TUBERKULOSIS EKSTRA PARU SERTA PENYEBARANNYA
oleh : dr. Dewi R. Y.
Tuberkulosis ekstraparu adalah pasien dengan gambaran klinis sesuai dengan tuberkulosis aktif atau pasien dengan kelainan histologis atau pasien dengan satu sediaan dari organ ekstraparunya menunjukkan hasil bakteri Mycobacterium tuberculosis.1 Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru yaitu saluran napas bagian atas (epiglotis, laring, faring), mulut, tonsil, lidah, selaput otak, perikardium, kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, usus/peritoneal, mata, adrenal, kulit dan jaringan di bawah kulit (abses).1,2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Lebih sering ditemukan di negara berkembang dengan penyakit tuberkulosis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.1,3 Kasus total dari tuberkulosis ekstraparu dari suatu negara ditemukan antara 4000/tahun.4 Tuberkulosis ekstraparu terjadi apabila terdapat daya tahan tubuh yang rendah. Risiko tinggi untuk mendapat tuberkulosis ekstraparu meningkat pada orang yang terinfeksi HIV, anak-anak, dan pada orang tua. Dari 50% pasien yang mempunyai tuberkulosis aktif ditemukannya penyakit tuberkulosis ekstraparu dan 25% dari pasien yang didiagnosis tuberkulosis ekstraparu biasanya selalu mempunyai riwayat tuberkulosis dan sering dengan terapi yang tidak adekuat.5,6 Penelitian di Amerika membuktikan bahwa anak-anak dengan usia di bawah 15 tahun, dan orang tua dengan usia di atas 65 tahun, perempuan, penduduk asing suatu negara lebih mudah untuk mendapatkan tuberkulosis ekstraparu.4,6
2.3 ETIOLOGI
Tuberkulosis ekstraparu disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sebagai basil tuberkel merupakan salah satu dari tiga puluh genus Mycobacterium. Lebih dari 80% Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil mengenai organ tubuh lain. 2,3 Kuman tuberkulosis berbentuk batang ramping lurus berukuran panjang 0,4 x 3 mm, mempunyai dinding sel lipid sehingga tahan terhadap asam, ketika dilakukan pewarnaan Ziehl Neelson kuman berwarna merah dengan latar belakang berwarna biru. Oleh karena itu kuman ini disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup dalam beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama dalam beberapa tahun.3,7,8 Gambar 2.1 Penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis 5
2.4 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS EKSTRAPARU
Tuberkulosis ekstraparu di klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terinfeksi. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas secara tersendiri.7,9,10
2.4.1 TUBERKULOSIS PADA SALURAN NAPAS BAGIAN ATAS: EPIGLOTIS, LARING, FARING
Hampir semua tuberkulosis pada traktus respiratoris atas merupakan komplikasi penyakit paru. Terapi infeksi secara hematogen kadang menyebabkan tuberkulosis laring sering didiagnosis salah sebagai kanker laring. Kelainan epiglotis dan faring sering diikuti tuberkulosis laring.7,11
- Penderita batuk dan keluar spuntum selama beberapa waktu karena penyakit laring lebih sering tejadi pada tuberkulosis lanjut. Penderita menurun berat badannya.
- Suara serak dan perubahan suara menjadi serak- serak basah.
- Otalgia
- Odinofagia (sakit telan) biasanya epiglotis terkena. Rasa sakit dapat berat.
- Pada tingkat lanjut ditemukan ulkus pada lidah
- Penelitian menunjukkan ulkus pada pita suara atau area lain traktus respiratorius atas.7,9,12,13
- Pemeriksaan sputum tuberculosis
- Foto toraks.
- Biopsi. 7,12
2.4.2 TUBERKULOSIS PADA MULUT, TONSIL dan LIDAH
Tuberkulosis mulut jarang terjadi. Biasanya terdapat pada gusi, berupa pembengkakan yang tidak nyeri dan sering kali menjadi ulkus. Lesi primer disertai pembengkakan kelenjar limfe regional. Tuberkulosis mulut dan tonsil penularannya lewat susu yang terinfeksi, kadang dari makanan maupun droplet lewat udara. 7,14 Lesi lidah biasanya merupakan lesi skunder dari tuberkulosis paru. Lesinya berbentuk ulkus dan mungkin sangat nyeri. Respon terhadap kemoterapi baik. 7,15
2.4.3 TUBERKULOSIS MENINGITIS
Tuberkulosis meningitis merupakan masalah besar dan penting sebagai penyebab kematian di beberapa negara. Human Mycobacterium tuberkulosis merupaka penyebab, tetapi mikobakteria lain terjadi pada penderita Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).7
- Peradangan selaput meningen
- Terbentuknya masa abu-abu seperti jeli di dasar otak
- Peradangan dan penyempitan arteri, sehingga terjadi kerusakan lokal pada otak.
- Meningitis menyebabkan nyeri kepala, muntah dan kaku kuduk
- Eksudat abu-abu pada dasar otak menyebabkan gangguan N.II-VIII berupa gangguan penglihatan, paralisis kelopak mata, pupil anisokor, ketulian. Oedem papil terjadi pada 40% penderita.
