PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan suatu
penyakit/ kerusakan jaringan keras gigi yang berhubungan dengan adanya
aktifitas jasad renik dalam karbohidrat dalam rongga mulut. Kerusakan jaringan gigi ini dimulai dengan adanya
demineralisasi jaringan gigi yang kemudian diikuti dengan kerusakan bahan
organik gigi. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan berlanjut dengan peradangan
pulpa, kematian pulpa serta penyebaran
infeksinya pada jaringan periapikal. Namun pada stadium dini, penyakit
ini dapat dihentikan, dan kerusakan yang telah terjadi dapat direstorasi dengan
baik.
MACAM-
MACAM GIGI
Berdasarkan masa pertumbuhannya, gigi dapat dibagi atas gigi susu/ gigi decidui/ gigi sulung, yaitu
gigi yang tumbuh pada masa kanak- kanak, serta gigi dewasa/ gigi permanent yang
tumbuh mulai usia 6 tahun.
Seperti
diketahui, gigi susu berjumlah 20 buah, sedang gigi dewasa berjumlah 32 buah
Lengkung gigi susu lengkung gigi permanent
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, gigi sulung pada setiap kwadran dibagi atas: gigi Seri pertama/ sentral, gigi Seri kedua/ lateral yang berfungsi untuk memotong makanan, gigi Taring/ kaninus yang berfungsi untuk mengoyak makanan, serta 2 buah gigi Geraham yang berfungsi umtuk menggiling dan menghaluskan makanan.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, gigi sulung pada setiap kwadran dibagi atas: gigi Seri pertama/ sentral, gigi Seri kedua/ lateral yang berfungsi untuk memotong makanan, gigi Taring/ kaninus yang berfungsi untuk mengoyak makanan, serta 2 buah gigi Geraham yang berfungsi umtuk menggiling dan menghaluskan makanan.
Gigi Dewasa dibagi atas : Gigi Seri pertama/ sentral. Gigi Seri
kedua/ lateral, gigi taring/ kaninus, 2 buah geraham kecil/ Premolar serta 3
buah geraham Besar/ Molar.
Secara Anatomis, Gigi terdiri dari beberapa bagian, yaitu : lapisan
Email / enamel, yaitu jaringan gigi yang paling keras, yamg berfungsi
melindungi jaringan- jaringan dibawahnya. Lapisan berikut yaitu dentin,
berwarna lebih kuning, mengandung ujung- ujung syaraf, sehingga bila tidak
terlindung oleh email akan terasa ngilu bila terkena rangsang, baik rangsang
fisis seperti panas atau dingin maupun rangsang mekanis. Juga terdapat lapisan
sementum yang melindungi akar gigi dan biasanya tertanam dalam tulang dan
ditutup oleh gusi. Lapisan ini juga sensitive, sehingga bila terbuka akan
menimbulkan rasa ngilu.
Ketiga lapisan ini melindungi ruang pulpa yang berisi pembuluh
darah, syaraf dan jaringan- jaringan lainnya dari iritasi.
Gambar :
Anatomi gigi manusia
TERJADINYA KARIES.
Karies dapat terjadi bila terdapat 4
faktor, yaitu :
1.
adanya Gigi sebagai Host
2.
Karbohidrat dalam makanan
sebagai Substrat
3.
Adanya mikroorganisme
4.
Waktu
Secara singkat proses terjadinya karies dapat digambarkan sbb;
Secara normal, email pada permukaan gigi ditutupi oleh jaringan organic
yang disebut pellikel. Pelikel ini terdiri dari glikoprotein yang diendapkan
oleh saliva. Sifatnya sangatlengket dan
mampu melekatkan bakteri- bakteeri tertentu pada peermukaan gigi, teritama
streptokokus dan lactobacillus. Organisme tersebut akan tumbuh dan berkembang
biak serta mengeluarkan gel yang lenket dan akan menjerat berbagai bakteri yang
lain.
