Dr. Dyah Siswanti E, SpJP-FIHA
Demam rematik secara umum diklasifikasikan sebagai penyakit vaskuler
kolagen dan jaringan penyambung. Proses rematik berupa reaksi peradangan bisa
mengenai banyak organ terutama jantung, sendi dan sistem saraf pusat.
Manifestasi klinis demam rematik akut timbul setelah infeksi tonsilofaring
streptokokus A dengan masa laten 3 minggu.
Demam rematik bisa menimbulkan jaringan parut ( fibrosis ) pada katub
jantung yang menimbulkan gangguan fungsi
pompa jantung.
Demam rematik timbul 2 – 4 minggu
setelah infeksi tenggorokan Streptokokus grup A.
Streptokokus grup A tersebut menghasilkan banyak produk antigen
ekstraseluler.
Satu minggu setelah infeksi terjadi peningkatan ASTO ( antistreptolysin O
) yang akan mencapai puncak 3-5 minggu
kemudian. Nilai ASTO kembali kenormal 6 bulan sampai 1 tahun kemudian. Titer
lain seperti Anti deoxyribonuclease B ( ADNB ), antihyaluro nidase , streptokinase,
nicotineamide adenine dinucleotide glycohydrolase mempunyai pola yang mirip
dengan ASTO.
Ada juga antigen yang berhubungan dengan sel seperti anticarbohydrate A
yang meningkat menetap selama 4 tahun pada penderita demam rematik akut dengan
kelainan katub, bahkan pada kondidi inaktif.
Peningkatan 2 titer atatu lebih terhadap Streptokokus A seperti ASTO, ADNB,
dan antihyaluronidase menunjukkan infeksi Streptokokus sebelumnya ( recent ).
Peningkatan C reactive protein CRP juga bisa menunjukkan aktivitas dari demam
rematik.
PATOGENESIS
Peranan produk streptokokus yang toksik saat ini dianggap sebagai penyebab
terjadinya demam rematik dan bukan infeksi langsung terhadap jantung atau
sendi.Streptolysin S merupakan substansi
rematogenik yang potensial namun dihambat oleh komponen serum normal. Sedangkan
Streptolysin O dengan sifat antigeniknya merangsang respons antibodi yang kuat
dan juga bersifat kardiotoksik.
Hipersensitifitas lambat terhadap produk Streptokokus kelihatannya
merupakan gambaran karakteristik dari demam rematik ataupun penyakit jantung
rematik.
Pada kondisi rematik akut, perubahan peradangan biasanya timbul pada
jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan subkutan, bisa juga mengenai otak,
pleura, paru paru dan ginjal. Swift ( 1924 ) membuktikan bahwa reaksi
peradangannya bisa berupa peradangan eksudatif ataupun proliferatif. Perubahan
eksudatif dini bisa berupa udem, hemoragis, nekrosis jaringan dan infiltrasi
sel bulat. Miokard akan terkena dan kerusakan pada miokard disertai udem
interstitial. Reaksi proliferasi timbul belakangan berupa pembentukan jaringan
parut,granuloma spesifik dan trombosis, yang terjadi di jantung,pembuluh darah,
paru paru, tendon, area periartikular, dan pada sistem saraf pusat. Katub
jantung akan mengalami pembengkakan, udem dan berubah bentuk akibat
bertumpuknya lesi varikosa yang terdiri dari fibrinoid dan materi trombotik di
katub.
Badan Aschoff atau nodul merupakan hal spesifikyang membedakannya dari kelainan
kolagen yang mirip. Badan Aschoff ( Aschoff bodies ) mula mula berupa
degeneratif eksudatif diikuti penyembuhan berbentuk fibrosis dan badan Aschoff
matang yang terdiri dari sel Aschoff,sel antischkow, sel plasma, limfosit,
material fibrinoid dan kolagen.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis rematik akut dipakai kriteria Jones’s yang terdiri
dari major dan minor. Kriteria major terdiri dari karditis, poliartritis, korea, nodul subkutan dan eritema
marginatum. Sedangkan kriteria minor terdiri dari demam, artralgia, PR
interval yang memanjang, meningkatnya LED, lekosit atau CRP, bukti adanya infeksi Streptokokus sebelumnya
( ASTO meningkat ), kultur swab tenggorok positif untuk Streptokokus A, riwayat
demam rematik sebelumnya.