- Kerusakan arteri menyebabkan gangguan berbicara, gangguan motorik anggota gerak. Beberapa area otak mungkin mengalami kerusakan bersama.
- Kadang terjadi hidrosefalus. Ini terjadi karena tersumbatnya saluran cairan serebrospinal oleh eksudat. Hidrosefalus merupakan penyebab utama gangguan kesadaran. Kerusakan yang ditimbulkan mungkin permanen dan merupakan tanda prognosis yang buruk.
- Blockade spinal oleh eksudat dapat menyebabkan kelemahan ’upper motor neuron’ atau paralisis tungkai.
- Perlu dicari tuberkulosis di lain tempat diseluruh tubuh:
- Tuberkulosis kelenjar getah bening
- Dari pemeriksaan foto rontgen dapat ditemukan tuberkulosis paru, tuberkulosis milier.
- Pembesaran hati dan lien.
- Tuberkulosis koroid, tuberkel terlihat pada pemeriksaan retina.
- Tekanan: biasanya meningkat
- Kejernihan : mula-mula jernih dan kemudian membentuk jaring laba-laba. Mungkin kekuningan bila terjadi blokade spinal.
- Sel 200-800/m3. Mula-mula banyak sel neutrofil (tapi tidak sebanyak infeksi baktrial) ada akhirnya banyak limfosit.
- Glukosa: rendah pada 90% penderita, tetapi mungkin normal pada tahap awal. Ini penting untuk membedakan dengan infeksi virus yang glukosanya normal.
- Bakteriologi: preparat hapus (+) hanya pada 10% penderita, kecuali jika volumenya banyak (10-12ml) dan disentripus kuat dan lama. Jika diamati selama 30 menit, maka hampir 90% penderita hasilnya (+). Biakan bias dilakukan bila mungkin. Biasanya (+), tetapi ini hanya untuk konfirmasi diagnosis yang terlambat karena prosesnya lama. Diagnosis bakteriologis banya ditegakkan bila dijumpai kuman di spesimen, seperti sputum dan pus.
2.4.4 TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
Penyakit ini jarang dijumpai, hanya di daerah tertentu khususnya bila infeksi HIV tersebar luas, antara lain di Transkei.7,9
- Perikarditis kering berupa:7
- Nyeri akut dibelakang sternum, yang akan membaik bila penderita duduk condong kedepan
- Terdengar suara gesekan pada saat bunyi jantung
- EKG: perubahan gel-T melebar.
- Efusi perkardial:7
- Sesak napas saat kegiatan (ataupun istirahat)
- Nadi cepat dan paradoksial, atau terjadi penurunan tekanan darahdan tekanan nadi saat inspirasi. (normalnya tekanan rongga dada yang negatif saat inspirasi akan memacu darah dari vena ke jantung, tetapi hal ini dihambat oleh cairan efusi). Hal ini jarang dijumpai;
- Tekanan darah rendah (kadang berat)
- JVP meningkat
- Pembesaran hati
- Cairan dalam rongga perut
- Demam (bervariasi)
- Suara gesekan mungkin hilang bila cairannya banyak, tapi biasanya tetap terdengar.
- Uji tuberkulin biasanya positif.
- Sesak napas. Selama paru belum edema. Penderita bisa tiduran tanpa menimbulkan sesak selama belum edema paru tidak terdengar krepitasi.
- Edema kaki dsb, terjadi karena hambatan curahan darah vena sistemik.
- Hati mungkin sangat besar, mungkin ada asites dan pembesaran lien.
- Jantung kecil dan lemah. Lemahnya suara jantung berbeda dengan kasus gagal jantung kongestif yang jantungnya melebar
- JVP meningkat selama inspirasi menurun
- Terjadi nadi paradoksikal
- Cari tanda tuberkulosis di organ lain
- Ada tuberkulosis di bagian tubuh manapun
- Kultur cairan perikardium (60% positif)
- Biopsi perikardium, (70% positif)
2.4.5 TUBERKULOSIS KELENJAR GETAH BENING
- Pada orang dewasa mengingat kemungkinan bahwa perluasan nodus mungkin disebabkan timbunan karsinoma yang berasal dari karsinoma primer dari tempat lain (area pindahan). Kelenjar yang keras di medial bagian dalam klavikula sering dihubungkan dengan kanker paru. Di beberapa negara kejadian ini berkembang sering dengan kebiasaan merokok yang meluas.
- Pada dewasa, seperti pada anak-anak, biasanya tanpa disertai demam, kadang-kadang subfebril. Pada keadaan tertentu terdapat demam yang sangat tinggi pada orang dewasa yang dengan foto rontgen toraks menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening di leher.