Dalam beberapa hari,
plak ini akan bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam mikroorganisme.
Dengan adanya karbohidrat yang tertinggal didalam mulut, seperti sukrosa dan
glukosa akan terjadi peragian oleh bakteri.yang terdapat didalam plak. Peragian
ini akan membentuk asam yang akan menurunkan PH plak.
Penurunan PH
yang berulang- ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi
permukaan email, dan proses kariespun dimulai.
Tidak semua karbohidrat mempunyai
derajat kariogenik yang sama. Karbohidrat yang kompleks, misalnya Pati, tidak
berbahaya, karena tidak dicerna secara sempurna dalam mulut. Sedang karbohidrat
dengan berat molekul yang rendah seperti gula, akansegera meresap kedalam plak.
Penurunan PH
lebih besar terjadi pada individu dengan karies aktif daripada individu yang
bebas karies Tingkat kariogenik tertinggi ada pada Sukrosa, sehingga Sukrosa
dianggap sebagai penyebab karies yang utama.
KERENTANAN
GIGI
Kerentanan gigi masing- masing individu terhadap karies berbeda-
beda. Beberapa factor yang mempengaruhi kerentanan gigi seseorang terhadap
karies antara lain :
I.
MORFOLOGI GIGI.
Seperti telah dibahas sebelumnya, awal pembentukan
karies dimulai dengan adanya plak yang
mengandung bakteri. Plak terbentuk karena adanya sisa mekanan yang melekat pada
gigi, sehingga bentuk permukaan gigi sangat mempengaruhi perlekatan sisa
makanan Berdasarkan bentuk permukaan
gigi, bagian- bagian gigi yang rentan terhadap karies adalah sbb:
1.Pit dan Fissure pada permukaan oklusal gigi molar dan
premolar
2. Pit Bukal Molar dan Pit Palatal Insisivus
3.Permukaan halus didaerah proksimal, sedikir dibawah titik
kontak
4.Email pada leher gigi, sedikit diatas tepi gingival
5.Permukaan akar yang terbuka
6.Tepi
tumpatan dan permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi
tiruan.
II.
KONDISI RONGGA MULUT/
LINGKUNGAN SEKITAR GIGI
Kerentanan gigi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
disekitarnya, terutama Saliva, karena dalam keadaan normal, gigi selalu
dibasahi oleh saliva. Saliva mempunyai kemampuan remineralisasi karies yang
masih dini, karena Saliva mengandung banyak ion kalsium dan Fosfat.
Kemampuan
remineralisasi Saliva akan meningkat jika ada ion Fluor. Selain itu, saliva
juga mempengaruhi komposisi mikroorganisme dalam plak, dan mempengaruhi PH,
sehingga bila saliva berkurang atau hilang, karies akan meningkat.
Selain dipengaruhi
oleh saliva kerentanan terhadap karies juga dipengaruhi oleh susunan gigi
geligi dalam mulut. Susunan Gigi yang
tidak beraturan dan berjejal, memudahkan terselipnya sisa makan, dan
menyulitkan pembersihannya. Akibatnya mudah terjadi karies gigi.
KLASIFIKASI/ PENGGOLONGAN KARIES.
BERDASARKAN
DAERAH ANATOMIS TEMPAT KARIES TIMBUL:
1.
Karies Pit dan Fissure
2.
Karies Aproksimal
3.
Karies Servikal/ karies pada leher gigi
4.
Karies Akar
5.
Karies pada tepi tumpatan /
sekunder karies./ recurrent caries
BERDASARKAN
GIGI YANG TERKENA:
1.
KARIES RINGAN : bila karies
hanya terjadi pada daerah yang memang sangat rentan terhadap karies, misalnya
pada permukaan oklusak gigi Molar.
2.
KARIES SEDANG/ MODERAT: bila
karies mengenai permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior
3.
