Oleh dr. Yulia
Wardany
1. PENDAHULUAN
Pemberian makanan dan gizi yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh sangat penting untuk mempertahankan kesehatan
yang optimal. Demikian halnya untuk orang yang sakit. Pemberian makanan dan
gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh serta penyakitnya,
menurut beberapa penelitian mempercepat proses penyembuhan dan mencegah
komplikasi.
Peta
kesehatan Indonesia
menunjukkan bahwa gangguan gizi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
utama. Demikian pula dengan keadaan di rumah sakit prevalensi malnutrisi pada
penderita yang dirawat di rumah sakit masih cukup tinggi. Awal tahun 70-an di
Amerika Serikat, 50% penderita berbagai penyakit yang akan dirawat inap di bagian
umum dan bedah rumah sakit sudah mengalami kurang energi protein (KEP), 10%
diantaranya sudah mengalami KEP tingkat berat. Selanjutnya tahun 1976 melalui
studi berkelanjutan, kira-kira 48% penderita yang dirawat inap di rumah sakit
diketahui mengalami KEP sejak mengalami masa rawat inap 2 minggu. Penelitian
lain yang dilakukan di Inggris tahun 1993 mendapatkan 40% yang dirawat inap di
rumah sakit mengalami KEP,sedangkan di Thailand tahun 1999 sebanyak 30%
penderita yang di rawat inap mengalami KEP. Hal ini menunjukkan bahwa
pasien-pasien tersebut mengalami KEP selama dirawat di rumah sakit.
Beberapa penelitian di Indonesia juga
mendapatkan adanya penderita berbagai penyakit yang dirawat di rumah sakit
mengalami KEP. Studi yang dilakukan di Jakarta
tahun 1995-1999 menunjukkan 20-60% pasien rawat inap di rumah sakit umum
mengalami KEP. Dengan catatan penderita sudah mengalami KEP saat masuk
perawatan di rumah sakit. Simanjuntak (1985) menemukan 40% penderita rawat inap
di bagian bedah rumah sakit Cipto Mangunkusumo mengalami KEP.
KEP pada penderita berbagai penyakit
yang dirawat di rumah sakit menurut beberapa penelitian memberikan dampak
negative, antara lain: hasil pengobatan yang kurang efektif, penanganan dosis
obat yang tidak memadai, timbulnya komplikasi-komplikasi sehingga meningkatkan
angka morbiditas dan mortalitas. Sealain itu KEP pada penderita yang dirawat di
rumah sakit akan memperpanjang masa rawat dan mengurangi turn over penderita yang dirawat inap.
Pengalaman
dari Negara maju telah membuktikan bahwa KEP di rumah sakit merupakan problem
yang kompleks dan dinamik serta memerlukan keterpaduian dalam perawatan
penderita yang sakit. Oleh karena itu pelayanan kesehatan tidak mungkin
ditangani oleh satu kelompok keahlian saja tetapi harus dilakukan oleh satu tim
yang disebut tim dukungan gizi klinik.
II. DEFENISI ILMU
GIZI KLINIK
Secara umum ilmu gizi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan makanan dan kesehatan (Prof.Poerwo Soedarwo). Melihat
batasan tersebut tampak bahwa ilmu gizi mempunyai kaitan erat dengan
pengetahuan tentang makanan,bahan makanan, zat gizi Dn pengetahuan kesehatan,
yakni tentang bagaimana manusia harus makan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan bagaimana makanan dipergunakan sebagai salah satu cara untuk
membantu penyembuhan berbagai penyakit.
Ilmu gizi klinik
yang merupakan terjemahan dari clinical
nutrition menurut American Society
for clinical nutrition mempunyai defenisi Clinical Nutrition is a sciencethat is concerned basic knowledge
relating to the diagnois and treatment of desease affecting the intake,
absorbsion and metabolism of dietary constituents and to the promoting of
healthy prevention of diet related desease.
Dari uraian diatas jelas bahwa ilmu
gizi klinik adalah bagian dari ilmu gizi yang mempergunakan ilmu kedokteran
atau ilmu kedokterran yang mempergunakan ilmu gizi untuk memberikan gambaran
bagaimana keadaan metabolisme tubuh manusia apakah berubah karena keadaan
fisiologis atau patologis sehingga dapat melakukan bantuan pengobatan dalam
bentuk makanan, Bantuan dalam bentuk makanan konvensional atau non konvensional
harus disesuaikan dengan fungsi tubuh, gangguan fungsi organ tubuh, dan
kemampuan tubuh untuk mencerna dan mengabsorbsi zat gizi dan zat lain yang
terkandung dalam makanan.