2.4.6 TUBERKULOSIS TULANG dan SENDI
Kuman tuberkulosis dapat menyebar dari kompleks primer ke tulang atau sendi manapun. Risiko kejadian tersebut semakin besar pada anak dengan usia semakin muda. Kebanyak dari tuberkulosis tulang atau sendi terjadi dalam waktu 3 tahun sesudah terjadinya infeksi pertama, tetapi dapat saja timbul lebih lama sesudahnya. Sekalipun tulang atau sendi manapun dapat terkena, tetapi yang menahan berat badan cenderung lebih sering terkena adalah tulang belakang, kemudian pinggul, lutut, serta tulang-tulang kaki, sedangkan tulang-tulang lengan atau tangan lebih jarang terkena. Pembengkakkan pada sendi muncul secara perlahantanpa adanya rasa panas atau nyeri akut seperti pada infeksi septik (sekalipun sendi terkadang teraba sedikit lebih hangat, dibandingkan dengan sendi tungkai sebelahnya). Pembengkakan yang muncul secara perlahan pada daerah di sekitar tulang atau sendi perlu mengarahkan anda pada kemungkinan adanya tuberkulosis.1,3,7,17 Berhubung temuan klinis tuberkulosis tulang dan sendi pada orang dewasa dan anak serupa, keduanya akan dibicarakan bersama pada bagian berikut ini.7,17
2.4.6.1 Tuberkulosis Tulang Belakang
- Gejala pertama adalah rasa nyeri, untuk mengurangi rasa tersebut, anak atau orang dewasa yang sakit enggan menggerakkan punggungnya, sehingga seakan-akan kaku. Orang tersebut akan menolak untuk membungkuk atau mengangkat barang dari lantai. Bila diminta, orang tersebut akan menekuk lututnya agar punggung tetap lurus. Nyeri tersebut berkurang bila orang tersebut beristirahat.7
- Tanda-tanda pada berbagai lokasi:7,9
- Pada leher: bila vertebra servikal terkena, pasien akan enggan menoleh dan mungkin menumpangkan dagunya pada tangan bila duduk. Orang tersebut dapat saja merasakan nyeri pada leher dan bahunya. Sesuai jalur abses, dapat timbul benjolan lunak yang berfluktuasi pada salah satu sisi leher di belakang otot strenomastoideus atau menonjol di bagian belakang mulut (faring).
- Pada punggung ke bawah hingga ke tulang rusuk terakhir (region torakalis). Dengan adanya penyakit pada daerah tersebut, pasien merasa punggungnya kaku. Bila orang tersebut memutar tubuhnya, ia akan memutar kakinya ketimbang memutar pinggulnya. Bila mengenai sesuatu dari lantai, pasien akan menekuk lututnya sementara punggungnya tetap kaku. Di kemudian hari, dapat tampak benjolan atau lekukan pada tulang belakang (Gibbus) yang menandakan lokasi kolapsnya badan vertebra.
- Abses dapat meluas membentuk jalur yang dapat mengelilingi dada ke kiri atau ke kanan dan muncul sebagai benjolan yang lunak ada dinding dada. (abses dingin yang serupa dapat ditimbulkan oleh tuberkulosis kelenjar getah bening interkostal). Bila abses tersebut menekan punggung susunan saraf tulang belakang dapat tertekan dan mengakibatkan paralisis (paraplegia).
- Bila tulang belakang di bawah dada yang terkena (region lumbal), letaknya juga di tulang belakang bagian bawah, tetapi nanah dapat masuk ke dalam otot-otot yang sama sebagaimana terjadi pada tulang belakang yang lebih tinggi. Bila hal ini terjadi, tuberkulosis tersebut dapat tampak sebagai benjolan lunak di atas atau di bawah ligament lipat paha atau lebih di bawah lagi pada sisi dalam dari paha (abses psoas). Nanah dapat menyusuri pelvis hingga mencapai permukaan di belakang sendi pinggul, hal ini jarang terjadi. Di negara-negara dengan prevalensi tinggi, pada 1 dari 4 pasien dengan tuberkulosis spinal terdapat abses yang dapat di raba secara klinis.
- Pada pasien yang kurang gizi. Dapat timbul demam (terkadang demam tinggi). Penurunan berat badan dan hilangnya nafsu makan. Pada sebagian orang Afrika, juga dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, tuberkel subkutan, pembesaran hati dan limpa.7
- Pada penyakit yang sudah lanjut, terkadang tidak hanya terdapat gibbus(punggung bungkuk membentuk sudut). Dapat juga ditemukan kelemahan tungkai bawah dan paralisis (paraplegia) akibat tekanan pada saraf tulang belakang atau pada pembuluh darah terkait.7,9
- Diagnosis
- Bila mungkin, ambil foto rontgen antero-posterior dan lateral. Ciri-ciri awal yang seringdi jumpai adalah hilangnya sudut anterior superior atau inferior dari badan vertebra dan hilangnya rongga antar vertebra (diskus). Ingat bahwa lesi multiple/ganda dapat ditemukan pada sekitar 10% dari pasien. Abses lokal akan mengikis permukaan anterior badan vertebra. Abses intratorakal dapat menyerupai aneurisma aorta.
- Tes darah terhadap titer anti-stafilokokus dan anti-streptolisin hemolisin, tifoid, paratifoid, dan bruselosis dapat membantu penegakkan diagnosis pada kasus sulit dan pada pusat-pusat dengan fasilitas yang memadai.
- Biopsi jarum juga dapat bermanfaat pada kasus sulit, namun membutuhkan pengalaman serta pemeriksaan histologi yang baik.
