Related Articles





GEJALA GANGGUAN JIWA

Gejala – gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi antara unsure somatic, psikologik dan sosial budaya. Gejala – gejala gangguan jiwa menandakan dekompensasi proses adaptasi terutama pada pemikiran, perasaan, dan perilaku.
            Tanda (sign) adalah temuan objektif yang didapat dokter, sedangkan gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien

Kesadaran
Adalah keadaan fungsi kognitif tentang perasaan khusus yang berhubungan dengan asal patologis
I. Gangguan kesadaran
1.      Pengaburan kesadaran : kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap
2.      Somnolen : keadaan mengantuk abnormal yang sering ditemukan pada proses organik
3.      Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling
4.      Delirium : gelisah, bingung, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan halusinasi dan rasa takut
5.      Koma : derajat ketidaksadaran yang berat
6.      Koma vigil : koma dimana pasien tampak tidur tetapi dapat segera dibangunkan
7.      Keadaan seperti mimpi ( dreamlike state ) : seringkali digunakan secara sinonim dengan kejang parsial kompleks atau epilepsy psikomotor
8.      Keadaan temaram (twilight state) : gangguan kesadaran dengan halusinasi
9.      Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat dan orang

II. Gangguan atensi
            Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi
1.      Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk memusatkan atensi, penarikan atensi kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan
2.      Inatensi selektif : hambatan hanya pada hal – hal yang menimbulkan kecemasan
3.      Hipervigilensi : atensi dan pemusatan yan berlebihan pada semua stimuli internal dan eksternal, biasanya sekunder dai keadaan delusional atau paranoid
4.      Keadaan tidak sadarkan diri ( trance ) : atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah, biasanya terlihat pada hypnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman religius yang luar biasa



III. Gangguan sugestibilitas
            Adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh
1.      Folie a deux / folie a trios : penyakit emosional yang berhubungan atara dua atau tiga orang
2.      Hipnosis : modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai dengan penigkatan sugestibilitas

Emosi
Adalah suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatic dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood

I. Mood
            Mood adalah emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain
1.      Mood yang meluap – luap (expansive mood) : ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan
2.      Mood eutimik : mood dalam rentang normal
3.      Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan
4.      Mood yang meninggi : suasana keyakinan dan kesayangan, suatu mood yang lebih ceria dari biasanya
5.      Mood yang iritabel : mudah diganggu atau dibuat marah
6.      Mood yang labil ( pergeseran mood ) : osilasi antara euphoria dan depresi atau kecemasan
7.      Ectasy : perasaan kegairahan yang kuat
8.      Euforia : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
9.      Depresi : perasaan sedig yang psikopatologis
10.  Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai deang kehilangan yang nyata
11.  Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang
12.  Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin dan menyenangkan

II. Afek
            Merupakan suatu ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasien
1.      Afek yang sesuai (appropriate affect) : kondisi dimana irama emosional harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai
2.      Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai
3.      Afek yang terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah daripada afek tumpul tetapi jelas menurun
4.      Afek yang labil : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba yang tidak berhubungan dengan stimuli eksternal
5.      Afek yang tumpul : gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar
6.      Afek yang datar : tidak adanya atau hamper tidak ada tanda ekspresi afek, suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak

III. Emosi yang lain
1.      Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan realistik
2.      Agitasi : kecemasan yang berat yang disertai dengan kegelisahan motorik
3.      Kecemasan yang mengambang bebas : rasa takut yang meresap dan tidak terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan
4.      Ketegangan : peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yang tidak menyenangkan
5.      Rasa malu : kegagalan membangun pengharapan diri
6.      Abreaksional : pelepasan emosional setelah mengingat pengalaman yang menakutkan
7.      Panik : serangan kecemasan yang akut, episodic, dan kuat disertai dengan perasaan ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik
8.      Apati : irama emosi yang tumpul disertai dengan pelepasan atau ketidakacuhan
9.      Kecemasan : perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang mungkin berasal dari dalam atau luar
10.  Ambivalensi : terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan terhadap hal yang sama pada satu orang yang sama pada satu waktu yang sama
11.  Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuau yang dianggap salah