III. RUANG
LINGKUP
Ilmu gizi klinik merupakan bentuk
pathogenesis-based specialization yang melekat pada semua bentuk-bentuk
spesialisasi lain. Keadaan ilmu gizi klinik analog dengan Onkologi atau
Imunologi. Saat ini perkembangan ilmu ini telah menyentuh semua aspek
spesialisasi ilmu kedokteran. Hal ini terbukti dengan kemajuan strategi terapi
dan penelitian diberbagai bidang disiplin ilmu kedokteran seperti nutrisi dan
hepatologi, nutrisi dan neoplasma, nutrisi dan kardiologi, nutrisi dan
nefrologi, nutrisi dan imunologi.
Aplikasi ilmu gizi klinik adalah
terhadap orang yang terganggu kesehatannya atau orang yang berpotensi untuk
menjadi sakit. Keadaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat, dimana orang
sakit sesuai dengan patofisiologi penyakitnya mengalami perubahan dalam asupan
makanan (intake) perubahan daya cerna dan daya serap, serta perubahan
metabolisme zat gizi. Untuk menanggulangi keadaan tersebut diperlukan jumlah,
jenis, dan cara pemberian makanan yang tepat dan dapat direncanakan dan
dilakukan oleh tenaga spesialis yaitu dokter spesialis gizi klinik.
IV. DIAGNOSA
GANGGUAN NUTRISI DAN GANGGUAN METABOLIK
Orang yang menderita penyakit sering
mengalami perubahan metabolic yaitu bias meningkat, menurun, atau berubah sama
sekali. Metabolisme yang meningkat misalnya pada stress metabolic yaitu pada
tindakan bedah, infeksi, sepsis, trauma. Metabolisme menurun misalnya pada
keadaan starvasi, KEP berat, dan hipotiroidisme. Metabolisme yang berubah sama
sekali misalnya pada DM, renal failure, sirosis hepatic, hiperlipidemia,
pulmonal diseade.
Diagnosa gangguan nutrisi dan
metabolic meliputi : (a)anamnesa tentang penyakit dan tentang asupan makanan,
zat gizi, serta estimasi pengeluaran energi; (b) pemeriksaan komposisi tubuh
(antropometri) (c) pemeriksaan biokimia dan hematologi nutrisi; serta (d)
pemeriksaan status immunologi.
a. Asupan makanan, zat gizi serta estimasi
pengeluaran energi
Pengukuran asupan makanan dan zat gizi
merupakan hal yang penting dalam diagnosa status gizi penderita. Pengukuran
asupan makanan dan zat gizi juga penting dalam perencanaan terapi gizi untuk
memperbaiki status gizi penderita.
Ada babarapa cara untuk menentukan asupan
makanan serta zat gizi, misalnya dietary
recall, dietary record, yang mana masing-masing cara memiliki keuntungan dan
kerugiannya. Keberadaan dokter spesialis Gizi Klinik diperlukan untuk mengukur
dan merencanakan asupan makanan dan zat gizi yang benar serta rasional sesuai
dengan pengeluaran energi sehari-hari berdasarkan activity recall dan berorientasi pada patofisiologi penyakit serta
perubahan metabolik.
b. Pengukuran komposisi tubuh
Pengukuran
komposisi tubuh sangat penting dalam praktek gizi klinik. Contoh pemeriksaan
komposisi tubuh secara rutin untuk massa tanpa lemak bisa dilakukan dengan pengukuran secara antropometri yang
meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, body mass index. Sedangkan contoh pemeriksaan komposisi tubuh
dengan menggunakan peralatan canggih untuk massa tanpa lemak yaitu bioelectrical impedance analysis (BIA), dual
energyx-ray absorphmetry(DEXA), coputerized tomography(CT).
c. Biokimia dan hematologi gizi
Pemeriksaan biokimia dan hematologi gizi
berguna untuk menentukan status gizi penderita dan mendeteksi gangguan gizi
spesifik yang dapat berdiri sendiri atau menyertai penyakit lain. Beberapa
contoh pemeriksaan biokimia dan hemetologi gizi yang dapat dilakukan secara
rutin adalah pemeriksaan profil lipid, status glikemik, status protein, dan
status zat besi.
d. Interpretasi pengukuran imunologi
Status
imunitas tubuh dapat dipakai sebagai indeks fungsional status gizi. Penderita
KEP dan defisiensi zat gizi sering mengalami penurunan sistem imunitas tubuh
yang selanjutnya berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Pada kasus
bedah elektif immunocompetence diukur
dengan cara delayed typer hypersesitivity
dipakai untuk menentukan Prognostic
Nutritional Index (PNI) yang berguna untuk meramalkan morbiditas dan
mortalitas sehingga perencanaan tindakan pengobatan dapat dilakukan secara
paripurna.
