Related Articles



PENDAHULUAN

Ambliopia atau yang sering disebut dengan lazy eye adalah kondisi dimana penglihatan seseorang tidak terkoreksi dengan kacamata atau lensa kontak dan tidak ada ditemukannya penyakit mata. Dikarenakan otak tidak dapat sepenuhnya menterjemahkan benda yang terlihat pada seseorang yang menderita ambliopia. Ambliopia terjadi hanya pada satu mata yang mengalami kelainan, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk terjadi pada kedua mata.1
            Prevalensi terjadinya ambliopia dapat terjadi pada 2 atau 3 orang pada setiap 100 orang, berdasarkan data dari American Academy of Ophthalmology terjadi 2%-4% dari populasi masyarakat Amerika Utara.2,3
            Untuk menentukan seseorang menderita ambliopia tidak mudah, anak-anak mungkin tidak mengetahui bahwa salah satu matanya telah mengalami gangguan. Pada anak-anak ambliopia dideteksi dengan ditemukannya keluhan perbedaan pandangan terhadap sesuatu yang dipandang anak tersebut. Namun, keluhan penurunan penglihatan pada anak tentu saja bukan selalu merupakan suatu ambliopia2.
            Kebanyakan orang menganggap antara strabismus dan ambliopia adalah suatu hal yang sama. Ambliopia bisa saja terjadi karena didapatkan dari starbismus unilateral yang konstan.1
            Ambliopia dapat terjadi dengan tanpa kelainan organik dan dapat pula dengan kelainan organik yang tidak sebanding dengan visus yang ada. Bila terjadi pada usia kurang dari 6 tahun maka masih dapat dilakukan latihan untuk mendapatkan perbaikan terhadap penglihatan.
            Terdapat beberapa tanda pada mata yang telah mendapatkan kelainan ambliopia, diantaranya :
  1. Berkurangnya penglihatan
  2. Hilangnya sensitivitas kontras
  3. Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik
  4. Adanya anisokoria
  5. Biasanya daya akomodasinya menurun
Pengobatan yang paling baik dan efektif adalah dengan oklusi mata. Prognosis dari ambliopia bila tetap tidak diobati sampai usia anak 6 tahun hingga 9 tahun, defek visual mungkin tidak dapat membaik. Ambliopia bila tidak diketahui secar dini dapat dicegah untuk terjadinya ambliopia permanen. Perbaikan dapat dilakukan bila penlihatan masih dalam perkembangannya. Bila ambliopia ini ditemukan pada usia di bawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan latihan untuk perbaikan penglihatn.4
Berdasarkan teori di atas, kami penulis merasa tertarik untuk memuat sebuah tulisan ilmiah berupa referat dengan judul ’Ambliopia’, dengan harapan dapat bermanfaat bagi kami dalam menambah ilmu pengetahuan kedokteran di bidang ilmu penyakit mata dan meningkatkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah serta juga bermanfaat bagi pembaca referat ini.


TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Penglihatan5
            Lintasan visual merupakan lintasan yang dilalui impuls sejak terbentuknya bayangan di retina sampai kesadaran mengenai adanya objek yang dilihat. Jalur visual ini meliputi:
1. Retina
            Suatu objek dapat terlihat paling jelas jika cahaya dan objek tepat jatuh (terfokus) di retina, tepatnya makula lutea atau bintik kuning. Dapat atau tidaknya cahaya dari jauh tak terhingga (sinar sejajar) terfokus pada retina saat mata istirahat (tidak berakomodasi) adalah tergantung dari kekuatan refraksi dan panjang aksis bola mata. Jadi agar bayangan jelas maka dibutuhkan media refrakta yang jernih dengan kekuatan refraksi yang cocok dengan panjang sumbu bola mata, serta retina sebagai penangkap bayangan yag baik. Bayangan yang terjadi di retina (kedua mata) dibandingkan dengan obyeknya adalah lebih kecil, terbalik, hitam dan dua dimensi.
2. Nervus Optikus
            Bayangan dan retina akan diantar mula-mula oleh nervus optikus untuk menuju fisura kalkarina. Satu nervus tersusun kira-kira 1,2 juta akson yang berasal dari sel-sel ganglioner di retina. Nervus optikus adalah serabut syaraf yang terletak antara papil nervus optikus sampai kiasma optikum sedangkan dari kiasma optikum sampai korpus genikulatum lateral disebut traktus optikus.
            Nervus optikus mempunyai panjang kira-kira 50 mm dari bola mata sampai kiasma optikum dan dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
a. Bagian intraokuler (papil nervus optikus atau bintik buta)
            Merupakan tempat berkumpulnya serabut-serabut syaraf yang berasal dari sel-sel ganglioner dan seluruh permukaaan retina. Bentuk papil tergantung besarnya foramen skleralis posterior (kanalis skleralis).
b. Bagian intraorbita
            Karena bentuknya seperti huruf S dan panjang, maka bola mata dapat bergerak dengan bebas tanpa menyebabkan ketegangan nervus optikus.
c. Bagian intraossea
            Adalah nervus optikus yang berjalan pada kanalis optikus, panjangnya kira-kira 5 mm.
d. Bagian intrakranial
            Merupakan bagian nervus optikus setekah keluar dari kanalis optikus ke rongga tengkorak sampai kiasma optikum.
3. Kiasma optikum
            Merupakan setengah silang (semidekusasio) dari nervus optikus kanan-kiri. Pada kiasma ini serabut syaraf yang dari temporal retina tidak mnyilang sedang yang dari nasal mengadakan persilangan. Pada kiasma tidak terjadi pergantian neuron, sehingga sebenarnya nervus optikus dan traktus optikus itu sama yaitu suatu traktus.
4. Traktus Optikus
            Setiap traktus optikus dimulai dari sudut postero lateral kiasma dan mengikuti bagian atas pedunculus cerebri untuk berakhir dalam nukleus genikulatum lateralis.
5. Korpus genikulatum lateral (kgl)
            Merupakan akhir serabut syaraf aferen dari lintasan visual anterior. Dari kgl akan terdapat neuron visual akhir yang akan membentuk radiasio optikus (traktus genikulokalkarina) untu menuju korteks visual primer di fisura kalkarina.
6. Radiasio optikus
            Radiasio optikus berjalan mneyebar dari kgl ke lateral inferior melingkupi bagian depan kornu temporalis ventrikel lateral kemudian ke belakang dan berakhir pada korteks kalkarina.
7. Korteks visual
            Pada fisura kalkarina lobus oksipitalis terdapat korteks visual primer atau area 17, disinilah berakhir impuls dari retina. Fungsi korteks visual primer adalah untuk deteksi organisasi ruang dan pemandangan visual yaitu deteksi bentuk obyek, kecerahan bagian-bagian obyek, bayangan dan sebagainya.
            Fovea menempati daerah seluas 35% pada korteks visual primer yang mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan detail. Juga terdapat sel-sel untuk deteksi cahay bulat, deteksi garis, perubahan orientasi, deteksi warna dan seterusnya. Rangsang kedua mata juga disatukan disini (difusikan).
            Diluar area 17 terdapat area 18 (parastriata) dan area 19 ( penistriata). Kedua area ini disebut korteks visual sekunder yang berfungsi untuk pemrosesan visual lebih lanjut.

2.2 Ambliopia
2.2.1 Definisi
            Menurut Ilyas (2007) ambliopia yaitu suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya4.
            Ahli lain mendefinisikan ambliopia adalah suatu keadaan dimana tajam penglihatan tidak maksimal tetapi anatomi mata normal disebabkan rangsangan korteks penglihatan tidak maksimal pada masa periode kritis5.
                       Lazy eye vision vs. Normal Vision

Gambar 2.1
(Uniteforsight, 2008)

