LOBUS FRONTALIS
1.
Anatomi
Permukaan
hemisfer serebri terdiri dari fisura dan sulkus yang memisahkan lobus frontal,
parietal, oksipital, dan temporal. Bagian otak yang terletak antara sulkus
disebut dengan konvolusi atau girus. Fisura serebral lateral memisahkan lobus
temporal dari lobus frontal. Sulkus sentralis terletak di tengah hemisfer mulai
dari fisura serebral longitudinal dan memanjang ke bawah dan ke atas sampai
sekitar 2,5 cm di atas fisura serebral lateral. Sulkus sentralis memisahkan lobus
frontal dari lobus parietal.1
Gambar
1. Hemisfer serebri dari arah lateral2
Lobus
frontalis mencakup daerah kortikal yang memanjang dari kutub frontalis ke
sulkus sentralis dan fisura lateralis.1,3 Sulkus presentralis
terletak di anterior dari girus presentralis dan paralel terhadap sulkus
sentralis. Sulkus frontalis superior dan inferior memanjang ke depan dan ke
bawah dari sulkus presentralis, membagi permukaan lateral lobus frontalis
menjadi 3 girus yang paralel, yaitu girus frontalis superior, medius, dan
inferior. Girus frontalis inferior
dibagi 3 bagian oleh fisura serebralis lateralis rami asenden dan horizontal
anterior, yaitu bagian orbitalis yang terletak rostral dari ramus horizontal
anterior, bagian triangular yang merupakan bagian berbentuk baji antara rami
horizontal anterior dan asenden anterior, dan bagian operkularis yang terletak
di antara ramus asenden dan sulkus presentralis.1
Sulkus dan girus orbitalis
memiliki kontur dan lokasi yang ireguler. Sulkus olfaktorius terletak di bawah
traktus olfaktorius di permukaan
orbital; yang terdapat girus rektus di medialnya. Girus singulatum merupakan
konvolusi berbentuk bulan sabit di permukaan medial antara sulkus singulatus
dan korpus kalosum. Lobus
parasentralis merupakan girus quadrilateral di sekitar akhir sulkus sentralis
pada permukaan medial hemisfer yang mewakili kelanjutan dari girus presentralis
dan postsentralis.1
Gambar 2. Pembagian lobus
frontalis2
Korteks
serebri terdiri dari allokorteks (archicortex) dan isokorteks (neocortex). Allokorteks terdapat pada sistem limbik sedangkan
isokorteks terdapat pada hemisfer serebri. Isokorteks terdiri dari 6 lapis sel,
yang disebut dengan sitoarsitektur, yang terdiri dari.1
a.
Lapisan molekuler (I), terdiri dari serabut yang
berasal dari dalam korteks atau dari thalamus (serabut aferen non spesifik).
b.
Lapisan granuler eksterna (II), merupakan lapisan yang
agak padat yang terdiri dari sel-sel kecil.
c.
Lapisan piramidal eksterna (III), terdiri dari sel-sel
piramidal yang tersusun dalam barisan.
d.
Lapisan granuler interna (IV), merupakan lapisan yang
tipis dengan sel-sel yang mirip dengan lapisan II. Sel-sel ini menerima serat
aferen spesifik dari talamus.
e.
Lapisan ganglionik/piramidal interna (V), terdiri dari
sel-sel piramidal yang besar tapi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada
lapisan III.
f. Lapisan fusiform/multiform (VI),
terdiri dari sel-sel ireguler yang fusiform dan aksonnya memasuki substansia
alba yang berdekatan.
Sistem klasifikasi Brodmann merupakan sistem klasifikasi korteks
serebri yang paling banyak digunakan sebagai dasar klasifikasi proses
fisiologis dan patologis.1 Lobus frontalis terdiri dari korteks
somatomotorik primer dari girus presentralis (area 4), area premotorik (area 6aa, 6a, dan 8), area prefrontal
(area 9, 10, 11, 12, 45, 46, dan 47), dan area motorik bicara (area 44).3
Gambar 3. Sistem klasifikasi Brodmann4
a.
