Related Articles




PENGELOLAAN PASIEN GERIATRI DENGAN MULTIPATOLOGI DAN MENCEGAH POLIFARMASI
Dr. Jazil Karimi, SpPD.


            Kelompok usia lanjut terdiri atas mereka yang sehat dan mereka yang sakit kronis. Karena daya cadangan tubuh pada usia lanjut berkurang, yang sehatpun mudah mengalami gangguan.

            Pasien tua yang menderita lebih dari satu penyakit digolongkan sebagai pasien geriatri. Multipatologi ini merupakan salah satu ciri pasien geriatri.
Upaya untuk pengobatan sehingga setiap jenis penyakit dapat disembuhkan, akan mengakibatkan polifarmasi, yaitu penggunaan banyak obat (meresepkan obat melebihi indikasi klinis, penggunaan empirik lima obat atau lebih).

Pengkajian (Asesmen) Pasien Geriatri dengan Multipatologis.

            Pasien geriatri harus diperlakukan sebagai kesatuan bio psikososial. Bila ada gangguan pada salah satu komponen seringkali mempengaruhi ke komponen lain, bahkan kemungkinan penampilan gangguan ini lebih menonjol dari gangguan awal. Karena itu pemeriksaan pasien geriatri harus lengkap dan butuh kesabaran.

            Anamnesis dilakukan sedemikian baik agar mampu mendapatkan gambaran utuh tentang kesehatan, kepribadian, dan lingkungan pasien.

            Pemeriksaan fisik lengkap, tidak hanya sebatas organ yang dikeluhkan, tapi dilanjutkan ke pemeriksaan penunjang secara cost-effective.

            Dari hasil pemeriksaan di atas akan diperoleh daftar masalah yang disusun menurut prioritas.

            Sejumlah masalah (diagnosis multipatologis) inilah yang selanjutnya dipertimbangkan untuk dikelola dengan pemberian obat, tindakan non farmakologik atau bimbingan. Peranan terapi alternatif seperti akupuntur dalam hal mengobati rasa nyeri ternyata kurang memuaskan, tapi hasil penelitian merekomendasikan pula terapi akupuntur untuk menghilangkan rasa mual dan muntah.
Tapi harus diakui bahwa setiap pasien geriatri mempunyai kekhususan, yang memungkinkan jumlah obat banyak, misal kombinasi 2-3 obat anti hipertensi, kombinasi terapi diabetes 2-4 obat, dan lain-lain.


            Pedoman Pencegahan Polifarmasi.

            Beers (1997) telah memberikan pedoman untuk pemakaian obat beresiko dan obat untuk penyakit tertentu sebagai berikut :

Tabel 1. Obat yang perlu dihindari atau yang digunakan dengan hati-hati pada pasien usia lanjut

Kurang berguna

·          mesiloid ergot
·          pelemas otot (metokarbamol, klorzoksazon, karisoprodol)
·          trimetobenzamid

·          flurazepam
·          meperidin
·          meprobamat
·          metildopa dan kombinasinya
·          propoksifen dan kombinasinya
·          reserpin
·          tiklopidin

 
Toksisitas bertambah; obat lain lebih aman

·          barbiturat, kecuali fenobarbital
·          klordiazepoksid
·          klorpropamid
·          diazepam
·          digoksin
·          dipiridamol
·          disopiramid
·          doksepin

Sensitivitas bertambah, dapat jadi efek samping

·          amitriptilin dan kombinasinya
·          antihistamin dengan sifat antikolinergi kuat
·         
·          indometasin
·          benzodiazepin kerja panjang
·          fenilbutazon
 
difenhidramin
·          antispasmodic gastrointestin
·          ferum melebihi 325 mg
·          pentazosin

(Dari Beers M, Arch Intern Med 157: 1531, 1997)