KARIES PARAH: Bila karies mengenai gigi- gigi yang biasanya
bebas karies. Misalnya: karies yang mengenai gigi anterior
BERDASARKAN
KEPARAHAN/ KECEPATAN BERKEMBANGNYA KARIES:
1.
KARIES RAMPANT:
Disebut karies rampant bila karies mengenai beberapa gigi yang
terjadi sangat cepat, dan meliputi permukaan gigi yang biasanya bebas karies.
Keadaan ini terutama terjadi pada balita yang selalu menghisap dot/ susu botol
yang mengandung gula. Juga dijumpai pada remaja yang sering makan kudapan
kariogenik dan minuman manis diantara waktu makannya. Keadaan lain adalahpada
nulut denganXerostomia ( mulut kering) dan saliva berkurang akibat radiasi atau
penyakit- penyakit sistemik.
2.
KARIES TERHENTI:
Yaitu lesi karies yang
berhenti berkembang.
Hal ini dapat terjadi bila lingkungan oral mengalami perubahan,
tidak lagi memungkinkan untuk terjadinya karies. Lesi pada karies yang terhenti
warnanya tampak lebih gelap, dan terkadang agak menghitam. Konsistensinya dapat
lebih lunak dan kenyal, atau bahkan lebih keras dari gigi normal.
BERDASARKAN
KEDALAMAN KARIES:
1.
KARIES AWAL: pada tahap ini,
baru terjadi demineralisasi, sehingga belum ditemukan lubang karies. Pada tahap
ini, bila keadaan mendukung, karies dapat terhenti dan masih memungkinkan
terjadinya remineralisasi.
2.
KARIES EMAIL/ KARIES
DANGKAL/KARIES SUPERFISIALIS adalah karies yang hanya mengenai jaringan email
saja.
3.
KARIES DENTIN/ KARIES MEDIA:
yaitu bila kerusakan telah mencapai dentin, namun belum melebihi setengan
ketebalan dentin/ belum mendekati pulpa.
4.
KARIES PROFUNDA/ KARIES DALAM:
disini kerusakan telah mendekati atap pulpa namun atap pulpa belum tebuka.
5.
KARIES PROFUNDA TERKOMPLIKASI/
COMPLICATED PROFUNDA CARIES: yaitu bila atap pulpa telah terbuka oleh karies.
PROSEDUR DIAGNOSA KARIES GIGI:
Untuk menetapkan diagnosa pada karies gigi, maka perlu dilakukan
beberapa prosedur, yaitu:
1.
ANAMNESA PASIEN.
Anamnesa dilakukan untuk mengetahui latar belakang atau
perjalanan karies. Dari anamnesa, harus digali sebanyak mungkin informasi
mengenai keluhan- keluhan yang dirasakan pasien baik yang dirasakan saat ini
ataupun dimasa lampau sehubungan dengan kariesnya, seperti adakah rasa ngilu,
sakit ataupun perasaan tidak nyaman pada gigi tersebut, bilamana keluhan-
keluhan itu timbul, dan bagaimana reaksi gigi terhadap rangsang dingin dll.
2.
PEMERIKSAAN FISIK:
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan alat- alat diagnostik untuk
mengetahui adanya
perubahan pada gigi, baik berupa bercak atau
lubang, kedalaman
karies, besar lubang karies, kegoyangan gigi
maupun warna gigi.
3. PEMERIKSAAN VITALITAS GIGI
Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui vitalitas gigi, sehingga dapat ditetapkan diagnosa dan rencana
perawatannya. Pemeriksaan vitalitas gigi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
namun dalam makalah ini hanya dibahas pemeriksaan vitalitas gigi yang umum
digunakan, terutama pada klinik- klinik pelayanan pemerintah.
a.