Korteks
somatomotorik primer/girus presentralis (area 4)
Korteks
motorik primer dimulai dari sepanjang dasar fisura sentralis dan mengisi sebagian besar konvolusi
sentral anterior, mencakup bagian anterior dari lobulus parasentralis pada sisi
medial dari hemisfer.2
Ketebalan korteks ini sekitar 4,5
mm dan secara histologi agranular dan heterotipikal. Lapisan kelima mengandung
sel-sel piramidalis raksasa (sel-sel Betz) yang memberikan serat-serat konduksi
cepat yang sangat bermielin dari traktur piramidalis.1
Rangsangan aferen datang dari
nukleus ventro-oral posterior talamus, dari area premotorik 6 dan 8 serta area
somatosensorik. Sekitar 40% serat traktus piramidalis berasal dari dalam area
4, sekitar 20% dari girus postsentralis, dan sisanya dari area premotorik. Hanya
3-4% serat dari area 4 adalah akson-akson dari sel-sel piramidalis raksasa.3
b.
Korteks premotorik (area 6aa,
6a, dan 8)
Sitoarsitektur
dari region ini serupa dengan area 4, kecuali bahwa sel-sel piramidalis raksasa
hampir seluruhnya tidak ada. Lapangan kortikal ini mempunyai hubungan dua arah
dengan nukleus talamus ventral anterolateral, yang kemudian berhubungan dengan
palidum dan serebelum.3
c.
Korteks prefrontal/area asosiasi frontal
Korteks
prefrontal meliputi area 9, 10, 12, dan 46 pada kecembungan dan sisi medial
dari lobus frontalis serta area 11 dan 47 pada basisnya, selanjutnya dirujuk
sebagai lobus orbitalis.3
Area kortikal
frontal mempunyai hubungan dua arah dengan nukleus talamus medial. Selain itu, juga menerima impuls-impuls
dari hipotalamus dan melalui serat-serat penghubung dari kebanyakan daerah
kortikal lainnya.3
d.
Korteks
bicara motorik/Broca (area 44)
Area Broca sebagian terletak di
korteks prefrontal bagian posterior lateral dan sebagian lagi terdapat di area
premotorik.5
2.
Vaskularisasi
a.
Suplai Arteri
Darah arteri untuk
otak memasuki rongga tengkorak melalui dua pasang pembuluh besar, yaitu.1
1) Arteri karotis interna
Arteri karotis interna merupakan cabang dari arteri
karotis komunis. Cabang arteri karotis interna adalah arteri oftalmik, arteri
serebri media, dan arteri serebri anterior. Arteri serebri anterior dihubungkan
oleh arteri komunikans anterior.
Arteri karotis interna mensuplai otak bagian
depan.
2) Arteri vertebralis
Arteri vertebralis
merupakan cabang dari arteri subklavia. Sistem vertebra mensuplai batang otak,
serebelum, lobus oksipital, dan talamus.
Sistem karotis saling
berhubungan melalui arteri serebri anterior dan arteri komunikans anterior.
Selain itu, sistem karotis juga berhubungan dengan arteri serebri posterior
(sistem vertebralis) melalui arteri komunikans posterior. Hubungan
arteri-arteri ini disebut dengan sirkulus Willisi.1
Arteri serebri media
mensuplai struktur dalam dan bagian lateral serebrum. Arteri serebri anterior
dan cabang-cabangnya berjalan di sekitar genu korpus kalosum untuk mensuplai
lobus frontalis anterior dan bagian medial hemisfer dan memanjang jauh ke arah
posterior. Arteri serebri posterior berjalan di sekitar batang otak untuk
mensuplai lobus oksipitalis, pleksus koroidalis ventrikel ketiga dan lateral,
dan permukaan bawah lobus temporal. Arteri koroidalis anterior membawa darah ke
pleksus koroidalis ventrikel lateral dan beberapa struktur otak yang
berdekatan.1
b.