 2.2.2 Etiologi4,6
            Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan bentuk, interaksi binokular abnormal atau keduanya, dimana tidak ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata dan pada kasus yang keadaan baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan. Biasanya ambliopia disebabkan oleh kurangnya rangsangan untuk meningkatkan perkembangan penglihatan. Hal ini biasanya disebabkan oleh kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, strabismus dan kelainan lain yng menyebabkan gangguan transmisi bayangan ke otak. Penelitian pada binatang memperlihatkan bahwa bayangan yang kabur pada retina dan strabismus selama awal perkembangan penglihatan dapat menyebabkan kerusakan struktural dan  fungsional nukleus genikulatum laeral dan korteks oksipital
            Diduga terdapat 2 faktor yang dapat merupakan penyebab terjadinya ambliopia yaitu supresi dan nirpakai (nonuse). Ambliopia nirpakai terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino kortikal pada saat periode kritis dalam perkembangannya terutama sebelum usia 9 tahun. Supresi yang terjadi pada ambliopia dapat merupakan proses kortikal yang akan mengakibatkan terdapatnya skotoma absolut pada penglihatan binokular atau sebagai hambatan binokular pada bayangan retina yang kabur. Supresi sama sekali tidak berkaitan denagn perkembangan penglihatan.

2.2.3 Patofisiologi dan Klasifikasi4,7
            Menurut Duke Elder ambliopia diklasifikasikan sebagai berikut:
1.   Ambliopia eks anopsia (segmen anterior)
Ambliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan
penglihatan bayi. Ambliopia eks anopsia diduga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran melihat. Ambliopia ini mulai terjadi sesudah berumur 4 tahun maka tajam penglihatan tidak kurang dari 20/200, sedangkan bila terjadi pada usia kuarng dari 4 tahun maka tajam penglihatan dapat lebih buruk. Kelainan ini dapat terjadi pada mata bayi dengan katarak, ptosis ataupun kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat dilatasi.
2.   Ambliopia Kongenital (organik: segmen posterior)
Ambliopia dengan kelainan organik yang dapat menerangkan sebab tajam penglihatan kurang. Ambliopia terjadi akibat kerusakan fovea kongenital sehingga menggangu penderita. Ambliopia organik bersifat irreversibel.
3.   Ambliopia strabismik
Ambliopia yang terjadi akibat juling yang lama biasanya juling ke dalam pada anak sebelum penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut untuk mencegah gangguan penglihatan (diplopia). Kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.Ambliopia ini ditemukan pada penderita esotropia dan jarang pada eksotropia. Strabismus yang dapat menyebabkan ambliopia adalah strabismus manifes, strabismus dengan sudut deviasi kecil, strabismus yang selalu mempunyai sudut deviasi di seluruh arah pandangannya. Fiksasi silang merupakan antiuiji ambliopia starbismik. Bila kondisi ini tidak terjadi maka tidak akan terdapat ambliopia.
4.Ambliopia anisometrik
         Hal ini akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata yang berbeda jauh.
   Akibat anisometrik mata bayangan benda pada kedua mata tidak sama besar yang menimbulkan bayangan pada retina secara relatif diluar fokus dibanding mata lainnya. Bayangan yang lebih suram akan disupres, biasanya pada mata yang lebih ametropik. Beda refraksi yang besar antara kedua mata menyebabkan terbentuknya bayangan kabur pada satu mata.  Ambliopia yang terjadi akibat perbedaan refraksi kedua mata yang terlalu besar atau lebih dari 2,5 dioptri, mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan binokular tunggal, juga pada unilateral astigmatisme sehingga bayangan menjadi kabur. Pada mata sferis tidak terjadi bila mata yang lebih berat minusnya dipakai untuk melihat dekat sedangkan yang normal dipakai untuk melihat jauh (terjadi melihat alternatif).

