Related Articles



 

PENDAHULUAN

Penyumbatan atau oklusi arteri retina sentralis atau Central Retinal Rrtery Occlusion (CRAO) dapat disebabkan oleh radang arteri, trombus, embolus, spasme pembuluh darah akibat terlambatnya pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma.1 Tempat tersumbatnya arteri retina sentralis biasanya di daerah lamina kribrosa.1 Selain di arteri retina sentralis penyumbatan dapat terjadi pada cabang-cabang arteri retina.1

Pasien dengan sumbatan arteri retina sentralis sering menyatakan adanya riwayat penurunan penglihatan hebat yang tidak nyeri yang terjadi dalam periode beberapa detik, atau penurunan penglihatan yang sementara (amaurosis fugak).1,2 Penurunan visus yang mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit emboli.1 Penyumbatan arteri retina sentralis akan memperlihatkan gambaran retina yang pucat, kecuali fovea yang tetap berwarna merah. Gambaran ini disebut cherry red spot.1,3 Bercak merah cherry adalah pigmen koroid dan epitel pigmen retina yang dilihat melalui retina foveola yang sangat tipis dan kontras dengan retina perifoveola yang lebih tebal dan transluen.2

Secara klinis, kekeruhan retina menghilang dalam 4-6 minggu, meninggalkan sebuah diskus optikus yang pucat sebagai temuan utama. Pada pasien berusia lanjut, giant cell arteritis harus disingkirkan dan bila ditemukan oklusi arteri retina sentralis oleh karena giant cell arteritis perlu segera diterapi dengan kortikosteroid sistemik dosis tinggi.2



TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Oklusi arteri retina sentralis atau Central Retinal Artery Occlusion ( CRAO ) adalah salah satu dari kegawatdaruratan dalam bidang oftalmologi.4 Penglihatan dapat turun mendadak bahkan dapat menyebabkan kebutaan.5


Gambar 1. Arteri oftalmika dan cabang-cabangnya. Arteri retina sentralis terlihat di tengah6  

2.2 Etiologi 4,5,7
Umumnya penyebab oklusi arteri retina sentralis berhubungan dengan aterosklerosis. Pada penyakit arteri karotis kejadiannya sekitar 45 %. Penyebabnya tergantung umur dan jika terjadi pada usia dibawah 30 tahun sering dikaitkan dengan migrain, trauma, tekanan bola mata tinggi, edem papil, retinoblastoma, neuritis optik dan kelainan pembekuan. Kejadian pada usia diatas 30 tahun disebabkan oleh hipertensi, penyakit arteri karotis, infark miokard, paska bedah retina, endokarditis bakteri subakut, diabetes melitus dan sifilis. Pada penderita usia lanjut bisa disebabkan oleh arteritis temporal.  
  1. Emboli
    • Emboli dari jantung :
      • Kalsifikasi dari katup aorta dan katup mitral
      • Vegetasi pada penyakit endokarditis bakterialis
      • Trombus mural setelah infark miokard dan dengan prolaps katup mitral
      • Miksomatous, dari miksoma atrial umumnya di mata kiri.
    • Penyakit arteri karotis : Umumnya disebabkan oleh ulserasi ateroma pada bifurkasio karotis internal dan eksternal. Biasanya dikaitkan dengan obstruksi kronik. Emboli bisa karena :
      • Kolesterol, plak Hollenhorst kuning pada bifurkasio arteriola, biasanya asimptomatik.
      • Fibrinoplatelet, emboli menyebabkan Transient Ischemic Attacks (TIA) yang bermanifestasi sebagai amaurosis fugaks, dengan kehilangan penglihatan tiba-tiba selama 2-10 menit. Digambarkan sebagai sumbatan atau obstruksi komplit.
      • Kalsifikasi, yang mana lebih berbahaya dari dua diatas karena bisa menyebabkan oklusi permanen.
  1. Vasoobliterasi
    1. Aterosklerosis
    2. Periarteritis, dengan vaskuliditis sistemik seperti lupus sistemik dan poliarteritis nodosa.
    3. Gangguan hematologi, seperti sindrom antifosfolipid dan defisiensi protein C dan S.
    4. Migrain retina, penyebab yang jarang, biasanya sebuah diagnosis ekslusi.
2.3 Patofisiologi
Arteri retina sentralis mempunyai diameter kecil (0,1 mm) dan merupakan end artery dan tanpa anastomosis.7 Arteri ini merupakan pembuluh darah utama untuk retina, yang bisa tersumbat total karena aterosklerosis, partikel seperti bekuan darah dan emboli. Peradangan pembuluh darah juga bisa menyebabkan penyumbatan.8 Jika arteri retina sentralis terumbat terjadi kehilangan penglihatan total dimata walaupun fovea tidak terkena. Seluruh retina ( kecuali fovea ) menjadi pucat dan keruh dan opak sedangkan fovea sentralis masih terlihat kemerahan ( ini disebabkan oleh terlihatnya warna dari koroid ). Ini adalah dasar dari cherry red spot yang terlihat pada pemeriksaan retina dengan funduscopy pada CRAO. Pada beberapa kasus kira-kira 20 % dari kejadian ada sebuah cabang dari sirkulasi siliaris yang disebut arteri siliaris retina yang menyuplai retina diantara makula dan nervus optikus, termasuk serabut saraf dari fotoresepror fovea. Jika arteri ini ada penglihatan sentral masih ada walaupun sudah terjadi oklusi arteri retina sentral.6  
2.4 Manifestasi klinik
Oklusi arteri retina sentralis biasanya mengenai satu mata. Penglihatan pada satu mata turun mendadak bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Penurunan visus dapat berupa serangan-serangan atau amaurosis fugaks. Serangan terjadi akibat spasme arteri yang tidak terus menerus. Kadang-kadang penurunan visus masih normal pada oklusi arteri retina sentralis. 10% penderita oklusi arteri retina sentralis mempunyai tajam penglihatannya tetap normal akibat tidak terganggunya makula lutea yang mempunyai pembuluh darah silioretina.5 Bila gangguan peredaran darah retina telah lebih dari 1,5 jam maka penglihatan tidak akan normal, walaupun peredaran darah telah normal kembali.10  
2.5 Pemeriksaan Fisik1,7,11
Untuk menemukan kelainan akibat sumbatan arteri retina sentralis dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
  1. Ketajaman penglihatan
    • Pemburukan monokular yang bermakna dari ketajaman penglihatan sampai terjadinya kebutaan. 
  1. Reaksi pupil
    • Reaksi pupil menjadi lemah dengan anisokoria
  1. Palpasi
    • Tidak ditemukan kelainan
  1. Biomikroskopi
    • Tidak ada perubahan pada segmen mata anterior yang berhubungan dengan kehilangan penglihatan akut.
  1. Refraksi
    • Tidak ada kelainan
  1. Oftalmoskopi
    • Edem iskemik di polus posterior berwarna putih susu. Di fovea terlihat cherry red spot. Di daerah ini retinanya tipis sehingga koroid dibawahnya yang berwarna merah menjadi tampak, sedangkan koroid disekitarnya tidak tampak karena terhalang oleh retina yang edem dan buram. Papil optik pucat dan berbatas kabur. arteriol retina sangat tipis, sama sekali tidak mengandung darah, atau terlihat boxcar phenomenon.