Drainase Vena
Darah kapiler yang
memasuki vena-vena, meninggalkan otak melalui vena-vena interna dan eksterna
yang mengalir ke dalam sinus-sinus duralis besar. Dari sinus-sinus, darah
kembali ke jantung melalui vena-vena jugularis interna, vv. brakiosefalikus (vena
anonima), dan vena kava superior. Sejumlah kecil darah meninggalkan serebrum
melalui pleksus venosus dari kanalis spinalis dan melalui vena-vena emisarius
yang menghubungkan sinus-sinus dengan vv. diploika dan vena-vena di kulit
kepala.3
Perjalanan dari
banyak vena serebri tidak tergantung dari arteri-arteri yang memberi darah
daerah dari vena tersebut. Vena-vena ini mengalir ke dalam sinus longitudinalis
superior dari sinus transversus, yang terdiri dari vena-vena serebri superior
(v. medial dan dorsal) dan vv. serebri inferior. Vena-vena lainnya berjalan
hampir paralel dengan arteri-arteri yang namanya sama dengan nama venanya dan
berhubungan dengan sinus-sinus pada basis tengkorak, yaitu vv. serebri
anterior, media, dan posterior.3
Vena-vena serebri
anterior mengalirkan konvolusi orbital dan frontalis medial, seperti juga korpus
kalosum rostral. Darah dari vena-vena tersebut mencapai sinus rektus melalui
vv. basalis dan Rosenthal. 3
Vv. serebri media
berukuran agak besar dan membentuk satu saluran superfisial dan satu saluran
profunda. Vena-vena profunda mengalirkan darah dari konvolusi di dalam fisura
Sylvii. Vena-vena superfisialis, yang berasal dari konvolusi yang mengitari
fisura Sylvii, yang dari bagian frontal lateral dan lobus orbitalis lateral.
Vv. serebri media superfisialis mengosongkan isinya ke dalam sinus-sinus
kavernosus dan vv. profunda ke dalam vv. basalis dan Rosenthal. Vena-vena
superfisialis berjalan di atas fisura Sylvii eksterna yang berhubungan dengan
vena-vena superior dorsal yang bertanggung jawab untuk regio sentralis melalui
vv. anastomosis superior dari Trolard. Vena ini juga berhubungan dengan vv.
serebri inferior pada bagian cembung lobus temporalis melalui v. anastomosis
inferior dari Labbe. 3
3.
Fungsi dan Gangguan pada Lobus Frontalis
a.
Korteks
somatomotorik primer/girus presentralis (area 4)
Destruksi dalam
area 4 menyebabkan paralisis flaksid pada bagian tubuh kontralateral yang
berkaitan. Jika area premotorik 6 yang berdekatan juga rusak, serat-serat
ekstrapiramidalis akan terganggu dan menyebabkan paralisis spastik.3
b.
Korteks premotorik (area 6aa,
6a, dan 8)
Lesi yang menghancurkan pada korteks premotorik menghasilkan gangguan
keseimbangan dan kecenderungan untuk jatuh karena adanya hubungan korteks
premotorik dengan serebelum.3
Jika korteks premotorik mengalami kerusakan, akan terjadi spastik
kontralateral karena adanya gangguan terhadap penghambatan refleks peregangan
spinal di bawah keadaan normal. Perubahan
iritatif pada area 6 atau 8 menghasilkan serangan dari mata, kepala dan badan,
menoleh kea rah berlawanan. Kerusakan sisi medial hemisfer yang diduga sebagai
area motorik suplementer menghasilkan refleks menggenggam atau dorongan untuk
menggenggam.3
Motor engram disimpan dalam
area premotorik dalam kooperasi dengan serebelum dan ganglia basalis. Jika
terdapat lesi dalam korteks premotorik di depan daerah tangan dalam area 4,
terjadi kehilangan motor engram yang berkaitan dengan tangan sehingga gerakan
tangan yang lebih rumit dan halus juga hilang. Apraksia kinetik ekstremitas ini
dapat menyebabkan agrafia tanpa gerakan volunter menjadi berkurang oleh paresis
atau paralisis.3
Area presentralis 8
mengandung lapangan motorik mata, yaitu tempat gerakan mata volunter berasal.
Iritasi dari lapangan mata ini menghasilkan deviasi konjugat ke arah sisi yang
berlawanan. Lesi paralisis dari lapangan ini menyebabkan gerakan konjugat pada
sisi yang sama karena predominansi dari area kontralateral 8 yang masih
berfungsi.3
c.