2.2.4        Pemeriksaan4,8
    Uji crowding phenomena
      Penderita diminta membaca huruf Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu per satu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena ‘crowding’ pada mata tersebut yang menandakan terjadi ambliopia.
            Uji densiti filter
      Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam penglihatan pada mata normal turun 50%, pada mata ambliopia fungsional tidak akan atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksan sebelumnya sedangkan pada ambliopia organik tajam penglihatan akan sangat menurun.
    Uji Worth’s four dot
      Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina abnormal, supresi pada satu mata juling. Penderita memakai kaca mata dengan filter merah paada mata kanan dan biru pada mata kiri kemudian melihat pada objek 4 titik dimana  berwarna merah, 2 hijau 1 putih. Titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan lampu putih terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah. Empat titik juga akan dilihat oleh mata juling tetapi terjadi korespondensi retina yang abnormal. Bila terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan dominan atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau yang bersilangan berarti mata dalam keadaan eksotropia dan bila tidak bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.
    Visuskop
      Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan melakukan visuskopi dapat ditentukan bentuk fiksasi monokular pada ambliopia.
    Uji pinhole
      Jika seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat kelainan refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan.
    The E game
      Penderita ditunjukkan berbagai macam posisi huruf E dan diminta untuk mencocokkan posisi tersebut dengan yang ditunjukkan oleh pemeriksa.
    Sheridan-Gardiner (SG) test
      Penderita memegang sebuah kartu dengan tujuh huruf. Pemeriksa menunjuk sebuah huruf dan meminta penderita untuk menunjuk huruf yang sama pada kartu tersebut. Tes ini adalah tes ketajaman penglihatan yang kurang akurat, digunakan untuk anak-anak di bawah umur 2,5 tahun.
    Landolt ring test
      Tes ini menyerupai ’E game’. Lingkaran yang rusak dan menyerupai huruf C dipakai untuk menggantikan huruf E dan uji ini ditampilkan dengan cara yang sama dengan E game. Kemudian  hasilnya dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari E game.

2.2.5  Penanganan ambliopia4,6,8
            Ambliopia merupakan kelainan yang reversibel dan akibatnya tergantung pada saat mulai dan lamanya. Saat yang sangat rentan adalah bayi pada umur 6 bulan pertama dan ambliopia tidak akan terjadi sesudah usia lebih dari 5 tahun.
            Ambliopia bila diketahui dini dapat dicegah sehingga tidak menjadi permanen. Perbaikan dapat dilakukan bila pengelihatan masih dalam perkembangannya. Bila ambliopia ini ditemukan pada usia dibawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan latihan untuk perbaikan penglihatan.
             Prinsip penatalaksanaan ambliopia adalah dengan membatasi pemakaian mata yang tajam penglihatan terbaik dan memaksa mata yang tajam penglihatan kurang untuk melihat, sehingga terjadi reorganisasi sel di nukleus genikulatum lateral dan korteks oksipital.
            Pengobatan dapat dengan :
  • Untuk memulihkan kembali amblopia pada seorang pasien muda, harus dilakukan suatu pengobatan antisupresi aktif menyingkirkan faktor ambliopiagenik.
  • Oklusi mata yang sehat.
  • Penalisasi dekat, mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan memberi + 2,5 D sedang mata yang baik diberi atropin.
  • Penalisasi jauh dimana mata yang amblopia dipaksa melihat jauh dengan memberi atropin pada mata yang baik serta diberi lensa + 2,50
  • Latihan ortoptik bila terjadi juling
  • Pencegahan terdapat ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun perlu pemeriksaan tajam pengelihatan terutama bila memperlihatkan tanda-tanda juling.

Total Occlusion

            Mata yang dominan tertutup dengan bagian kecil mengeluarkan cahaya dan bentuk dan pada anak-anak menggunakan mata yang ambliopik. Waktu oklusi harus disesuaikan dengan individual anak-anak, bergantung pada usia, ketajaman penglihatn, pengobatan sebelumnya dan frekuensi anak-anak datang ke klinik. Hal ini penting khususnya pada anak-anak, untuk menghindari oklusi yang berlebihan, mengurangi penglihatan pada mata yang dioklusi (ambliopia oklusi), kondisi ini tidak dibolehkan reversibel khususnay pada bayi. Jadwalnya tergantung pada masing-masing respon anak terhadap oklusi.
Part- time Occlusion
            Part- time Occlusion adalah untuk pemeliharaan tingkat penglihatan, terutama dimana tajam penglihatan terbaik sudah siap diperoleh dengan full time occlusion. Cara ini dilanjutkan hingga anak-anak berusia kira-kira 7 atau 8 tahun dan dapat memelihara penglihatan yang diperoleh pada tingkat yang terbaik dengan mengurangi oklusi setengah hari dalam satu minggu penuh, kemudian setengah hari dari 5 hari, 3 hari seminggu dan akhirnya selama 2 jam/1 minggu.