- Jangan berupaya membuka abses. Abses tersebut akan menghilang dengan pengobatan.7
- Komplikasi
2.4.6.2 Tuberkulosis Tulang Pinggul
Pinggul merupakan letak Tuberkulosis tulang yang paling sering di jumpai setelah tuberkulosis tulang/sendi. Penyakit tersebut juga lebih sering di temukan setelah usia 5 tahun dari pada sebelumnya. Anak-anak kecil dapat tampak menderita, berhenti berjalan, dan menolak berjalan bila diminta. Anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa terkadang berjalan pincang dan mengeluh nyeri yang terkadang beralih ke lutut. Otot paha umumnya mengecil.7 Pemeriksaan foto rontgen harus dibuat dari kedua pinggul. Kebanyakan penyakit mulai pada bagian dalam kapsul sendi, tetapi terkadang sendi tersebut tampak sehat dan penyakit berada pada leher femur. Pada awalnya terdapat penyempitan dari ruang sendi antara asetabulum dan kepala femur, tetapi kemudian dapat timbul perubahan pada tulang sejalan dengan berlangsungnya penyakit. Pada kasus yang sudah berat, sendi rusak berat, dan terjadi dislokasi femur.7 Penatalaksanaan diawali dengan istirahat hingga spasme menghilang. Semakin muda umur, semakin banyak regenerasi tulang yang dapat diharapkan, pengobatan anti tuberkulosis yang teratur dan lama akan menghasilkan kesembuhan yang cukup berarti.7
2.4.6.3 Tuberkulosis Sendi Lutut
Penyakit pada sendi lutut umumnya muncul perlahan dengan pembengkakan yang diikuti rasa nyeri. Pembengkakan muncul akibat adanya cairan di dalam sendi. Pada perabaan hangat dan dapat teraba penebalan sinovia di atas patella. Otot paha umumnya menyusut. Pada foto rontgen mungkin tidak akan tampak adanya perubahan pada tulang.7
2.4.6.4 Tuberkulosis Pergelangan Kaki dan Tulang-tulang Kecil Kaki
Gejala klinis awal rasa nyeri dan pincang. Pembengkakan pada tulang atau sendi yang terkena menandakan pembentukan suatu abses. Otot betis sering kali mengalami penyusutan. Tulang yang sama dapat terkena pada setiap sisi. 7 Pembengkakan cepat reda dengan pengobatan. Bila kulit di atas daerah yang bengkak menjadi merah dan berfluktuasi, keluarkan nanah dengan alat suntik. Hal ini dapat mencegah terbentuknya sinus yang mengeluarkan nanah. 7
2.4.6.5 Tuberkulosis Lengan dan Tangan
Anggota gerak atas lebih jarang terkena di bandingkan dengan yang bawah. Rasa nyeri lebih jarang. Pada pundak, siku, dan pergelangan tangan mula-mula terdapat keterbatasan gerak dan kemudian pembengkakan di sekitar sendi. Bila tulang-tulang kecil pada pergelangan tangan atau jari-jari terkena, lesi dapat mengenai tulang yang sama pada setiap sisi. Tuberkulosis jari-jari (daktilitis) dapat tampak sebagai pembengkakan jari yang memanjang, dengan pembengkakan sedikit oval dan pembengkakan lebih ringan di sekitar falang proksimal dan terminal. Beberapa jari dapat terkena pada setiap tangan. Tanda awal dari infeksi tuberkulosis pada pergelangan tangan hampir selalu merupakan benjolan yang tidak nyeri pada punggung tangan.7 Seperti halnya pada sendi-sendi besar yang lain, tuberkulosis pada pundak dapat muncul dalam bentuk cairan di dalam sendiatau fokus tulang pada kepala humerus; dengan terbatasnya gerak, otot pundak menjadi lunak dan menyusut. Tuberkulosis sendi siku mengikuti pola yang serupa, dengan keterbatasan gerak, pembengkakan sendi, rasa nyeri lebih ringan di bandingkan dengan tuberkulosis tulang tungkai.7
2.4.6.6 Tuberkulosis Tulang-tulang Lainnya
Tuberkulosis dapat mengenai tulang manapun. Umumnya akan tampak sebagai bengkak yang tidak nyeri. Lambat laun bengkak tersebut dapat menjadi merah dan mengeluarkan nanah dari sinus. Dapat ditemukan lebih satu dari pembengkakan. Terkadang ditemukan adanya abses tulang multipel secara bersamaan, disertai demam, terkadang tidak nyeri tetapi beberapa penelitian di jumpai abses yang terasa sakit dan nyeri tekan pada orang dewasa, sekalipun kulit tidak terlalu memerah. Foto rontgen menunjukkan berkurangnya bayangan tulang pada lokasi pembengkakan.7
2.4.6.7 Tuberkulosis Kistik dari Tulang
Tuberkulosis kistik ditemukan di daerah yang banyak terdapat tuberkulosis seperti Afrika. Tampak sebagai pembengkakan yang lebih keras dan tidak nyeri secara perlahan yang tidak mengenai kulit di atasnya yang tidak mengeluarkan nanah ataupun membentuk abses. Kelainan tersebut terutama ditemukan pada tangan, kaki, tulang tengkorak, dan tulang panjang, terutama pada kepala humerus dekat sendi pundak atau pada kepala tibia. Foto rontgen menujukkan pembengkakan memiliki rongga-rongga yang menyerupai kista dengan dindingnya yang menyerupai sarang laba-laba. Kista tersebut berisi perkijuan dan mengandung kuman tuberkulosis dalam jumlah yang besar. Diperlukan pengobatan yang lengkap. 1,7
2.4.7 TUBERKULOSIS GINJAL dan SALURAN KENCING
- Kencing yang sering
- Sakit ketika kencing
- Sakit pada ginjal, biasanya lemah, kadang-kadang akut (kolik ginjal).
