Rasa nyeri merupakan masalah
baik bagi dokter maupun penderita karena tidak semua rasa nyeri dapat
dihilangkan dengan baik dan sempurna.
Nyeri dapat merupakan
mekanisme tubuh untuk melindungi diri ,juga salah satu faktor pencetus dari
respons stres yang mengakibatkan siksaan bagi penderita sehingga menurunkan Kualitas
Hidupnya.
Perasaan rasa sakit ini biasanya disebabkan oleh satu “ mediator “ yang berhubungan dengan
reaksi inflamasi.
Mediator ini terdiri dari
ion hydrogen dan potassium , kinins dan biogenic amines seperti Histamin. 5 – Hydroxytryptamine ( Serotonin
) , Prostaglandins dan Leukotrienes .
Mediator ini juga dapat kita
temukan apabila terjadi reaksi inflamsi atau alesgi pada kulit.
Nyeri didefinisikan
sebagai “ an unpleasant sensory and
emotional experience associated with actual or potential tissue damage or
described in term of such damage “ ( IASP )
Dari definisi ini dapat
ditarik dua kesimpulan .Yang pertama bahwa persepsi nyeri merupakan sensasi
yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosinal karena adanya kerusakan
jaringan ( Pain with nociception ).
Reaksi ini merupakan defans
mekanisme dari tubuh yang diekpresikan , seperti rasa dingin atau panas , akan
diekpresikan oleh thermoreceptor dikulit.
Selain itu saraf sensori
juga ikut berperan , misalnya Batuk ,
Lakrimasi dari kelenjar dimata atau bersin apabila ada stimuli dari luar.
Yang kedua dapat terjadi
tanpa kerusakan jaringan ( Pain without
nociception ).
Dengan perkataan lain ,
nyeri pada umumnya terjadi akibat kerusakan jaringan dan dikenal sebagai Nyeri
Akut .
Nyeri akut mudah dikenal
karena selalu diikuti oleh aktivitas saraf otonom berupa takikardia , hipertensi , keringat dingin ,
pucat dan midriasis. Gejala ini mirip dengan perasaan ketakutan.
Nyeri akut mudah
ditanggulangi dengan cara menghilangkan penyebabnya , misalnya dengan pemberian
analgetik.
Namun dapat juga terjadi
keluhan nyeri tanpa adanya keruskan jaringan atau timbul pada setelah proses
penyembuhan , keadaan ini disebut sebagai “Nyeri Kronik “ dan biasanya menetap.
Nyeri kronik biasanya
diikuti dengan perubahan kejiwaan dan tingkah laku yang sering disertai dengan
perasaan cemas , takut , sukar tidur , putus asa , dan libido menurun yang
akibatnya menurunkan Kualitas Hidup .
Salah satu contoh Nyeri
Kronik adalah nyeri pada kanker yang sangat sukar untuk menghilangkannya.
PERJALANAN NYERI
Antara kerusakan jaringan
sampai dirasakan sebagai persepsi nyeri terdapat suatu rangkaian proses
Elektrofisiologik yang disebut sebagai Nosisepsi ( Nociception ) yang terdiri
dari 4 proses.
1. Proses Transduksi. (
Transduction )
Merupakan proses dimana
suatu stimuli nyeri ( noxious stimuli ) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik
yang akan diterima oleh ujung ujung saraf
(Nerve ending ) . Stimuli ini dapat berupa tekanan , suhu ( panas ) atau
kimia.
2. Proses Transmisi ( Transmission )
Penyaluran impuls melalui saraf sensori
menyusul proses transduksi. Impuls
ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan
serabut C sebagai neuron pertama , dari perifer ke medulla spinalis dimana
impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ketalamus oleh traktus
sphinotalamikus sebagai neuron kedua.
Dari talamus selanjutnya impuls disalurkan kedaerah
somatosensoris dikorteks serebri melalui neuron ketiga dimana inpuls tersebut
akan diterjemahkan sebagai persepsi nyeri.
3 .
Proses Modulasi ( Modulation )
Proses dimana terjadi interaksi antara sistem
analgesik endogen yang dihasilkan oleh
tubuh kita dengan input nyeri yang masuk kekornu posterior medulla spinalis
yang merupakan proses asenderen dan dikontrol oleh otak
Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin ,
endorfin , serotonin dan noradrenalin mempunyai efek yang dapat menekan impuls
nyeri pada kornu posterior medulla spinalis.
Kornu posterior merupakan pintu yang dapat terbuka
dan tertutup guna menyalurkan impuls nyeri yang dipengaruhi oleh sistem
analgesik endogen .
Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi
nyeri menjadi sangat subyektif.
4 . Persepsi ( Perception )
Adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks
dan unik yang dimulai dari proses
transduksi , transmisi dan modulasI yang menghasilkan suatu perasaan
yang subyektif dan dikenal sebagai persepsi Nyeri.
RESPONS STRESS
Respons tubuh terhadap
suatu pembedahan atau nyeri akan memberikan reaksi endokrine dan imunologik
yang secara umum disebut sebagai respons stress.
Karena melibatkan saraf dan
endokrin maka lazim juga disebut sebagai respons neuroendokrin.
Respons neuroendokrin ini
dapat terjadi sebelum , selama dan sesudah pembedahan dan sangat tergantung
dari jenis pengelolaan nyeri pasca bedah yang dipergunakan.
Respons neuroendokrin
akibat suatu pembedahan merupakan suatu hemeostatic defence mechanism yang
penting untuk proses penyembuhan luka serta proses adaptasi tubuh terhadap
suatu stimulus yang kuat.
Akan tetapi apabila
respons neuroendokrin ini berlebihan dan lama justru akan berakibat buruk pada
tubuh.
Oleh karena itu respons
neuroendokrin perlu dikelola mulai dari sebelum , selama maupun pasca bedah
guna meningkatkan outcome penderita.
Dari suatu penelitian
didapatkan bahwa setelah trauma atau operasi maka input nyeri dari perifer ke
sentral akan mengubah ambang reseptor nyeri baik diperifer maupun disentral (
kornu posterior medulla spinalis ).
Kedua reseptor nyeri
tersebut akan menurunkan ambang nyeri , sesaat setelah terjadi input nyeri.
Perubahan ini akan
menimbulkan suatu keadaan yang disebut sebagai hipersensitifitas perifer dan
sentral, dalam klinik akan terlihat pada daerah luka dan sekitarnya akan berubah menjadi hiperalgesia.
Susunan saraf perifer
maupun susunan saraf sentral dapat berubah sifatnya menyusul suatu input nyeri
yang kontinyu.
Susunan saraf pusat tidak
dapat disamakan dengan kabel yang kaku, tapi mampu berubah sesuai dengan
fungsinya sebagai alat proteksi.
Kemampuan susunan saraf
dapat berubah mirip dengan plastik
disebut sebagai plastisitas
susunan saraf. ( Plasticity of the nervous system )
PAIN HISTORY
Karakteristik dari rasa
nyeri dan respon penderita terhadap rasa nyeri merupakan kunci dari terapi.
Dengan mengetahui lokasi ,
kualitas , lamanya dan intensitas dari
nyeri adalah dasar dalam pemilihan jenis obat untuk menghilangkan rasa nyeri
Pemeriksaan rasa`nyeri
meliputi :
1 . Site of Pain
Lokasi dan distribusi dari rasa sakit
dapat menentukan tipe dari nyeri.
2 . Pain drawing
Penderita akan menggambarkan frekwensi dan
lokasi dari rasa sakit.
3 . Duration
Apabila perasaan sakit terjadi lebih dari
setiap 6 bulan , tidak perlu terapi.
4 . Place of onset.
5 . Pain Characteristics
Waktu dari rasa sakit , intensitasnya ,
kualitas dan penyebaran dari nyeri
sangat membantu terapi.
6 . Response of Pain to
Activity.
7 . Associated Symptoms
Apakah ada gejala lain yang berhubungan
dengan rasa sakit.
PEMERIKSAAN
I . FISIK
Melakukan pemeriksaan pada daerah yang
dirasakan sakit , apakah ada
penyebaran dari rasa sakit , refleks
patologi yang ditemukan.
Semua data yang didapat dikumpulkan dan
dianalisa.
II . PRINSIP UMUM
A
.melakukan anamnesa yang lengkap dan harus detail , setiap
pertanyaan yang diajukan harus
dimengerti oleh penderita.
Mencatat setiap keluhan yang
dirasakan oleh penderita.
B . Melakukan pemeriksaan sesuai protocol
yang berlaku.
C . Melakukan observasi pada penderita .
D . Pemeriksaan Muskuloskeletal.
E . Melakukan pemeriksaan Neurologi.
F . Gait Analisa
Menganalisa bagaimana cara berjalan
dari penderita.
PAIN RELIEF
Ada beberapa jenis rasa sakit
dan atas dasar ini cara pengobatannyapun berbeda.
1 . Post operative pain
Nyeri pada saat setelah operasi dapat
dikatakan Nyeri akut , karena akan
hilang apabila jaringan yang luka sembuh.
