LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
(SLE)
Introduction
o Penyakit radang multisistem yang
sebabnya belum diketahui dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan
fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai
macam autoantibodi dalam tubuh
o Merupakan prototipe penyakit autoimun
multisistem
o Dikenal juga dengan lupus eritematosus
diseminata (DLE)
Epidemiologi
o Penyakit reumatik utama di dunia sejak
30 th terakhir
o Sering ditemukan pada ras tertentu
misalnya Negro, China dan Fhilipina
o Faktor ekonomi dan geografi tidak
mempengaruhi distribusi penyakit
o Ditemukan pada semua usia namun yang
terbanyak pada usia 15-40 th dengan frekwensi serangan wanita dibanding pria
5,5-9 : 1
o Pada Drug Induced LE rasio
serangan lebih rendah yaitu 3 : 2
Contoh kasus SLE di Indonesia :
Insiden
di Yogyakarta antara tahun 1983-1986 adalah 10,1 per 10.000 perawatan, sedang
di Medan antara
tahun 1984-1986 didapatkan insiden
sebesar 1,4 per 10.000 perawatan
Etiologi dan Patogenesis
o
Etiologi dan patogenesis SLE belum diketahui jelas
o Patogenesis SLE bersifat multifaktor,
include faktor genetik, lingkungan dan hormonal terhadap respon imun
o Faktor genetik adalah faktor utama
SLE, 10-20 % pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang juga menderita SLE
o Angka terdapatnya SLE pada saudara
kembar identik pasien SLE 24-69 % lebih tinggi dari saudara kembar non identik
2-9 %
o
Gen yang berperan adalah gen yang mengkode sistem imun
o Sistem endokri turut berperan melalui
pengaruhnya terhadap sistem imun
o Bagian yang terpenting dari patogenesis
adalah terganggunya mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah
autoimunitas patologis pada individu yang resisten
Gejala klinis
o Gejala klinis dan perjalanan SLE
bervariasi, dapat timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai
sistem dalam tubuh
o
Dapat juga menahun ditandai adanya remisi dan eksaserbasi
o
Onset penyakit dapat spontan atau diawali faktor
presipitasi seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat
misalnya golongan sulfa, penghentian kehamilan dan trauma fisik/psikis
o
Selalu diawali gejala umum seperti demam, malaise,
kelemahan, anoreksia, BB menurun dan iritabilitas, namun yang palng umum adalah
demam disertai menggigil
Gejala Muskuloskeletal
o Berupa artritis atau artralgia 93 %
yang sering mendahului gejala lainnya, yang sering terpapar adalah sendi
interphalangeal proksimal, lutut, pergelangan tangan, metakarpophalangeal, siku
dan pergelangan kaki
o Selain pembengkakan dan nyeri juga
terdapat efusi sendi kelas I non inflamasi dan bisa kelas II inflamasi
o Tempat yang paling sering terkena
nekrosis avaskular adalah kaput femoris
Gejala Mukokutan
o Kelainan kulit, rambut dan selaput
lendir lainnya ditemukan pada 85 % kasus SLE
o Lesi kulit yang sering ditemukan
adalah lesi kulit akut, sub akut, diskoid dan livido retikularis
o Ditemukan ruam kulit yang khas yakni
ruam kulit berbentuk kupu-kupu atau butterfly rash berupa eritema yang agak
edematus pada hidung dan kedua pipi
o Ditemukan ruam kulit akibat sinar
matahari yang bersifat akut
o
Kadang-kadang terdapat urtikaria yang tidak berperan
terhadap kortikosteroid dan antihistamin
o
Alopesia dapat pulih kembali jika penyakit mengalami