- Darah dalam air kemih. Bila penyakit utama pada ginjal, dengan sedikit infeksi pada kandung kencing, darah dalam air kemih mungkin merupakan satu-satunya gejala. Ingat akan kemungkinan tumor ginjal. Ingat akan kemungkinan tumor ginjal.
- Pembengkakan pada epididimis
- Nanah di dalam air kemih.
- Abses pinggang pada kasus yang lanjut.7
- Urin: periksa untuk nanah dan Tuberkulosis. Pemeriksaan apusan dapat ditunda/diabaikan. Bakteri tahan asam non-tuberkolosis yang tak ganas umumnya terdapat dalam air kemih. Jangan bertumpu pada hal di atas untuk diagnosis kecuali jika ada tanda-tanda lain mengarah pada tuberkulosis. Biakan untuk tuberkulosis, jika mungkin merupakan metode yang dapat dipercaya. Tapi tentu butuh waktu beberapa minggu.
- Foto rontgen dari ginjal: metode terbaik, yaitu pielogram intravena dapat membantu jika tersedia.
- Pemeriksaan klinik untuk epididimis dan testis dapat sangat berguna. Periksa prostat melalui rektum. Disamping permukaan yang lunak, anda dapat merasakan daerah berbatu-batu atau tidak rata pada satu atau dua sisi.
- Foto rontgen toraks: biasanya tidak ada kelainan.
- Uji tuberkulin: tidak begitu membantu
- Ureum darah (jika tersedia) akan menggambarkan apakah ginjal yang lain fungsinya normal.
2.4.8 TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA WANITA
- Infertilitas, merupakan alasan umum untuk mencari pertolongan. Diagnosis sering ditegakkan sebagi hasil pemeriksaan rutin untuk infertilitas. Hal ini seharusnya termasuk mencari tanda-tandatTuberkulosis.
- Sakit perut bawah, rasa tak enak, gangguan siklus menstruasi.
- Perkembangan membentuk abses tuba falopi kadang-kadang dengan massa abdomen yang besar.
- Kehamilan ektopik 7
- Pemeriksaan pelvis, massa yang kecil atau besar dapat dirasakan diatas daerah tuba falopi.
- Foto rontgen dari saluran genitalia. 7
2.4.9 TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA LAKI-LAKI
- Urin untuk mencari adanya kuman tuberkulosis
- Foto rontgen ginjal
- Uji tuberkulin jarang membantu 7
- Epididimitis akut: seperti demam, nyeri lokal akut
- Tumor: biasanya licin dank eras, permukaan massa dari tuberkulosis biasanya khas.7
2.4.10 TUBERKULOSIS USUS/GASTROINTESTINAL/PERITONEAL
- Fokus primer. Dahulu di Eropa disebabkan oleh tuberkulosa Bovinus melalui infeksi dari susu sapi. Lesi primer mungkin terjadi pada dinding usus besar tetapi lesi-lesi pada kelenjar limfe mesenterika dan penyebarannya yang menyebabkan timbulnya gejal-gejala klinik. Pada beberapa kasus, penyakit timbul dari penyebaran hematogen melalui kelenjar limfe atau peritoneum. Hal ini mengkin sama dengan yang terjadi di Asia Afrika, dimana penyakit bovines jarang dicurigai, meskipun di banyak negara kita tidak mempunyai informasi yang cukup. Kelenjar limfe membesar dan jika kelenjar ini pecah, infeksi akan menyebar ke kavum peritoneum dan dapat terjadi asites. Perlekatan dari kelenjar-kelenjar usus besar, menyebabkan terjadinya obstruksi. Fistula mungkin terjadi antara usus dan kandung kencing atau usus dengan dinding perut.
- Pada bentuk skunder, pasien dengan tuberkulosis paru menelan sputumnya. Kuman tuberkulosis pada sputum menginfeksi dinding usus, biasanya ileum dan menyebabkan ulserasi . Fistula dapat terjadi. Infeksi dapat menyebar ke kavum abdomen dan menyebabkan asites.
- Tuberkulosis ileo-caecal hiperplastik, merupakan bentuk yang jarang terjadi pada penyakit ini. Terjadi pada daerah katup ileocaecal.7,10,11
- Kehilangan berat badan, kehilangan nafsu makan sering terjadi.
- Nyeri samar abdomen, demam, keringat malam hari, diare, memendeknya masa menstruasi
- Massa abdomen sering terasa lunak, sering juga terdapat cairan abdomen (asites), kadang-kadang banyak terdapt cairan, sehingga tidak dapat dirasakan adanya suatu massa, sehingga asites merupakan satu-satunya tanda. Pada Tuberkulosis ileocaecal hiperplastik terdapat nyeri dan massa yang dirasakan di perut kanan bawah. Mungkin tidak ditemukan tanda-tanda ditempat lain
- Serangan obstruksi gastrointestinal dengan nyeri akut dan distensi abdomen.