Untuk menghilangkan rasa
nyeri ini dapat dilakukan dengan
-
melakukan infiltrasi pada daerah luka dengan
obat lokal anestetik.
-
dengan spinal / epidural blok.
-
Dengan cara sistemik dengan obat narkotik
analgetik atau NSAID.
2 . Rheumatik Pain
- Topical Anaestesia.
- Infiltrasi .
- Blok Syaraf.
- Central analgesia.
- NSAID.
3 . Non Malignant Pain .
A . Myofascial Pain :
local anastetik pada trigger point , TENS ,
Anlgetik , NSAID.
B . Radiculopathy :
analgetik , epidural steroid , TENS.
C . Herpez`Zoster :
sympathetic blok . local infiltrasi , narkotik
NSAID.
D . Joint of Spain : injection dengan local anestetik / steroid.
E .
Pancreatitis : NSAID , narkotik , epidural analgetik ,
TENS , blok plexus celiac
F . Labour Pain : Continous Epidural , NSAID , TENS ,
Narkotik
analgetik , ILA.
ANALGESIA PREEMPTIF ( PRE EMPTIVE ANALGESIA )
Hypersensifitas terhadap suatu stimuli menyebabkan
penderita akan mengeluh nyeri yang sangat hebat sehingga diperlukan suatu obat
analgetik yang kuat untuk mengontrolnya.
Untuk mengurangi keluhan nyeri pasca bedah ,
dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya plastisitas dari susunan saraf dimana
salah satu cara dengan melakukan blok saraf.
Dengan blok saraf ( spinal atau epidural ) input
nyeri dari perifer akan diblok sehingga tidak dapat masuk ke kornu posterior medulla spinalis.
Apabila trauma terjadi sebelum operasi dan diberikan
opioid secara sistemik akan mengembalikan perubahan plastisitas susunan saraf
menjadi normal.
Upaya untuk mencegah terjadinya plastisitas disebut
sebagai “Analgesia Preemptif ( Preemptive Analgesia ), artinya mengobati
rasa nyeri sebelum terjadi. ( to treat pain before it occurs ).
Dengan cara demikian keluhan nyeri pasca bedah akan
sangat menurun dibandingkan dengan keluhan nyeri pasca bedah bagi penderita
yang dioperasi dengan tindakan anestesi umum.
ANALGESIA BALANS ( BALANCED
ANALGESIA )
Konsep dari analgesia balans adalah suatu cara untuk
mengintervensi nyeri pada proses perjalanannya, mulai dari proses transduksi ,
transmisi dan proses modulasi.
Jadi merupakan intervensi nyeri yang bersifat
terpadu dan berkelanjutan , yang didasari dari konsep plastisitas dan analgesia
preemptif.
Dari pengalaman didapatkan bahwa dengan menggunakan
analgesia preemptif ,didapatkan hasil yang cukup baik tetapi cara ini mempunyai
keterbatasan waktu dan sulit dipertahankan pada proses penyembuhan.
Pada analgesia balans ,intervensi nyeri dilakukan
secara multimodal dan berkelanjutan
Multimodal dimaksudkan dengan intervensi pada ketiga
proses perjalanan nyeri , yaitu pada proses Transduksi dengan NSAID , proses
Transmisi dengan Anastetik lokal dan proses Modulasi dengan Opioid.
Dengan cara ini terjadi penekanan pada proses
transduksi dan peningkatan proses modulasi , guna mencegah terjadinya proses
hipersensivitas baik diperifer maupun dicentral . Penderita akan bebas dari
rasa nyeri baik pada waktu istirahat maupun pada waktu mobilitas dan juga tidak
ada perasaan stress. Analgesia balans merupakan tehnik pengelolaan nyeri pasca
bedah yang paling rasional , dengan pendekatan multimodal maka pemakaian obat
analgesia dapat ditekan.
OBAT OBAT ANALGESIA
1. Lokal Anastetik
Benzocaine , Procaine ,
Tetracaine , Lidocaine , Bupivacaine , Etidocaine , Articaine
Penggunaan :
a.Topical
b.Infiltrasi
c.Blok
d.Epidural
e.Spinal
2. True Analgesia
a.Narkotik ( opiates dan opioids ) : morphine ,
pethidine , fentanyl . tramadol.
b.Non Narkotik : antipiretik
, NSAID.
NYERI PADA
KANKER
Ada beberapa factor yang
berhubungan dengan nyeri kanker ,yang biasanya bersifat temporal .