Pemeriksaan Termal
Merupakan pemeriksaan yang mudah dan murah, dan paling
sering digunakan oleh dokter gigi di Indonesia. Disini digunakan rngsang dingin
atau panas. Gigi vital akan memberi reaksi positif pada pemeriksaan termal,
terutama pada rangsang dingin, sedang gigi nonvital tidak akan bereaksi
terhadap rangsang dingin. Test Termal rangsang dingin biasanya menggunakan
Chlorethyl yang disemprotkan pada cotton pellet, dan diletakkan pada dasar
karies yang telah dibersihkan ataupada permukaangigi yang paling sensitif
seperti pada leher gigi. Sedang test termal panas dapat menggunakan gutta-percha
point yang dipanaskan.
b.
Pemeriksaan dengan Pulp
vitalitester/ pulp tester/ Electro Pulp Tester.
Prinsip kerja alat ini menggunakan arus listrik lemah
dengan kekuatan arus listrik yang dapat diatur.
Cara penggunaan : dengan meletakkan
ujung alat pada
permukaan
gigi yang telah dikeringkan, kemudian arus listrik
dinaikkan
perlahan- lahan sampai gigi memberikan
reaksi .
4.
PEMERIKSAAN JARINGAN SEKITAR
GIGI
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui keadaan jaringan sekitar gigi,apakah
ada peradangan ataupun kelainan- kelainan pada jaringan disekitar gigi.
Pemeriksaan ini meliputi :
-
Pemeriksaan Ketuk/ Perkusi:
yaitu dengan mengetuk gigi dengan ujung instrumen diagnostik.
Reaksi positif pada pemeriksaan ini menandakan adanya kelainan pada
jaringan periodontal ataupun periapikal.
Perkusi dapat dilakukan secara vertical, untuk mengetahui adanya
peradangan periapikal atau dilakukan perkusi Horizontal untuk mengetahui adanya
peradangan periodontal.
-
Pemeriksaan Palpasi/ Perabaan.
Yaitu dengan melakukan perabaan/ penekanan pada jaringan lunak disekitar gigi.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan
disekitar gigi, seperti pembengkakan dll.
6.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Pemeriksaan ini dilakukan bila diperlukan informasi
lebih lanjut, untuk memperkuat penetapan diagnosa dan rencana perawatan. Disini
yang umum digunakan adalah Rontgent foto. Dengan Rontgent foto, akan tampak
kelainan disekitar gigi dan tulang rahang yang tidak tampak pada pemeriksaan
fisik.
PENETAPAN DIAGNOSA
Setelah seluruh
Prosedur diagnosa dilakukan, dapat diambil kesimpulan dan Penetapan Diagnosa,
untuk menentukan rencana perawatan gigi tersebut. Penetapan diagnosa dapat ;
1.
KARIES DINI / KARIES AWAL
Merupakan awal terjadinya
Karies, dimana karies masih berupa demineralisasi berbentuk bercak putih atau
berwarna gelap. atau berupa karies Email. Pada tingkat karies awal, pasien
belum merasakan keluhan baik terhadap rangsang panas, dingin maupun perkusi.
2.
HIPERSENSITIF DENTIN
Umumnya kedalaman karies telah mencapai Dentin, atau karies yang
terjadi pada leher gigi yang telah mengenai cementum/ akar gigi. Pada anamnesa,
pasien sudah merasakan reaksi terhadap rangsang dingin, panas, asam, manis
ataupun rangsang mekanis.
3.
PULPITIS REVERSIBEL
Pada gigi dengan Pulpitis reversible, pasien merasakan sakit
menyengat bila gigi terkena rangsang terutama rangsang termal, tetapi disini
belum terjadi rasa sakit spontan ( tanpa terkena rangsang). Kedalaman karies
biasanya telah mencapai dentin, bahkan mungkin sudah mendekati atap pulpa,
namun atap pulpa belum terbuka.Pada pemeriksaan klinis, dengan test
klorethyl pasien merasakan rasa sakit
yang menyengat, namun segera hilang setelah rangsang diangkat. Test perkusi negatif.
4.