- Batuk dengan sputum, jika kelainan usus besar ini disebabkan oleh tertelannya sputum dari tuberkulosisi paru bentuk skunder.
- Foto rontgen di usus besar
- Biopsi kelenjar limfe atau peritoneum dengan operasi atau laparoskopi.
- Biakan bahan aspirasi cairan abdomen atau pus dari sinus.
2.4.11 TUBERKULOSIS MATA
Tuberkulosis menyerang mata lebih sering dari pada yang diduga. Kuman dapat tertanam di bawah kelopak mata melalui debu atau dari batuk orang yang terinfeksi, atau mencapai mata melalui aliran darah berasal dari fokus primer atau tempat lain.7 Selain itu, terdapat juga keadaan yang disertai nyeri hebat, yaitu konjunktivitis fliktenular-yang tidak di akibatkan oleh infeksi langsung, tetapi kemungkinan terjadi akibat “sensitivitas” terhadap tuberkulin yang dihasilkan dari lokasi fokus primer pada paru atau lokasi lain.7
2.4.11.1 Infeksi Primer pada Mata (Konjunktiva)
Bila kuman tuberkulosis tertanam di bawah kelopak mata atas atau bawah dari seorang anak yang selama ini belum terkena infeksi primer pada paru atau abdomen, kuman tersebut dapat berkembang biak dan membentuk lesi tuberkulosis. Keadaan ini sama halnya seperti infeksi primer pada tempat lain. Perkembangbiakan kuman diikuti oleh timbulnya perkejuan. Bila anda membalik kelopak mata, maka tampak bintik-bintik kuning kecil-kecil.7 Reaksi ini tidak menimbulkan rasa nyeri atau gangguan pada anak. Mata anak tersebut dapat berair dan mungkin ada sedikit iritasi dan kelopak dapat sedikit membengkak. Namun sejalan dengan perkembangan proses pada mata, aliran limfe dari bagian tubuh tersebut akan melalui kelenjar getah bening kecil tepat di depan telinga. Kelenjar getah bening terkena tuberkulosis, membesar, dan dapat melunak. Pembengkakan atau perlunakan tersebut atau bahkan pecahnya absess kelenjar getah bening yang membawa anak tersebut untuk datang berobat.7 Hal ini menjadi contoh yang baik bagaimana infeksi primer tuberkulosis selalu terdiri dari dua hal, tempat masuknya kuman dan pembesaran kelenjar getah bening terdekat.7 Dari jenis infeksi ini, kuman tuberkulosis juga dapat lolos ke dalam aliran darah dan terbawa ke jaringan tubuh lainnya, seperti tulang, sama halnya seperti yang terjadi setelah infeksi primer di paru.7 Pengobatannya sama seperti pada infeksi primer di manapun.7
2.4.11.2 Konjunktivitis Fliktenularis
Reaksi yang sangat menyakitkan ini dapat terjadi kapan saja pada perjalanan infeksi tuberkulosis, tetapi paling sering dijumpai pada tahun pertama setelah infeksi. Penyakit tersebut diawali oleh nyeri, rasa gatal, lakrimasi (mata berair) dan fotofobia (rasa silau yang berlebihan) pada salah satu atau kedua mata. Ditemukan satu atau lebih bintik kelabu atau kuning disekitar limbus dimana kornea berbatasan dengan sklera. Sejumlah pembuluh darah kecil mengalir dari tepi kantung konjunktiva menuju bintik-bintik tersebut. Tiap-tiap bintik bertahan selama sekitar satu minggu kemudian perlahan-lahan menghilang. Namun bintik itu dapat digantikan oleh bintik-bintik yang baru.7 Pada serangan yang berat, kornea dapat mengalami ulserasi, bila hal ini terjadi, timbul nyeri hebat dan pasien tidak tahan menatap cahaya, sehingga menutupi atau memejam matanya atau duduk pojok yang gelap.7 Bila timbul infeksi sekunder, dapat terjadi pernanahan dan kornea dapat terkena cacat menetap berupa bintik- bintik putih di lokasi bekas ulkus.7 Keadaan yang sangat nyeri dan berulang ini terutama mengenai usia 5-15 tahun dan sering dijumpai di Afrika, India, dan Asia tenggara. Keadaan ini umumnya diakibatkan oleh tuberkulosis, tetapi dapat juga terjadi pada infeksi Streptococcus haemolyticus.7 Pengobatan: pupil harus dalam keadaan dilatasi dengan salep atropine 0,25%, bila tidak ditemukan tanda-tanda infeksi sekunder, pemberian tetes mata hidrokortison 1% dapat memberikan rasa nyaman dengan cepat, tetapi pengobatan ini tidak dapat diberikan bila terdapat infeksi atau ulkus kornea. Lanjutkan pengobatan terhadap infeksi primer.7
2.4.11.3 Tuberkel Koroid (retina)