Tabel 2. Obat-obat yang harus dihindari pada penyakit tertentu

Penyakit atau masalah

Obat yang harus dihindari

Gagal jantung


Diabetes


Hipertensi

PPOK

Asma

Tukak lambung


Serangan kejang, epilepsi


Penyakit pembuluh darah tepi

Gangguan pembekuan darah
pada pasien yang mendapat
antikoagulan


Hipertrofi prostat jinak



Inkontinensia

Obstipasi

Sinkope atau sering jatuh

Aritmia

Insomnia


disopiramid dan obat dengan kandungan Na tinggi seperti Na bikarbonat

penyekat b pada pasien yang mendapat obat hipoglikemik oral atau insulin

pil pelangsing, amfetamin

penyekat b, obat sedatif hipnotik

penyekat b

NSAID, suplemen K
aspirin > 325 mg/hari

klozapin, klorpromazin, tioridazin, klorprotiksen,
metaklopramid

penyekat b

aspirin, NSIAD
dipiridamol, tiklopidin


antihistamin antikolinergik:
antispasmodic gastrointestin, pelemas otot,
obat narkotik, flavoksat, oksibutinin, betanekol,
antidepresan antikolinergik

penyekat a

obat antikolinergik, narkotik antidepresan trisiklik

penyekat b, benzodiazepin kerja panjang

antidepresan trisiklik

dekongestan, teofilin, desipramin metilfenidat,
agonis b, MAO inhibitor, SSR inhibitor


Tabel 3. Langkah-langkah untuk menghindari polifarmasi

1.       Catat semua obat yang dipakai.
2.       Kenali nama generik dan golongan obat.
3.       Kenali indikasi klinik untuk setiap obat.
4.       Ketahui profil efek samping setiap obat.
5.       Kenali faktor resiko sesuatu efek yang tak terduga.
6.       Hentikan pemberian obat tanpa manfaat penyembuhan.
7.       Hentikan pemberian obat tanpa indikasi klinik.
8.       Gantilah dengan obat yang lebih aman.
9.       Jangan menangani efek tak terduga suatu obat dengan obat lagi.
10.   Gunakan obat tunggal bila cara pemberiannya tidak sering.



PENUTUP

            Bertambahnya populasi usia lanjut, berimplikasi kepada tugas dokter semakin berat. Pasien geriatri yang menderita beberapa penyakit secara bersamaan, maka ada kemungkinan dokter (beberapa dokter dari disiplin ilmu berbeda) mencoba memberikan pengobatan untuk setiap jenis penyakit.

            Jumlah obat yang besar ini dapat menimbulkan masalah baru. Dan karena itu kecenderungan polifarmasi ini sebaiknya dihindari, dengan berpedoman kepada hasil penelitian yang telah teruji.


PERPUSTAKAAN

1.       Supartondo. Kecenderungan Polifarmasi pada Multipatologi. Apa Masalahnya. Dalam: Supartondo, Setiti S., Soejono CH. Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin. Jakarta: Pusat Informasi dan Penelitian bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2003. p. 1-5.
2.       Beers M. Explicit Criteria for Determining Potensially Inappropriate Medication in The Elderly. Arch Intern Med. 1997; 157: 1531-6.




Contoh kasus geriatri.

Wanita, 65 tahun, sakit sendi lulut 2 minggu terakhir dan tak bisa jalan. Sakit kepala dan mata kabur, R/ DM + 5 tahun tapi jarang kontrol, stroke 2 tahun dan badan sebelah kanan lemah. Batuk dengan dahak waktu pagi.

Pemeriksaan fisik:
Sakit sedang, CM, gizi gemuk, TB 150 cm, BB 70 kg, Tensi 170/110 mmHg, N=82 irreguler, R 20 x/hr, afebris. Anemis Å, C/P: cor membesar, Bj irreguler.
Paru: roncli sedang pada apek ke-2 paru-paru.
Extr: motorik       , lutut: Edmax Å, NT Å, detormitas Å.
Hasil: Hb 7,8 gr/dl, L 6000, HMT 28 %, LED 100 mm/jam, SGOT 37, SGPT 25 u/l, ureum 100 mg, keratin 3,0 g/dl, BTA sputum Å, GD N 220 mg/d, PP 264 mg/d.
Urinalisis: protein +++, Shilass +, L > 25/LP.
EKG: LVH stelevasi interior, VES multifotaal, foto thorax PA : infiltrat pada ke-2 apex.
          Foto sendi lutut: space menyempit, kadar Å.
Mata: visus menurun, retinopati Å.
Diagnosis:
-         OA, Obese.
-         DM tipe 2, hipertensi, retinopati, nefropati diabetika.
-         TB Paru.
-         MCI inferior, VES.
-         Post stroke dengan seguale.
-         Anemia ec? Gastropati NSAID.
-         Susp ISK.






0 comments