-
Lokalisasi : setempat , menyebar , dan menyeluruh .
-
Penyebab , sindrom nyeri yang spesifik.
-
Patofisiologi , somatic , visceral dan neuropatik.
-
Masalah , fisik , social dan psikologis .
Nyeri kanker adalah keadaan yang selalu dirasakan
pada penderita kanker dan biasanya nyeri akan bertambah hebat pada stadium
terminal .
Perasaan nyeri yang hebat tidak saja dirasakan oleh
penderita tetapi juga membebani keluarganya.
Pengobatan rasa nyeri pada penderita kanker harus
mendapat perhatian yang serius .
A CARE Plan harus secepatnya dilakukan
C =
Concern , Cheerfulness, Compassion , Competancy.
A = Appropriate and timely analgesics and
adjuvant medications.
R = Relief of pain during night.
E = Energize your own resources.
KLASIFIKASI
NYERI
1 . Type Somatic
: Lokalisasi jelas , misal
metastase ke tulang .
2 . Type Visceral
: Lokalisasi tidak jelas ,
perasaan diperas didalam .
3 . Type Deafferentation : Lokalisasi tidak jelas ,
seperti rasa`terbakar karena
Listrik.
PAIN
ASSESSMENT
Pada pemeriksaan penderita kanker harus diperhatikan
beberapa hal :
-
Percaya akan cerita dari penderita akan rasa sakitnya karena nyeri sangat
subyektif sedangkan obyektifnya dapat diketahui dari denyut jantung , pallor ,
diaphoresis atau facial grimaces.
-
Duduk , dengarkan dan tenteramkan hatinya.
-
Perhatikan durationnya , lokalisasi , kualitas dari nyeri , apakah ada
gangguan tidur.
-
Apakah sudah memakai obat obat analgesia , bagaimana reaksi dan efek
sampingnya.
-
Berapa kuantitas rasa sakitnya , apabila sakit sekali diberi angka 10.
-
Pemeriksaan laboratorium dan radiology dievaluasi kembali.
-
Pemeriksaan fisik diagnostik dilakukan secermat mungkin.
-
Dicari etiology dari rasa sakit , mis karena obstruksi atau metastase.
ANALGESIC
MANAGEMENT .
Pemberian obat penghilang rasa sakit bisa analgetik
yang ringan sampai yang kuat dan kadang kadang ditambah dengan obat lain untuk
mengurangi efek samping atau untuk menambah efek lainnya.
A . Obat Analgetik
Disesuaikan dengan rasa sakit , apakah ringan , sedang atau hebat.
Pemberian sebaiknya oral jangan suntikan dan perhatikan apakah ada
efek
samping.
B . Non Opioid Analgetik
- Aspirin dan NSAID , obat ini dapat
berfungsi sebagai analgetik , anti
piretik dan anti inflamatori.
-
Acetaminophen , sangat efektif sebagai anlgetik dan antipiretik.
C . Opioid Analgetik .
-
Morphine like agonists , morphine , hydromorphine , methadone ,
Codeine .
Obat
ini dapat diberikan secara oral atau suntikan dan efek sampingnya
mual
dan muntah , apabila diberikan secara enteral dapat menyebabkan
gangguan pada pernafasan.
D . Obat tambahan
Dapat berupa anti depressant ,
anticonvulsant , anti emetic dan anti
anxiety.
INTRASPINAL
NARCOTICS
Cara ini dilakukan apabila obat narkotik yang
diberikan secara oaral ataupu enteral sudah tidak bermanfaat lagi.
Biasanya obat yang sering dipakai adalah Morphine
dan dikombinasi dengan obat local anastetic.
Intraspinal narkotik dapat dipergunakan untuk waktu
yang panjang dan mempergunakan alat khusus.
Umumnya metode ini dipakai pada stadium terminal
dengan mempergunakan kateter yang ditanam didaerah abdominal.
Pada kasus kasus tertentu apabila cara ini masih
juga tidak berhasil , bisa dilakukan tindakan yang terakir dan biasanya
dikerjakan oleh Neurosurgeon yaitu Chordotomy.
KEPUSTAKAAN
1 . The Pain Clinic
Manual J B lippincott Company
2 . Majalah Anestesia dan
Critical Care vol 17 no 2 thn 1999.
3 . The Relief of Pain , W Forth
, E Martin , K Peter.
4 . Analgesia Balans .dr A Husni Tanra PhD, SpAn
5 . Ketorelac , Roche.
6 . Pain
Control With TENS , Robert A Ersek , MD
0 comments
Post a Comment