Pemeriksaan retina dengan oftalmoskop setelah pupil diperlebar dengan salep atropine 0,25% terkadang dapat menegakkan diagnosis tuberkulosis. Pemeriksaan tersebut terutama penting dikerjakan bila dibutuhkan diagnosis secepatnya seperti pada kasus tuberkulosis milier atau pada meningitis tuberkulosis. Pada seorang anak yang sakit dan rewel, pemeriksaan retina secara menyeluruh baru dapat dilaksanakan bila anak tersebut dibius total. Hal ini layak dikerjakan pada kasus yang sulit.7,9 Saat anda melihat kedalam bola mata, perhatikan diskus optikus dan arteri retina sentralis yang meluas dari pusat retina. Coba ikuti tiap-tiap cabang utama saat menyebar ke dalam retina. Tuberkel baru akan tampak sebagi bercak-bercak 1-3 mm yang kekuningan, bula, dan sedikit menonjol. Batas-batasnya membaur ke dalam retina yang secara umum berwarna merah muda. Bercak-bercak tersebut terutama di temukan di dalam daerah dengan diameter dua kali diskus pada pusat diskus optikus. Tuberkel yang sudah semakin tua akan berbatas tegas dengan pusat yang berwarna putih.7 Bila pengobatan dimulai saat tuberkel masih berwarna kuning, tuberkel tersebut dapat lenyap seluruhnya tanpa meninggalkan bekas, namun bila bercak sudah berwarna putih dengan batas yang tegas pada saat pertama kali ditemukan, bercak akan menetap dan daerah yang berwarna putih dapat perlahan-lahan semakin dipenuhi oleh bintik-bintik pigmen berwarna hitam.7
2.4.11.4 Panoftalmitis Tuberkulosis Akut
Keadaan ini merupakan abses yang sangat destruktif yang mengenai seluruh mata. Pasien akan kehilangan penglihatannya secara progresif dan seluruh mata menjadi berawan. Pada akhirnya mata tersebut mungkin harus diangkat seluruhnya.7
2.4.11.5 Uveitis
Kelainan “mutton fat” dapat muncul pada belakang kornea dan iris.7
2.4.11.6 Retinitis
Lapisan berwarna putih kelabu muncul pada retina dan pembuluh darah balik mungkin membengkak dengan perdarahan-perdarahan lokal.7
2.4.11.7 Pengobatan Tuberkulosis mata:
Semua penyakit tuberkulosis mata yang diuraikan diatas menunjukkan respons yang baik terhadap pengobatan dengan kemoterapi. Obat kortikosteroid juga dapat berguna pada tahap-tahap awal dari penyakit yang destruktif yang mengancam penglihatan mata.7
2.4.12 TUBERKULOSIS ADRENAL
2.4.13 TUBERKULOSIS KULIT dan ABSES (Jaringan di Bawah Kulit)
Tuberkulosis kulit tidak begitu banyak dijumpai. Tetapi diagnosisnya sering keliru. Jika anda dapat menegakkan diagnosis yang benar pada kulit, maka juga akan membantu menemukan tuberkulosis di bagian tubuh yang lain. Beberapa macam jenis kelainan akibat tuberkulosis. 7
- Nodul-nodul kecil, multiple, berwarna keperakan,
- Papula multiple, cekung di tengah dan membentuk pustule
- Abses subkutan multiple, pada tangan dan kaki, dinding dada atau abses perianal.7,16
2.5 KEMOTERAPI ANTI TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Kemoterapi atau Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yaitu:1,2,8
Tabel 2.1 Jenis dan dosis OAT
Obat
|
Dosis
(mg/
kgBB/
hari)
|
Dosis yang
Dianjurkan
|
Dosis
Maks(mg)
|
Dosis (mg)/BB (kg)
|
|||
Harian
(mg/kgBB/
Hari
|
Intermitten
(mg/kgBB/
kali
|
<40
|
40-60
|
>60
|
|||
R | 8-12 | 10 | 10 | 600 | 300 | 450 | 600 |
H | 4-6 | 5 | 10 | 300 | 150 | 300 | 450 |
Z | 20-30 | 25 | 35 | 750 | 1000 | 1500 | |
E | 15-20 | 15 | 30 | 750 | 1000 | 1500 | |
S | 15-18 | 15 | 15 | 1000 | Sesuai BB | 750 | 1000 |
Tabel 2.2 Dosis obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap.
Fase intensif
(2 bulan)
|
Fase lanjutan
(4 bulan)
|
||||
BB
|
Harian
|
Harian
|
3x/minggu
|
Harian
|
3x/minggu
|
(RHZE)
150/75/400/
275
|
(RHZ)
150/75/400
|
(RHZ)
150/150/500
|
(RH)
150/75
|
(RH)
150/150
|
|
30-37 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 |
38-54 | 3 | 3 | 3 | 3 | 3 |
55-70 | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 |
>71 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 |
2.6 PENCEGAHAN
a. Terhadap Infeksi tuberkulosis.2,7
1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
- Case finding
- Isolasi penderita dan mengobati penderita
- Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.
2. Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh Mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bovin pada manusia
b. Meningkatkan daya tahan tubuh
1. Memperbaiki standar hidup
2. Usahakan peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG Imunisasi BCG diberikan dibawah usia 2 bulan, jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux dahulu. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes tersebut negatif.