Gambar 2. Fundus normal1



Gambar 3. Oklusi arteri retina sentralis, papil optik pucat retina berwarna lebih pucat daripada normal, macula berwarna merah (cherry red spot)11
 


Gambar 4. Edem pada area iskemik di retina terlihat kontras dengan warna retina yang normal11
 
  1. Perimetri
    • Tidak ditemukan kelainan
  1. Amsler grid test
    • Tidak ditemukan kelainan

2.6 Pemeriksaan Penunjang9
  • Flouresensi angiografi untuk membantu melihat kerusakan retina dan membantu merencanakan terapi
  • Ultrasonografi Doppler, digunakan untuk mengamati aliran dalam pembuluh darah
  2.6 Komplikasi11
Terjadi atrofi nervus optikus dan terbentuk neovaskularisasi.    

2.7 Penatalaksanaan1,2,5,7
Saat ini tidak terdapat pengobatan yang memuaskan untuk memperbaiki penglihatan pada pasien dengan sumbatan arteri retina sentralis. Kerusakan retina irreversibel terjadi setelah 90 menit sumbatan total arteri retina sentralis. Tujuan dari penatalaksanaan pada sumbatan arteri retina sentralis adalah memperbaiki aliran darah secepat mungkin. Penatalaksanaanya sebagai berikut :
  • Supine position, untuk melancarkan sirkulasi
  • Pengurutan bola mata yang bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata
  • Parasentesis, dengan tujuan untuk menurunkan tekanan bola mata dan untuk menghalangi embolus agar tidak masuk ke dalam cabang yang lebih kecil
  • Oksigen hiperbarik atau inhalasi CO2 dengan tujuan untuk membuat vasodilatasi pembuluh darah retina dan meningkatkan P02di permukaan retina
  • Vasodilator
  • Asetozolamid 4 x 500 mg atau manitol IV
  • Antikoagulan, obat ini tidak dianjurkan pada pasien usia lanjut
  • Aspirin oral, diberikan selama 2 minggu
  2.8 Prognosis5
Prognosis tergantung pada lama dan letak penyumbatan pembuluh darah. Kadang-kadang masih terdapat ketajaman penglihatan yang normal dengan lapang pandang yang sempit. Retina bersifat lebih tahan terhadap hipoksia dibandingkan otak. Pernah didapatkan hasil yang baik sesudah pengobatan cepat pada oklusi arteri retina sentralis.                            

DAFTAR PUSTAKA
 
  1. Ilyas S. Oklusi Arteri Retina Sentral. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2004 : 188-189.
  2. Voughan DG, Asbury T. Sumbatan Arteri Retina Sentralis. Oftalmologi Umum. Edisi ke-14. Alih Bahasa Tambajong J. Widya Medika. Jakarta.2000: 214-215.
  3. Ilyas S dkk. Retina dan Badan Kaca. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2. Sagung Seto. Jakarta. 2002: 183.
  4. Haddad C. Central Retina Artery Occlusion. www.eyeweb.org/CRAO [diakses tanggal 31 Maret 2007].
  5. Ilyas S. Oklusi Arteri Retina Sentral. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000: 37-39.
  6. Central Retinal Artery. www.en.wikipedia.org/wiki/Central_Retinal _Artery [diakses tanggal 31 Maret 2007].
  7. Hollwich F. Penyakit Retina. Oftalmologi. Edisi ke-2. Binarupa Aksara. Jakarta. 1993. 218-220.
  8. Blockage of Central Retinal Arteries and Vein Retinal Disorders Merck Manual Home Edition. www.en.wikipedia.org/wiki/Central_Retinal _Artery [diakses tanggal 29 Maret 2007].
  9. James B, Chew C, Bron A. Oklusi Arteri .Lecture Notes Oftalmologi. Edisi ke-9. Erlangga. Jakarta. 2006. 137.
  10. Ilyas S. Oklusi Arteri Retina Sentral. Penuntun Ilmu Penyakit Mata.Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2001: 108-9.
  11. Central Retina Artery or Branch Retinal Artery Occlusion. www.e-medicine.com [diakses tanggal 31 Maret 2007].

0 comments