Poliartritis merupakan manifestasi yang paling sering ditemukan.
Poliartritis ini jarang ditemukan pada usia balita, bersifat berpindah
pindah,nonsupuratif, mengenai 2 atau lebih sendi,dan biasanya sendi besar
seperti lutut, pergelangan tangan dsb.
Karditis merupakan manifestasi paling serius karena bisa menimbulkan
kematian dan muncul dalam bentuk pankarditis ( perikarditis, miokarditis dan
endokarditis ).Murmur yang bisa terdengar adalah murmur sistolik dai apeks krn
mitral regurgitasi, murmur diastolik dini dekresendo akibat aorta regurgitasi,
dan middiastolik murmur apeks ( Carey Coombs murmur ).
Korea ( Sydenham’s chorea atau St Vitus’ dance ) merupakan gangguan
neurologis berupa gerkan involunter yang tak beraturan dan tanpa tujuan,
menyeringai, kelemahan otot dan instabilitas emosi. Korea merupakan manifestasi
lambat dari demam rematik dan timbul 3 bulan atau lebih setelah tejadinya
infeksi.
Eritema marginatum berupa bercak makula dikulit berwarna merah jambu, tidak
gatal, tidak nyeri yang timbul dibadan, bokong atau bagian atas paha dan tidak
di wajah.
Nodul subkutan adalah nodul keras,
tidak nyeri, mudah digerakkan, berukuran 0,5 sampai 2 cm, ditemukan di
permukaan ekstensor sendi siku, lutut dan pergelangan tangan. Nodul ini
biasanya timbul bersama sama dengan karditis.
Ditemukannya 2 kriteri major atau 1 major dan 2 minor mengindikasikan
probabilitas tinggi tehadap demam rematik akut.
PENATALAKSANAAN
- Rawat inap rumah sakit
- Tirah baring
- Bisa rawat jalan setelah demam hilang dan reaktan fase akut kembali kenormal.
- Terapi penisilin atau eritromisin bila alergi penisilin selama 10 hari
- Jika terdapat gejala gagal jantung, beri digitalis, diuretik dan oksigen serta diet rendah garam
- Terapi antirematik tak ada yang spesifik, bisa diberikan salisilat bila tidak ada karditis atau hanya karditis ringan, dosis 100 mg/kgBB/hari 4 – 5 dosisuntuk mencapai dosis serum 20 mg%.Pada pasien dengan perikarditis atau gagal jantung kongestif lebih bereaksi terhadap kortikosteroid daripada salisilat, yaitu prednison 1-2 mg/kgBB/hari.Lama pemberian pada kasus berat bisa dilanjutkan prednison sampai 2-3 bulan baru ditapering selam 2 minggu berikutnya. Untuk menghindari rebound diberikan aspirin 75 mg/kgBB/hari saat tapering prednison.
Pencegahan terhadap demam rematik :
Pencegahan primer
Benzathine penicillin G 600.000 units untuk pasien < 27 kg dan
1.200.000 units untuk > 27 kg, IM sekali
Atau Penicillin V 250 mg 2-3 x/hari untuk anak anak dan 500 mg 2-3 x/hari
untuk dewasa selama 10 hari
Eritromisin untuk pasien alergi penisilin 40 mg/kgBB hari 2-4 x/hari
maksimal 1 g/hari selama 10 hari
Pencegahan sekunder
Benzathine penicillin G 1.200.000
units tiap 3-4 minggu, IM
atau Penicillin V 2 x 250 mg oral
atau Sulfadiazine 0,5 g sekali sehari pada pasien < 27 kg atau 1
g sehari > 27 kg oral
atau eritromisin 2 x 250 mg /hari oral
Pencegahan sekunder ini diberikan
sekurangnya 10 th setelah episode terakhir atau sampai usia 40 tahun pada
pasien dengan carditis dan penyakit katub residual
Bila tak ada gangguan katub bisa diberikan 10 tahun atau sampai usia
dewasa, tergantung mana yang lebih lama.
Bila tanpa karditis cukup diberikan selama 5 tahun atau sampai usia 21 thn.
sebagai pembanding :
Demam Rematik sesuai dengan Pedoman Pelayanan IDAI
http://ppkdokter2014.blogspot.com/2016/12/demam-rematik-akut.html