PENUTUP
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Tuberkulosis ekstraparu menyerang organ tubuh lain selain paru yaitu saluran napas bagian atas (epiglotis, laring, faring), mulut, tonsil, lidah, selaput otak, perikardium, kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, usus/peritoneal, mata, adrenal, kulit dan jaringan di bawah kulit (abses). Oleh karena itu sangat penting untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium (kultur), foto rontgen, biopsy atau patologi anatomi, sehingga dapat diberikan pengobatan yang adekuat sesuai dengan kriteria diagnosis masing-masing.
3.2 Saran
Dalam program pemberantasan tuberkulosis ekstraparu di puskesmas diharapkan para petugas kesehatan yang ada di puskesmas dapat mendiagnosis tuberkulosis ekstraparu berdasarkan pemeriksaan kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi dan untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen diperlukan bukti klinisyang kuat dan konsisten dengan tuberkulosis ekstraparu aktif.Pada pasien hendaknya diberi edukasi dan pengertian bahwa penyakitnya harus diobati secara rutin dan teratur, tidak boleh putus obat karena akan dapat menyebabkan resistensi kuman terhadap yang pada akhirnya penyakit tidak akan sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
- Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007: 988-93.
- Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006: 1-40.
- Fauci AS, Kasper DL. Extrapulmonary Tuberculosis in Infectious Diseases. In: Isselbacher KJ, et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Volume 1. 13th Edition United State America: McGraw Hill, 2005: 712-4.
- 4. Mehta JB, Dutt A, Harvill L, Mathews KM. Epidemiology of Extrapulmonary Tuberculosisa – A Comparative Analysis with Pre-AIDS Era. Chest 1998; 99:1134-38.
- 5. Albert RK, Spiro SG, Jett JR. Ekstrapulmonary Tuberculosis In: Tuberculosis and Desease Caused by Atypical Mycobacteria. Clinical Respiratory Medicine 2004; 2:325-7.
- 6. Antaz PR, Ding L, Hackman J, Hammock LR, Shintani AK, Schiffer J, et al. Decreased CD4+ Lymphocytes and Innate Immune Responses in Adults with Previous Ekstrapulmonary Tuberculosis. J Allergy Clin Immunol 2006; 117:916-23.
- Crofton J, Horne N, Miller F. Tuberkulosis nonpulmonal pada orang dewasa. Dalam: Tuberkulosis klinis. Jakarta: Widya Medika, 2002: 121-39.
- Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Ailangga, 2002: 73-108.
- Tumer HE. Tuberkulosis paru. Dalam: Davey P, editors. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. 2006; 274-5.
- 10. Rieder HL, Snider DE, Cauthen GM. Extrapulmonary Tuberculosis in the United States. Am Rev Respir Dis 1998; 141:347-51.
- 11. Yoon HJ, Song YG, Park W, Choi JP, Chang KH, Kim JM. Clinical Manifestations and Diagnosis of Extrapulmonary Tuberculosis. Yonsei Med J 2004; 45:453-61.
- 12. Crompton GK, Haslett C. Diseases of the Respiratory System. In: Edwards CRW, Bouchier IAD, Haslett C, Chilvers ER, editors. Davidsons Principles and Practice of Medicine. 17th edition. Edinburgh: Churchill Livingstone, 2000: 358-67.
- Kumar PJ, Clark ML, Huskisson EC, Davies RJ. Extrapulmonary Tuberculosis. In: Kumar PJ, Clark ML, editors. Clinical Medicine. 2sd edition. London: Bailliere Tindall, 1998: 209-29, 401-3, 677-83.
- Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Tuberkulosis Paru. Dalam: Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A, editors. Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Pengurus Besar PAPDI, 2004. 251-5.
- Britton R, Lamb P. Respiratorius Infection. In: Underwood JCE, editors. General and Systematic Pathology. London: Churchill Livingstone, 2000: 394-7.
- Natahusada EC, Djuanda A. Sifilis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Kosasih A, Aisah S, Wiryadi E, Natahusada, et al, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005: 391-410.
- Gardjito, Widjoseno. Tuberkulosis ekstrapulmonal. Dalam: Sjamsuhidayat, Jong WD, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC,2005: 25-30, 415, 725-55, 910.
Dear dokter.
Anak sya ketika umur 1 thn pernah operasi hernia sebelah kanan di rsud.akan tetapi beberapa bulan setelah operasi tu.perut anak membesar dan pada kantung telur kelamin kiri juga membesar.beberapa kali kontrol ,ronsen,tes darah,tes ini itu di rsud akhirnya dirujuk ke rsup.yang akhirnya oleh rsup untuk dirawat inap selama 1 bulan.di rsup udah tes darah,tes cairan,tes jantung,induscopy,sampe ct scan.dan hasilnya normal semua dan menurut infomasi tidak ada keganasan.akan tetapi selama 1 bln rawat inap pihak rsup blm mengetahui penyebab dan darimana cairan yg ada dirongga perut itu.kini anak saya umur 2 tahun.dan saat ini saya tetep usaha buat cari penyembuhan.dan saat ini saya perikasakn di salah 1 dokter spesialis penyakit dalam.menurut dokter tsb.dari semua hasil lab anak saya TB rongga perut.
pertanyaan saya apa TB rongga perut itu???apa sama asites.bagaimana penyembuhannya??