatan ekstremitas atas
l Peradangan pada talonavikularis menyebabkan spasmus otot yang menimbulkan deformitas berupa pronasio dan eversio kaki yang khas pada AR
Manifestasi Ekstraartikular
l Kulit : jarang dijumpai di Indonesia, di negara Barat nodul reumatoid pada fase aktif di bawah kulit merupakan gejala AR yang patognomonis. Bentuk lain adalah vaskulitis yang bermanifestasi sebagai lesi purpura atau ekimosis pada kulit dan nekrosis kuku
l Mata : yang sering dijumpai pada AR adalah kerato-konjungtivitis sicca yang merupakan manifestasi sindrom Sjogren, hanya saja gejala sering tidak dirasakan pasien
l Sistem respiratorik : peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai pada AR, gejala umum adalah nyeri tenggorokan dan disfonia yang sering dirasakan pada pagi hari. Disamping itu paru juga merupaka organ yang sering terlibat AR
l Sistem kardiovaskuler : jarang dijumpai perikarditis berupa nyeri dada atau gangguan faal jantung. Lesi inflamtif menyerupai nodul reumatoid dapat dijmpai pada miokardium dan katup jantung, yang menyebabkan disfungsi katup, fenomen embolisasi, gangguan konduksi, aortitis dan kardiomiopati
l Sistem gastrointestinal : pada AR tidak pernah dijumpai kelainan traktus gastrointestinalis yang spesifik. Kelainan umum seperti gastritis dan ulkus peptikus akibat komplikasi penggunaan OAINS atau DMARD
l Ginjal : pada AR jarang dijumpai glomerular. Penemuan proteinuria pada pasien AR disebabkan efek samping pengobatan dengan garam emas, d-penisilamin atau faktor sekunder akibat amiloidosis
l Sistem syaraf : patogenesis komplikasi neurologis pada AR berhubungan dengan mielopati akibat instabilitas vertebra, servikal, neuropati jepitan atau neuropati iskemik akibat vaskulitis
l Sistem hematologis : anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan gambaran eritrosit normositik-normokromik atau hipokromik ringan yang disertai dengan kadar besi serum yang rendah serta kapaitas pengikatan besi yang normal atau rendah merupakan gambaran umum yang sering dijumpai pada AR. Pada pasien AR yang berat dengan HLA-DR4 positif sering dijumpai sindrom felty yang merupakan gabungan dari gejala AR, splenomegali, leukopenia dan ulkus pada tungkai
Diagnosa
Kriteria diagnosis (ACR, 1987) :
l Kaku pagi, sekurangnya satu jam
l Artritis pada sekurangnya 3 sendi
l Artritis pada sendi pergelangan tangan, metacarpophalanx (MCP) dan proximal interphalanx (PIP)
l Artritis yang simetris
l Nodul reumatoid
l Faktor reumatoid serum positif
l Gambaran radiologik yang spesifik
Diagnosa Banding
l Spondiloartropati seronegatif
l Sindrom Sjogren
Pemeriksaan Penunjang
l LED dan CRP
l Faktor reumatoid serum. Hasil (+) dijumpai pada sebagian besar kasus (85%), sedang hasil (-) tidak menyingkirkan adanya AR
l Analisis cairan sendi
l Radiologi tangan dan kaki
l Biopsi sinovium
Terapi
l Penyuluhan
l Proteksi sendi terutama pada stadium akut
l OAINS
l Obat remitif atau Disease Modifying Anti Rheumatoi Drug (DMARD)
l Glukokortikoid
l Injeksi steroid intraartikular bila 1-2 sendi yang meradang
l Fisioterapi, terapi okupasi dan orthosis
l Operasi untuk memperbaiki deformitas
Komplikasi
l Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck dan deviasi ulnar)
l Sindrom terowongan carpal
Rehabilitasi Pasien AR
l Menguangi rasa nyeri
l Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
l Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
l Mencegah terjadinya deformitas
l Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
l Mempertahankan kemandirian sehingga tidak tergantung pada oramg lain
0 comments
Post a Comment