Korteks
prefrontal/area asosiasi frontal
Perangsangan area
prefrontal tidak menimbulkan respon motorik. Korteks prefrontal
berhubungan dengan fungsi psikis yang lebih tinggi sehingga penyakit yang merusak
korteks ini menyebabkan gangguan psikis. Penyakit ini diketahui dari kondisi
seperti cedera lobus frontalis, tumor lobus frontalis, tumor lobus orbitalis,
paresis umum, dan penyakit Piek dari tipe frontal dan orbital.3
Adanya bedah psiko seperti lobotomy frontalis, leukotomi prefrontalis,
dan singulotomi memberikan beberapa kepentingan dari korteks prefrontal untuk
fungsi-fungsi psikis. Pasien yang menjalani bedah psiko memberikan gambaran
bahwa mereka mengalami perubahan psikis khas jika kerusakannya bilateral.
Perubahan tersebut berupa perubahan kepribadian yang ditandai secara khas oleh
hilangnya inisiatif mental dan motorik atau rusaknya tingkah laku inhibisi yang
berkaitan dengan penurunan dalam sikap untuk menilai dan etika.3
Lesi yang melibatkan korteks prefrontal pada 2/3 anterior dari
konvolusi frontal atau substansia albanya, menghasilkan hilangnya inisiatif
dalam aktivitas motorik seperti juga berpikir aktif. Jika proses tersebut
menghancurkan korteks dan substansia laba dari lobus orbitalis, karakteristik
utama dari perubahan kepribadian adalah hilangnya inhibisi dalam tingkah laku
sosial.3
1)
Sindrom kerusakan lobus frontalis anterior
Area lobus frontalis anterior adalah 2/3 anterior dari konvolusi
frontalis pada kecembungan. Jika terjadi kerusakan bilateral pada konvolusi ini
(atrofi seperti pada lobus frontalis pada penyakit Pick, trauma, kompresi atau
infiltrasi oleh tumor), pasien kehilangan spontanitas dalam motorik seperti
juga aktivitas mental. Beberapa pasien dapat duduk dan melihat koran selama
berjam-jam tanpa membaca atau memandang keluar jendela tanpa memperhatikan apa
yang terlihat.
Pasien dengan tipe ini dapat terlihat menderita akibat depresi
akinetik, tetapi tidak mengalami depresi. Kondisi ini dapat disalah artikan
sebagai katatonia. Pada pasien dengan kerusakan lobus frontalis dan tumor lobus
frontalis, sebagian mungkin disebabkan oleh oligemia dalam lobus parasentralis,
berasal dari penekanan arteri serebri anterior.3
2)
Sindrom kerusakan lobus orbitalis
Kerusakan pada lobus orbitalis terdiri dari perubahan dalam ciri-ciri
khas dan hilangnya inhibisi dalam tingkah laku sosial. Dalam kasus kerusakan
lobus orbitalis akibat trauma, bulbus dan traktur olfaktorius hamper selalu
mengalami cedera. Kebanyakan dari pasien ini menderita anosmia bilateral atau
unilateral, yang sering merupakan satu-satunya tanda neurologik. 3
Jika trauma dapat disingkirkan dan perubahan kepribadian seperti juga
anosmia berkembangan dengan lambat, suatu meningioma dari regio olfaktorius merupakan
penyebab yang paling mungkin. 3
d.
Korteks bicara motorik/Broca (area 44)
Kerusakan area 44 kiri pada pasien yang kinan menghasilkan afasia motorik. Pada afasia motorik ini, pasien
bisa mengerti kata-kata yang diucapkan, tetapi tidak mampu berbicara karena
motor engram dari gerakan-gerakan yang diperlukan untuk berbicara tidak ada.
Otot-otot yang diperlukan untuk berbicara tidak mengalami paralisis, tetapi
pasien tidak mampu untuk mempersarafi otot-otot tersebut dengan intensitas dan
kelanjutan yang tepat. 3
Jika hanya korteks area 4
yang mengalami kerusakan, terjadi afasia motorik kortikal. Jika serat-serat
yang menghubungkan area 44 dengan area motorik untuk vokalisasi mengalami
gangguan, kondisi yang diakibatkan disebut afasia motorik subkortikal atau
afasia motorik murni. 3
0 comments
Post a Comment