Ada dua jenis
respon imunitas seluler dan imunitas humoral yang mana keduanya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena respon respon imunitas yang satu akan
mempengaruhi yang lain. Hasil-hasil penelitian telah menunjukkkan bahwa
imunitas seluler sangat dipengaruhi oleh status gizi. Beberapa cara telah
dipakai untuk mengukur gangguan imunitas seluler yang berkaitan dengan status
gizi, antara lain hitung total limfosit,
delayed type hypersensitivity test
V. PENANGANAN KLINIK GANGGUAN GIZI DAN
GANGGUAN METABOLIK
Penanganan
klinik dan gangguan metabolik telah berkembang seiring dengan majunya teknik
diagnosa laboratorik. Kasus-kasus yang ditangani bidang gizi klinik di negara
maju telah meliputi kasus rawat jalan maupun rawat inap. Sifat kemitraan dalam
bidang kedokteran di negara maju tertuang dalam Clinical Nutrition and Multidiciplinary Clinic. Klinik ini
menangani kasus-kasus gangguan makan dan komposisi tubuh (eating and body compossition disorders), gangguan metabolik
kompleks (complex metabolic disorders)
seperti penyakit obesitas, Diabetes Mellitus, hiperlipidemia, sirosis hepatis, cronic renal failure, kanker. Pelayanan
penderita yang bersifat multidisipliner ini terbukti mampu memberikan pelayanan
holistik dan paripurna kepada penderita yang membutuhkannya.
VI. PERANAN DUKUNGAN GIZI DALAM MENUNJANG
OPTIMASI PENYEMBUHAN
Perawatan
penderita secara holistik dan paripurna pada penderita rawat jalan atau rawat
inap, merupakan tantangan bagi semua klinisi bidang kedokteran. Dalam kaitan
ini, perawatan multidisipliner demi tercapainya penyembuhan paripurna sebaiknya
dilaksanakan, dan dukungan gizi pada berbagai penyakit telah terbukti dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Pemberian
makanan dan zat gizi untuk penderita berbagai penyakit sifatnya individual,
dengan memperhatikan anamnesa, pemeriksaan komposisi tubuh, pemeriksaan fisik,
laboratorik serta memperhatikan patofisiologi dan perubahan metabolik akibat
penyakit tersebut. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kandungan zat gizi
dalam makanan, perubahan molekul zat gizi pada proses pengolahan makanan,
perubahan molekul zat gizi pada proses digesti, absorbsi dan metabolisme, serta
organ yang terlibat dalam proses digesti, absorbsi, dan metabolisme.
Peritungan
dan perhitungan energi untuk orang sakit tergantung pada umur, jenis kelamin,
berat badan, aktifitas fisik sehari-hari, SDA dan perubahan metabolisme yang
terjadi akibat penyakitnya (injury factor).
Penetapan komposisi zat gizi pembentuk energi tergantung dari diagnosa penyakit
dan fungsi organ, misalnya karbohidrat sederhana harus rendah untuk penderita
DM, protein terbatas dengan protein bernilai biologis tingi untuk GGK yang
belum hemodialisis. Penetapan kebutuhan vitamin, mineral, elektrolit dan cairan
umumnya sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKGD). Namun
kebutuhan elektrolit dan cairan tergantung dari pemeriksaan klinis dsan
laboratoris.
Penetapan
kepekatan makanan yaitu bisa cair, saring, lunak lembek, atau biasa tergantung
dari kondisi saluran cerna. Penetapan rute pemberian makanan misalnya oral
biasa, oral khusus, enteral, parenteral bisa dilakukan tergantung dari
penyakitnya dan kondisi saluran pencernaan. Sedangkan frekuensi dan penetapan
jadwal pemberian makanan selain tergantung dari penyakitnya dan kondisi saluran
cerna juga harus dilakukan monitoring, khususnya dampak pemberian makanan
terhadap status gizi dan perubahan metabolik penderita. Selain itu yang harus
dimonitor adalah faktor-faktor yang mempengaruhi asupan gizi seperti kondisi
nafsu makan, jumlah sisa makanan yang tidak dikonsumsi, makanan dari luar rumah
sakit yang dikonsumsi, serta reaksi saluran pencernaan terhadap makanan.
VII. DUKUNGAN MONITORING GIZI
Tujuan
monitoring gizi adalah untuk mengantisipasi dan memperkecil kemungkinan
komplikasi yang berhubungan dengan pemberian makanan (feeding) dan memastikan adekuasi dukungan gizi.
Setelah
kondisi pasien stabil, penilaian dapat dialkukan dua kali semingu dengan
pemeriksaan hitung darah lengkap, skrining koagulasi (bila pasien menjalani
terapi koagulasi yang penuh atau mendapatkan terapi profilaksis dengan
heparin), pemeriksaan ureum dan elektrolit, serta pemeriksaan kalsium.
Dilakukan
juga pemeriksaan berat badan dan faal hepar (termasuk pemeriksaan kadar
albumin, transferin, dan prealbumin), keseimbangan nitrogen, MAC, MAMC, dan TSF
seminggu sekali.
Pasien
yang mendapatkan NE atau NPT jangka panjang, diperlukan pemeriksaan tambahan
kadar unsur-unsur mineral dan vitamin bila memungkinkan.
Boleh info referensi buku gizi klinik. Saya mau tau tentang cara pengaturan diet untuk pasien dengan kondisi khusus
Bisa baca di Modern Nutrition..