PULPITIS IREVERSIBEL dapat akut
atau kronis
=. PULPITIS IRREVERSIBEL AKUT
Disini pasien datang dalam kondisi sakit. Pada anamnesa, ada rasa
sakit kuat, mendenyut dan menjalar sampai kepala. Biasanya pasien tidak dapat
menunjukkan dengan tepat gigi yang sakit, bahkan terkadang pasien hanya bisa
menunjukkan regio mana yang sakit. Rasa sakit terjadi spontan tanpa rangsang
apapun, dan sering rasa sakit justru timbul malam hari atau saat tidur. Rasa
sakit semakin meningkat saat pasien berbaring. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan tekanan pada pembuluh darah dalam ruang pulpa, sehingga menekan
syaraf- syaraf disekitarnya.
Pada Pemeriksaan klinis, ditemukan karies yang dalam, dimana sering
terjadi atap pulpa sudah terbuka.
Pulpitis akut dapat
juga ditemukan pada gigi tanpa karies. Hal ini terjadi karena adanya peradangan
pulpa yang disebabkan rangsang baik fisik maupun chemis yang berlebihan.
Terhadap perkusi,
gigi dapat memberikan reaksi positif maupun negatif, tergantung pada tingkat
peradangan pulpa. Bila peradangan pulpa telah mencapai apical gigi, peradangan
akan menyebar kedaerah sekitarnya, sehingga perkusi akan memberikan reaksi
positif.
=. PULPITIS IRREVERSIBEL KRONIS:
Seperti halnya Pulpitis irreversible akut, disini rasa sakit timbul
spontan. Tetapi intensitas tidak sekuat pulpitis irreversible akut, dan pasien
datang tidak dalam kondisi sakit. Pada pemeriksaan vitalitas, gigi masih
menunjukkan reaksi positif, sedang pada perkusi memberikan reaksi negatif.
Secara klinis, karies telah mencapai
dentin, baik dengan atau tanpa terbukanya atap pulpa. Berbeda dengan
hipersensitif Dentin, bila dilakukan test dengan kloretil, rasa sakit menetap
agak lam walaupun rangsang telah diangkat.
5.
GANGRAEN PULPA DAN GANGRAEN
RADIKS
Pada tahap ini, gigi telah mengalami kematian pulpa
(nonvital). Pada pemeriksaan vitalitas, gigi memberi reaksi negatif, Pada gigi
nonvital, warna gigi lebih gelap dan gigi akan menjadi lebih rapuh, sehingga
sering terjadi mahkota gigi akan patah sehingga yang tinggal adalah akar
gigi.keadaan ini disebut Gangraen Radiks atau sisa akar.
Gigi gangraen yang tidak dirawat ataupun tidak dicabut,
dapat mengalami infeksi sehingga menimbulkan rasa sakit, dimana pada perkusi
akan memberi reaksi positif, gigi terasa memanjang dan terasa sakit bila
digunakan untuk mengunyah. Keadaan ini disebut PERIODONTITS APIKALIS, yaitu
terjadinya peradangan pada jaringan periodontal disekitar akar gigi. Pada tahap
selanjutnya, Periodontitis apikalis dapat menjadi ABSES
PENATALAKSANAAN KARIES GIGI
Sebagaimana prinsip
ilmu Kedokteran Gigi untuk mempertahankan gigi selama mungkin didalam mulut,
maka bila masih memungkinkan, gigi karies akan dirawat dan ditambal, sehingga
dapat mengembalikan fungsi gigi semaksimal mungkin, baik fungsi pengunyahan
maupun estetiknya . Namun rencana perawatan sangat dipengaruhi oleh kondisi
gigi, terutama sisa mahkota yang masih ada.
1.
KARIES DINI.
Pada karies dini, perlu dilihat kondisi kariesnya. Bila
pada karies masih memungkinkan terjadinya remineralisasi, misalnya pada karies
yang masih berupa bercak, maka diusahakan memperbaiki kondisi mulut agar
merangsang erjadinya remineralisasi. Pada karies yang telah berupa lubang, dan
tidak memungkinkan remineralisasi, maka pada gigi tersebut dapat dilakukan
penambalan langsung.