remisi
Organ Lain Dengan SLE
o
Ginjal : ditemukan 68 % pasien dengan kasus SLE,
manifestasi yang paling sering adalah proteinuria dan hematuria. Hipertensi
sindrom nefrotik dan kegagalan ginjal jarang terjadi, hanya 25 % kasus SLE yang
urinnya menunjukan kelainan
o
Kardiovaskular : dapat berupa perikarditis ringan sampai
berat (efusi perikard), iskemia miokard dan endokarditis verukosa (Libman
Sacks)
o
Paru : efusi pleura unilateral lebih sering terjadi
daripada yang bilateral, mungkin ditemukan sel LE dalam cairan pleura. Biasanya
efusi menghilang dengan pemberian terapi yang adekuat. Diagnosa pneumonitis
dapat ditegakan bial faktor lain seperti infeksi bakteri, virus dan jamur
disingkirkan
o Saluran
pencernaan : abdomen pain terdapat pada 25 % kasus SLE yang disertai mual dan
diare. Nyeri yang timbul disebabkan peritonitis steril atau arteritis
mesenterium dan usus yang mengakibatkan ulserasi usus. Arteritis dapat juga menyebabkan
pankreatitis
o
Hati dan limpa : hepatosplenomegali ditemukan pada
anak-anak namun jarang disertai ikterus
o
Kelenjar getah bening : pembesaran kelenjar getah bening
ditemukan 50 % dalam bentuk limfadenopati difus yang sering menyerang anak-anak
o
Kelenjar parotis : membesar pada 6 % kasus SLE
o
Susunan syaraf tepi : gangguan sensorik dan motorik
bersifat sementara
o
Susunan syaraf pusat : gangguannya berupa psikis organik
dan convulsi
o
Mata : berupa konjunktivitis, edema periorbital,
pendarahan subkonjunktival, uveitis dan adanya badan sitoid di retina
Sindrom Lupus Atipik
o Lupus tanpa Anti Nuclear Antibody
(ANA) : beberapa pasien tetap tidak menunjukan adanya ANA. Ginjal dan SSP
jarang terpapar sehingga jangka hidup pasien lebih panjang
o Sindrom antifosfolipid : pasien SLE
dengan kardiolipin menunjukan trombosis pembuluh darah vena dan arteri yang
berulang
o Drug induced LE : beberapa jenis obat
dapat menunjukan gejala menyerupai SLE misalnya hidantoin, hidralazin dan
prokainamid
Penyakit Yang Dapat Ditemukan Bersama SLE
o
AR dan penyakit jaringan ikat lainnya
o Miastenia gravis
o Trombotik trombositofenik purpura
Diagnosis
Kriteria diagnosis (ACR, 1982)
diagnosis ditegakan bila didapatkan 4 dari 11 kriteria :
o
Ruam
malar
o
Ruam
diskoid
o
Fotosensitivitas
o
Ulserasi
mulut dan nasofaring
o
Artritis
o
Serositis
o
Kelainan
ginjal
o
Kelainan
neurologis
o
Kelainan
hematologis
o
Kelainan
imunologis
o
ANA
(+)
Diagnosa Banding :
Mixed
Connective Tissue Diseases (MCTD) dan sindrom vaskulitis
Terapi
o Penyuluhan
o Proteksi terhadap sinar matahari,
sinar ultraviolet dan sinar fluoresein
o
Pada manifestasi non organ vital dapat diberikan
klorokuin 4 mg/kgBB/hari
o
Bila mengenai organ vital, berikan prednisolon 1-1,5
mg/kgBB/hari selama 6 mgg kemudian tappering of
o
Peradangan pada 1-2 sendi, injeksikan steroid
intraartikular
o
Pada kasus berat yang mengancam nyawa pasien, berikan
pulse metilprednisolon 1 gr/hari IV selama 3 hari berturut-turut, lalu
prednisolon 40-60 mg/hari per oral
o
Bila pemberian glukokortikoid selama 4 mgg tidak
memuaskan, maka berikan siklofosfamid 500-1000 mg/m²
o
Juga dapat diberikan azatioprin dan siklosporin A
Komplikasi : anemia hemolitik,
trombosis, lupus serebral, lupus nefritis, infeksi sekunder dan osteonekrosis
Prognosis
: Dubia
0 comments
Post a Comment