Minimal Occlusion
            Meskipun full time occlusion lebih disukai pada anak-anak yang tidak bisa mentoleransi terapi ini. Penolakan berasal dari visus yang jelek, membuat sekelilingnya aatu melakukan pekerjaaan sekolah sangat sulit aatu dari tekanan psikologisnya. Pada kasus ini minimal occlusion dapat digunakan. Metode ini digunakan selama keadaan spesifik yaitu ketika perhatian anak-anak terfokus pada saat melakukan aktivitas yang memerlukan penglihatan yang maksimal seperti menonton TV , mewarnai, menggambar dan seterusnya. Keberhasilannya tergantung pada tipe ambliopia dan motivasi anak dan orang tuanya.

Partial Occlution
            Partial Occlution dengan metode yang bervariasi mempunyai nilai jika ambliopianya ringan atau jika penglihatan terpelihara. Lensa Occlusion dengan Micropore, atau Blenderm sangat efektif jika anak-anak tidak mengintip melalui kacamtanya. Untuk partial occlusion, visus pasien seharusnya pada garis 20/40 atau lebih baik. Terapi ini dapat dimulai sesegera mungkin jika ambliopia sudah terdeteksi.

Atropine Occlusion
            Atropine Occlusion  dapat digunakan pada kasus ambliopia ringan atau untuk pemeliharaan penglihatan, tetapi seharusnya hanya untuk percobaan yang pengelihatannya kurang dari garis 6/12 pada mata ambliopia, sebaliknya penderita lebih suka  melihat menggunakan mata yang ditetesi atropin. Cara ini berdasarkan pada perbaikan penglihatan dekat lebih dahulu, hal ini membantu pasien dengan visus dibawah 6/60 dengan pemberian atropin pada mata yang dominan dan miotic pada mata ambliopia.  Peningkatan miotic terhadap kedalaman fokus dan pengurangan ukuran pupil, mereka memberikan efek pinhole pada mata ambliopia. Kombinasi ini disediakan sangat efektif untuk pasien yang tidak toleransi face occlusion dan dengan nistagmus.

Penalization

            Bentuk yang utama adalah penalisasi dekat dimana atropin masuk ke dalam mata yang terfiksasi dan mata ambliopia diberikan koreksi yang berlebihan kira-kira 2-3 dioptri; penalisasi jauh dilakukan dengan memberi atropin pada mata yang terfiksasi dan diberi koreksi yang berlebihan kira-kira 2-3 dan mata ambliopia diberiakn koreksi penuh. Penalisasi total yaitu mata yang terfiksasi diberikan atropin dan dikoreksi 5 dioptri dan penalisasi dikombinasikan dengan prisma untuk pasien dengan fiksasi eksentrik

CAM Machine
            CAM Machine adalah alternatif pengobatan untuk strabismus dan anisometropik ambliopia, terdiri dari bentuk gelombang yang baik pada disk yang berotasi dengan kekuatan 1 rpm. Bentuk gambaran dibuat untuk menstimulasi sel-sel di korteks visual yang merespon orientasi dan frekuensi ruang.
Pleoptics        

           Pleoptics adalah bentuk penanganan untuk fiksasi eksentrik yang menggunakan  prinsip kegunaan berbeda (Bangerter, Cuppers). Hasilnya pada anak-anak sangat mengecewakan, meskipun pada orang dewasa cukup bermakna .


DAFTAR PUSTAKA
                                                                                              
1.      Cooper J,dr. All about amblyopia (lazy eye) 2008. http://www.strabismus.com [diakses 15 Februari 2008]
2.      Rahimi E. Amblyopia. http://www.american academy of ophthalmology/section 6.com [diakses 14 Februari 2008]
3.      Drali. A lot of desease of eye 2008. http://www.eyeagram.com [diakses 14 Februari 2008]
4.      Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003. 245-254.
5.      Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2002. 243-4.
6.      Suriadi N. Kelainan Refraksi Anak Sekolah Dasar di Paringin Kalimantan Selatan. Jakarta: FKUI, 2003.
7.      Gallin P. Pediatric Ophthalmology. New York: Columbia University, 2000. 30-5.
8.      Crawford J. The Eye in Childhood. London: Academic Press Inc, 2000. 122-5.






0 comments