2.
HYPERSENSITIF DENTIN
Pada Hipersensitif dentin, pada gigi telah terbentuk lubang, namun
keadaan pulpa masih sehat. Pada keadaan ini masih dapat dilakukan penambalan
langsung.
3.
PULPITIS REVERSIBEL
Disini pulpa telah mengalami peradangan ringan, sehingga sebelum
dilakukan penambalan pulpa harus dipulihkan
terlebih dahulu. Untuk itu dilakukan Pilp Capping, dimana kavitas ditutup
sementara dulu dengan bahan- bahan yang dapat menetralisir peradangan pulpa dan
merangsang pembentukan sekunder dentin seperti CaOH, ZOE dlsb. Bahan- bahan ini
dibiarkan didalm kavitas untuk beberapa waktu, baru setelah itu dilakukan
penambalan tetap.
4.
PULPITIS IRREVERSIBEL AKUT
Pada kondisi ini pasien sedang mengalami rasa sakit yang hebat,
karena itu perlu dilakukan eliminasi / mengurangi rasa sakit terlebuh dahulu.
Ada bermacam- macam bahan yang apat digunakan untuk keperluan ini, misalnya
Anestesi pulpa, Eugenol dll. Setelah kondisi akut dilewati, baru dilakukan
perawatan endodontik/ perawatan syaraf. Perawatan ini dilakukan dengan membuka
atap pulpa,, membuang jaringan pulpa, sterilisasi serta pengisian seluruh
rongga pulpa dan saluran akar, selanjutnya
dilakukan penambalan.
5.
PULPITIS IRREVERSIBEL KRONIS
Karena pada kondisi ini gigi tidak dalam keadaan akut, maka pada
gigi tersebut dapat langsung dilakukan perawatan Endodontik.
6.
GIGI GANGRAEN/ GANGRAEN PULPA
Seperti pada gigi dengan
Pulpitis irreversible dimana kelainan telah mencapai jarinngan pulpa,bahkan
disini gigi telah mengalami kematian pilpa, maka bila gigi ini akan
dipertahankan, harus dilakukan perawatan endodontik terlebih dulu. Selanjutnya
dengan mempertimbangkan sisa mehkota gigi yang tersisa dan kekuatan akar, dapat
dipertimbangkan restorasi yang sesuai, apakah
cukup denganpenambalan biasa, atau perlu restorasi lain seperti Jacket, Crown dll.
7.
GANGRAEN RADIKS/ SISA AKAR
Biasanya pada gangraen radiks sisa mahkota sudah sangat lemah bahkan
mungkin sudah tidak ada mahkota lagi, maka
gangraen radiks lebih dianjurkan untuk dicabut. Namun bila pencabutan
tidak dapat dilakukan misalnya karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan
untuk dilakukan pencabutan, maka dilakukan perawatan Endodontik pada gangraen
radiks tsb.
PENCEGAHAN KARIES GIGI
Telah dibahas pada
awal makalah ini , ada 4 faktor yang berperan pada pembentukan karies. Karena
itu, untuk mencegah terjadinya karies maka faktor- faktor tersebut harus
dieliminasi semaksimal mungkin.
1.
HOST/ GIGI:
Yang berperan dalam pembentukan karies adalah lekuk- lekuk ( pit Dan
Fissure) pada permukaan kunyah/ oklusal gigi. Sering ditemukan adanya pit dan
fissure yang dalam, sehingga memudahkan perlekatan sisa makanan dan sulit dalam
pembersihannya. Karena itu, untuk mencegah terjadinya karies, pada pit dan
fissure yang dalam tersebut dilakukan pit dan fissure sealing, yaitu melapisi
pit dan fissure tersebut dengan bahan khusus.