Perilaku motorik (Konasi)
1.      Abullia : penurunan impuls untuk bertindak dan berfikir disertai dengan ketidakacuhan tentang akibat tindakan, disertai dengan defisit neurologist
2.      Negativisme : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untun menggerakkan atau terhadap semua instruksi
3.      Mannerisme : pergerakan yang tidak disadari yang mendarah daging dan kebiasaan
4.      Ekopraksia : peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain
5.      Katalepsi : hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional
6.      Otomatisme : tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak disadari
7.      Hipoaktivitas (hipokinesis) : penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan yang dapat terlihat
8.      Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan structural
9.      Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang
10.  Memerankan : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang tidak disadari dalam bentuk gerakan
11.  Mimikri ; aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak
12.  Otomatisme perintah : otomatisme mengikuti sugesti
13.  Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan nonorganik
a.       Katalepsi : istilah umum untuk suatu posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus menerus
b.      Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal
c.       Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali sampai titi imobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling
d.      Rigiditas katatonik : penerimaa postur yang kaku yang disadari menantang usaha untuk digerakkan
e.       Posturing katatonik : penerimaan postur yang kaku yang tidak sesuai atau kaku yang disadari, biasanya dipertahankan dalam jangka waktu yang lama
f.       Cerea fleksibilitas (fleksibilitas lilin) : seseorang yang dapat diatur dalam suatu posisi yang kemudian dipertahankannya, jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh seakan-akan terbuat dari lilin
14.  Overaktivitas
a.       Agitasi psikomotor : averaktivitas motorik dan kognitif yang berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai respon dari ketegangan
b.      Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, agresif, aktifitas destruktif, seringkali disertai patologi otak dasar
c.       Tidur berjalan : aktivitas motorik saat tidur
d.      Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari
e.       Ataksia: kegagalan koordinasi otot, irregularitas gerakan otot
f.       Polifagia : makan berlebihan yang patologis
g.      Akathisia : perasaan subjektif tentang tegangan motorik sekunder dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan kegelisahan, melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-ulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik

Berpikir
Aliran gagasan, symbol, dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Jika terjadi urutan yang logis, berfikir adalah normal. Parapraksis (tergelincir dari logis yang termotivasi secara tidak disadari juga disebut plesetan menurut freud ) dianggap sebagai bagian dari berfikir yang normal
I.                   Gangguan umum dalam bentuk dan proses berfikir
a.       Gangguan mental : sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis ditandai dengan penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dengan masyarakat
b.      Psikosis : ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi, gangguan tes realitas, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis : gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh, prilaku tidak jelas, melanggar norma-norma sosial, relative bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan
c.       Tes realitas : pemeriksaan dan pertimbangan bjektif tentang dunia di luar diri
d.      Gangguan pikiran formal : gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran, berpikir ditandai dengan kekenduran asosiasi, neologisme dan konstruksi yang tidak logis, proses berpikir mengalami gangguan dan didefinisikan sebagai psikotik
e.       Berpikir tidak logis : berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal. Hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh nilai kultural atau defisit intelektual
f.       Dereisme : aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman
g.      Autistik  : preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi
h.      Berpikir magis : suatu bentuk pikiran dereistik, berfikir adalah serupa dengan fase praoperasional pada masa anak-anak (jean piaget), dimana pikiran, kata-kata atau tindakan mempunyai kekuatan
i.        Proses berpikir primer : istilah umum untuk yang berpikir secara dereistik, tidak logis, magis, normalnya ditemukan pada mimpi, abnormal pada psikosis
II.                Gangguan spesifik pada bentuk pikiran
a.       Neologisme : kata baru yang diciptakan oleh pasien seringkali mengkombinasikan suku dari kata – kata lain untuk alasan keanehan psikologis
b.      Word salad (gado-gado kata) : campuran kata dan frasa yang membingungkan
c.       Sirkumstansialitas : bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan, tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan, ditandai dengan pemasukan perincian-perincian tanda-tanda kutip yang berlebihan
d.      Tangensialitas : ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan, pasien tidak pernah berangkat dari titik awal menuju tujuan yang diinginkan
e.       Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis) : pikiran yang biasanya, tidak dapat dimengerti, berjalan bersam pikiran atau kata-kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi
f.       Perseverasi : respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gangguan kognitif
g.      Verbigerasi : pengulangan kata-kata atau frasa-frasa yang spesifik yang tidak mempunyai arti
h.      Ekolalia : pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh orang lain secara psikopatologis, cenderung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau intonasi terputus-putus
i.        Kondensasi : penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep
j.        Jawaban yang tidak relevan : jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan (pasien tampaknya mengabaikan atau tidak memperhatikan pertanyaan)
k.      Pengenduran asosiasi : aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan, jika berat mungkin bicara membingungkan (inkoheren)
l.        Keluar dari jalur (penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan, seringkali digunakan secara bersama dengan pengenduran asosiasi
m.    Flight of ideas : verbalisasi atau permainan kata0kata yang cepat dan terus menerus yang menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu id eke ide lain, ide-ide cenderung dihubungkan dan dalam bentuk yang kurang parah, pendengar mungkin mampu mengikutinya
n.      Asosiasi bunyi : asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tapi berbeda artinya, kata-kata tidak mempunyai hubungan yang logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata
o.      Penghambatan (blocking) : terputusnya aliran berfikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan dislesaikan, setelah suatu periode terhenti singkat, orang tampak tidak teringat pada apa yang telah dikatakan atau apa yang akan dikatakan
p.      Glossolalia : ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dapat dipahami, tidak dianggap sebagai gangguan pikiran jika terjadi pada praktek keagamaan pantekosta tertentu
III.             Gangguan spesifik pada isi pikiran
a.       Kemiskinan isi pikiran : pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak pengertian, pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas
b.      Gagasan yang berlebihan : keyakinan palsu yan dipertahankan dan tidak beralasan yang dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham
c.       Waham : keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latarbelakang cultural, yan tidak dapat dikoreksi dengan alas an
                                                                          i.      Waham yana kacau : keyainan palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal
                                                                        ii.      Waham tersistematisasi : keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa yang tunggal ( missal : pasien merasa dimata-matai oleh agen rahasia, mafia atau bos)
                                                                      iii.      Waham yang sejalan dengan mood : waham dengan isi yang sesuai dengan mood
                                                                      iv.      Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan atau merupakan mood netral
                                                                        v.      Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain dan dunia adalah tidak ada dan atau berakhir
                                                                      vi.      Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau terampas semua harta miliknya
                                                                    vii.      Waham somatik : keyakinan yang palsu menyagkut fungsi tubuh
                                                                  viii.      Waham paranoid
1.      waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau dipaksa, sering ditemukan pada pasien yang senang menuntut yang mempnyai kecendrungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan
2.      waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yan berlebihan
3.      waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada dirinya, bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain mempunyai kepentingantertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negative, diturunkan dari ide-ide referensi, dimana seseorang secara salah merasa ia sedang dibicarakan oleh orang lain
                                                                      ix.      waham menyalahkan diri sendiri : keyakinan palsu tentang penyesalan yang dalam dan bersalah
                                                                        x.      waham pengendalian : perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar
1.      penarikan pikiran : waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain
2.      penanaman pikiran : waham bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang atau tenaga lain
4.      pengendalian pikiran : waham bahwa pikiran pasien dapat dikendalikan oleh orang atau tenaga lain
                                                                      xi.      waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur
                                                                    xii.      erotomania : keyakinan waham, lebih sering pada wanita disbanding pada pria bahwa seseorang sangat mencintai dirinya
                                                                  xiii.      pseudologia phantastica : suatu jenis kebohongan dimana seseorang tampak percaya pada kenyataan fantasinya dan bertinda atas kenyataan, disertai dengan sindroma munchausen, berpura-pura sakit yang berulang
d.      kecendrungan atau preokupasi pikiran : pemusatan isi pikiran pad aide tertentu disertai denga irama afektif yang kuat seperti kecendrungan paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh
e.       egomania : preokupasi pada diri sendiri yang patologis
f.       monomania : preokupasi dengan suatu objek yang tunggal
g.      hipokondria : keprihatinan yang berlebihan tntang kesehatan pasien yang didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda atau sensasi fisik yang abnormal
h.      obsesi : ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan
i.        kompulsi : kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu
j.        koprolalia : pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yan cabul
k.      fobia : rasa takut patologis yang persisten, irrasional, berlebihan dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu, menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti
l.        noesis : suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin atau memerintah
m.    unio mystica : suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas, tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan cultural
Bicara
Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa, komunikasi dan penggunaan kata-kata
I.                   Gangguan bicara
a.       Tekanan bicara : bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan untuk memutus pembicaraan
b.      Kesukaan bicara (logorrhea) : bicara yang banyak sekali, logis dan bertalian
c.       Kemiskinan bicara : pembatasan jumlah bicara yang digunakan, jawaban mungkin hanya satu suku kata
d.      Bicara yang tidak spontan : respon verbal yang diberikan hanya jika ditanya atau dibicarakan langsung, tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri
e.       Kemiskinan isi bicara : bicara yang adekuat dalam jumlah, tetapi memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan, atau frasa yang stereotipik
f.       Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal
g.      Disartria : kesulitan dalam artikulasi bukan dalam penemuan kata atau tata bahasa
h.      Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan : hilangnya modulasi volume bicara normal, dapat mencerminkan berbagai keadaan patologis, mulai dari psikosis, depresi sampai ketulian
i.        Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang sering yang menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas
j.        Kekacauan : bicara yang aneh dan disritmik, yang mengandung semburan yang cepat dan menyentak
II.                Gangguan afasik
a.       Afasia motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif dimana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan bernicara sangat terganggu, bicara terhenti-henti, susah payah dan tida akurat (afasia broca)
b.      Afasia sensoris : kehilangan kekampuan organik untuk mengerti arti kata, bicara lancar dan spontan tapi membingungkan (afasia wernicke)
c.       Afasia nominal : kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu benda
d.      Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan yang tepat
e.       Afasia logat khusus : kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik, diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara
f.       Afasia global : kombinasi afasia yang sangat tidak fasih