Faktor lain dari gigi yang memudahkan penumpukan sisa makanan adalah
letak gigi yang bertumpuk/ tidak teratur. Keadaan ini dapat diperbaiki
denganperawatan Orthodontik ( Meratakan Gigi)
2.
WAKTU : untuk mengurangi waktu
kontak sisa makanan didalam mulut,dapat dilakukan dengan pembersihan mulut sesegera mungkin setelah
makan, dan terutam sebelum tidur. Bila penyikatan gigi tidak dapat segera
dilakukan,usahakan agar setelah makan segera kumur- kumur.
3.
PENGUNAAN FLUOR
Keberadaan Fluor dalam konsentrasi optimum pada jaringan gigi dan
lingkungannya akan merangsang efekanti karies dalam beberapa cara.
-
EFEK PRA ERUPSI : Jika pada
periode pembentukan gigi cukup
fluor, maka emeil yang terbentuk akan
lebih resisten terhadap serangan asam, karena kandungan karbonat yang lebih
rendah akan mengurangi kelarutan terhadap asam.
-
EFEK PASKA ERUPSI GIGI:
Aktifitas fluor paska erupsi penting, karena kehadirannya membantu menghambat
deminerasi jaringan gigi disamping efek remineralisasi yang akan merangsang
perbaikan atau penghentian karies awal .
-
EFEK PADA KUMAN PLAK DAN
METABOLISMENYA : tergantung dari konsentrasi dan Phnya, fluor dapatmenimbulkan
efek anti bakteri dan anti enzim. Pada aplikasi topical, fluor dengan
konsentrasi < 1% F ternyata menimbulkan efek
toksis bagi Streptococcus mutans. Sedang
ion fluor dalam konsentrasi rendah dalam plak dapat menurunkan efek
kariogenik dengan jalan menghambat enzim yang berperan dalam pembentukan asam
dengan penurunan PH yang diakibatkannya.
Agar efektif. Fluor harus dlam bentuk ion.
-
EFEK PADA ENDAPAN PLAK: diperkirakan Fluor dapat menghambat
penyerapan protein saliva pada permukaan email sehingga memperlambat
pembentukan pelikel dan plak.
4.
KONTROL RUTIN KE DOKTER GIGI
KESIMPULAN
Ada 4 faktor yang
mempengaruhi terjadinya karies gigi, yaitu factor gigi sebagai Host, yaitu
kondisi gigi yang memudahkan perlekatan sisa mekanan, antara lain bentuk
permukaan gigi maupun susunan gigi yang berjejal. Faktor lain yaitu adanya
mikro organisme terutama adanya streptococcus mutans, Adanya Karbohidrat serta
waktu, atau lama kontak.
Karies gigi dapat dicegah dengan meminimalisir peran
masing-masng factor, misalnya dengan fissure sealing, perawatan orthodontik
pada gigi, memperbaiki pola makan dan pembersihan gigi. Selain itu dengan
penambahan Fluor.
Penatalaksanaan karies gigi ditentukan oleh derajat
keparahan gigi, serta keluhan yang menyertainya, dimana gigi dapat direstorasi
langsung, atau dilakukan perawatan Endodontik terlebih dahulu. Alternatif lain
adalah pencabutan pada gigi tersebut,namun ini adalah pilihan terakhir bila
gigi tersebut tidak dapat dipertahankan lagi.
Dengan perawatan dan perhatian pada gigi, gigi dapat
dipertahankan selama mungkin dalam mulut untuk menunjang fungsi pengunyahan
maupun estetiknya
KEPUSTAKAAN:
1.
Loesche WJ. Dental Infection.
In Gorbach SL, Bartlett JC, Blacklow NR, 2nd ed Philadelphia:
Saunders, 1998: 499-508.
2.
NC TigueDJ. Diagnosis and
management of dental injuries. Pediatr Clin Nort Am 2000, 47; 1067-84
3.
Netter FH, Lolacino, Atlas of Human
Anatomy. Summit. NJ : 1989 :51
0 comments
Post a Comment