Persepsi
Persepsi adalah memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran
I.                   Gangguan persepsi
a.       Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli eksternal yang nyata
                                                                          i.      Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan tidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang non patologis
                                                                        ii.      Halusinasi hipnopompik : persepsi yang palsu yang terjadi saat terbangu dari tidur biasanya dianggap sebagai fenomena yang non patologis
                                                                      iii.      Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang berbentuk (orang), citra yang tidak berbentuk (kilatan, cahaya), paling sering pada gangguan organik
                                                                      iv.      Halusinasi cium : persepsi palsu mencium bau, paling sering pada gangguan organik
                                                                        v.      Halusinasi kecap : persepsi rasa kecap yang palsu, paling sering pada gangguan organik
                                                                      vi.      Halusinasi raba : persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi, sensasi adanya gerakan pada kulit / di bawah kulit (kesemutan)
                                                                    vii.      Halusinasi somatik : sensasi palsu tentang suatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari visceral
                                                                  viii.      Halusinasi liliput : persepsi palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil dari ukurannya
                                                                      ix.      Halusinasi yang sejalan dengan mood : isi halusinasi sejalan dengan mood yang tertekan
                                                                        x.      Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood : isi halisinasi tidak konsisten dengan mood yang tertekan atau manik
                                                                      xi.      Halusinosis : paling sering adalah halusinasi dengar yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang jernih, berbeda dengan delirium tremens yang halusinasinya terjasi dalam konteks sensorium yang berkabut
                                                                    xii.      Sinestesia : sensasi atau halusinasi yan disebabkan olh sensasi lain (contoh : suatu bunyi dialami seperti dilihat atau penglihatan seperti didengar)
                                                                  xiii.      Trailing phenomen : kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat halusinogen, dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinyu
b.      Illusi : mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata
II.                Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif
Agnosia yaitu ketidakmampuan untuk mengenaki dan menginterpretasikan kepentingan kesan sensoris
a.       Anosognosia : ketidaktahuan tentang penyakit, ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologist yang terjadi pada dirinya
b.      Somatopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai milik dirinya sendiri
c.       Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda-benda atau orang
d.      Astereonosis : ketidakmampuan untuk mengenali benda melalui sentuhan
e.       Prosopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali wajah
f.       Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas – tugas tertentu
g.      Simutagnosia : ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu elemen pandangan visual pada suatu waktu untuk mengintegrasikanbagian-bagian menjai keseluruhan
h.      Adiasokokinesia : ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang berubah dengan cepat
III.             Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif
Yaitu somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang melibatkan otot volunteer atau organ sensoris bukan di bawah control volunteer dan bukan disebabkan oleh suatu gangguan fisik
a.       Anastesia histerikal : hilangnya modalitas sensoris yang disebabkan oleh konflik emosional
b.      Makropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih besar dari sesungguhnya
c.       Mikropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih kecil dari sesungguhnya
d.      Depersonalisasi : peranan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas
e.       Fatigue (fuga) : mengambil identitas baru pada amnesia identitas yang lama, seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke lingkungan yang baru
f.       Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi 2 atau lebih kepribadian
g.      Derealisasi : perasaan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas

Daya ingat
Daya ingat adalah fungsi dimana informasi disimpan di otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran
I.                   Gangguan daya ingat
a.       Amnesia : ketidakmampuan keseluruhan atau sebagian untuk mengingat pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organi atau emosional
b.      Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan
                                                                          i.      False reconnaissance : pengenalan yang palsu
                                                                        ii.      Pemalsuan retrospektif : ingatan secara tidak diharapkan menjadi terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif dan pengalaman pasien sekarang
                                                                      iii.      Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya pasien tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan
                                                                      iv.      Déjà vu : ilusi pengenalan visual
                                                                        v.      Deja entendu : ilusi pengenalan auditoris
                                                                      vi.      Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan
                                                                    vii.      Jamais vu : perasaan palsu terhadap ketidak kenalan terhadap situasi nyata yang telah dialami seseorang
c.       Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpangan atau pengingatan
d.      Eidetic image : ingatan visual tentang kejelasan halusinasi
e.       Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi ingatan yang meyakitkan
f.       Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat sesuatu nama atau suatu kata benda yang tepat
II.                Tingkat daya ingat
a.       Segera (immediate) : reproduksi atau pengingatan hal-hal yang dirasakan dalam beberapa detik sampai menit
b.      Baru saja (recent) : pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari
c.       Agak lama (recent past) : : pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa bulan
d.      Jauh : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi

Intelegensia
Intelegensia adalah kemamouan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan, dan menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru
I.                   Retardasi mental
Kurangnya intelegensia sampai derajat dimana terdapat gangguan pada kinerja social dan kejuruan
Ringan : IQ 50 atau 55 sampai 70
Sedang : IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55
Berat    : IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40
Sangat berat : IQ di bawah 20 atau 25
II.                Demensia
Perburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran
1.      Diskalkulia (akalkulia) : hilangnya kemampuan untuk melakukan perhitungan yang tidak disebabkan oleh kecemasan atau gangguan konsentrasi
2.      Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk menulis dalam gaya yang kursif; hilangnya struktur kata
3.      Aleksia : hilangnya kemampuan membaca yang sebelumnya dimiliki, tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan
III.             Pseudodemensia
Gambaran klinis menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondii organik, paling sering disebabkan oleh depresi
IV.             Berpikir konkret
Berpikir harafiah, penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti
V.                Berpikir abstrak
Kemampuan untuk mengerti nuansa arti, berpikir multidimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesis dengan cepat

Tilikan (insight)
Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi
1.      Tilikan intelektual : mengerti tentang keyakinan objektif suatu keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yan berguna untuk mengatasi situasi
2.      Tilikan sesungguhnya : mengerti keadaan objektif tentan situasi, disertai dengan adanya daya pendorong, motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi
3.      Tilikan yang terganggu : menghilangnya keampuan untuk mengerti kenyataan objektif dari suatu situasi

Pertimbangan
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk bertindak secara tepat dalam situasi tersebut
1.      Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih berbagai pilihan dalam suatu situasi
2.      Pertimbangan otomatis : kinerja refleks dalam suatu tindakan
3.      Pertimbangan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti suatu situasidengan benar dan bertindak secara tepat

0 comments