Dr
. Nazlina Santoso SpAn
PENDAHULUAN
Pada
setiap pembedahan dibidang obstetri, ahli anestesi dihadapkan pada tiga individu
yang berbeda , ibu sebagai penderita , bayi yang akan dilahirkan dan ahli
bedah ( obstetrikus ).
Keberhasilan penatalaksanaan anestesi tergantung
kepada ketrampilan , pengetahuan ahli anestesi dan pengalaman.
Ahli anestesi harus memahami fisiologi /
patofisiologi ibu dan janin , juga farmakologi dari obat obatan yang akan
dipakai.
Pemilihan tehnik dan obat anestesi tergantung kepada
indikasi dan kondisi dari ibu , juga jenis operasinya.
PERUBAHAN FISIOLOGIS
Sejak
awal kehamilan terjadi perubahan2 fisiologis yang dapat mempengaruhi tindakan
anestesi .
1 . Sistem
Kardiovaskuler dan Komposisi Darah
Curah jantung meningkat.
pada sebagian penderita
terjadi “supine hipotension sindrome “ karena penekanan pada vena
cava inferior dan aorta oleh uterus.
Volume plasma meningkat 45%
dan jumlah eritrosit meningkat 20% sehingga terjadi anemia gravidarum.
2 . Sistem
Pernafasan.
Vital Capacity dan pulmonary resistance
menurun.
Terjadi
hyperventilasi alveolar.
Konsumsi
oksigen meningkat.
3 . Liver dan Ginjal.
Fungsi
kedua organ ini menurun.
Filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ke ginjal menurun.
Aktifitas
cholinesterase menurun.
4 . Saluran Pencernaan.
Pengosongan isi lambung sering terlambat karena adanya perubahan anatomis dan juga akibat stress dan obat obatan.
FARMAKOLOGI
Transfer
obat anestesi dari ibu ke janin tergantung kepada :
1 .Sifat
kelarutannya dalam lemak , obat yang mudah larut dalam lemak dengan mudah melewati membran plasenta karena
mengandung banyak lipoprotein.
2 .
Derajat ionisasi, obat yang mudah terurai mudah melewati barier
plasenta
3 .
pH darah maternal akan mempengaruhi penguraian obat.
4 .Ikatan dengan protein,
obat yang terikat dengan protein sulit melewati plasenta.
5 .
Berat Molekul , obat yang BM 600 sulitmelewati barier plasenta.
6 .
Perbedaan konsentrasi obat yang berada dalam darah ibu dan janin.
PENGARUH OBAT TERHADAP JANIN.
1 . Obat Anestesi Inhalasi.
Umumnya dapat melewati barier
plasenta dan akan ditemukan dalam
darah janin rata rata setelah 2 – 3 menit dihisap ibu. Ether dalam waktu 8 menit kadar
dalam janin sama dengan kadar dalam darah ibu..
Derajat depresi pada bayi tergantung dari lamanya
pemberian obat inhalasi pada ibu .
Obat inhalasi dapat menimbulkan gangguan
kontraksi pada rahim, kecuali N2O/O2
, oleh karena itu pemberian gas anestesi dengan konsentrasi kecil.
Obat inhalasi
antara lain :
N2O
/ O2 , Halothane , Ethrane , Isoflurane
, Sevorane dll.
2 . Obat Induksi
a . Pentothal
Karena kelarutan dalam lemaknya
tinggi , maka akan sampai disirkulasi
foetal 45 detik setelah pemberian IV
pada ibu.
Pada dosis rendah ( 3 – 4 mg / kg BB
) tidak akan menimbulkan depresi pada janin.
b. Ketamin.
Dengan cepat akan melewati barier
plasenta dan
dalam waktu 2 menit kadar
dalam janin akan sama dengan kadar dalam darah ibu. Pada dosis 0,75 –1 mg tidak akan menimbulkan
pengaruh buruk pada janin.
c. Propofol.
Tidak dianjurkan
pemakaiannnya pada ibu hamil, karena akan disekresi diair susu , tetapi pada praktek
sehari hari banyak digunakan
karena tidak menimbulkan gangguan pada respirasi dan jantung, hanya cara pemberiannya harus dengan
tehnik yang khusus.
d. Diazepam.
Dengan mudah lewat barier
plasenta dan dapat mengakibatkan hipotonia , gangguan nafas atau
kadang kadang timbul aritmia jantung apabila dosis yang diberikan
berlebihan.
e. Narkotik Analgesi.
Obat ini selain untuk anestesi balans
, juga diberikan untuk menghilangkan hilangkan rasa sakit pada waktu persalian.
Pengaruh
buruk pada ibu antara lain :
-
memperlambat pengosongan lambung.
-
pada dosis tinggi menimbulkan depresi nafas dan hiperkarbia.
-
menimbulkan mual dan muntah serta sedasi yang berlebihan.
-
memperlambat persalinan apabila pada fase latent.
Semua narkotika yang
diberikan pada ibu dengan cepat akan melewati barier plasenta dan akan masuk
dalam sirkulasi janin dengan segala efek samping.
Oleh karena itu pemberian narkotik pada waktu persalinan harus
dipertimbangkan sebaik mungkin dan pada waktu yang tepat.
Pemberian narkotik pada fase aktif akan
memperpendek persalinan dan memperbaiki kontraksi rahim.
Narkotika yang tidak banyak
menimbulkan efek samping adalah Pethidine dengan dosis 50 – 100 mg IM
, atau 25 – 50 mg IV dengan taksiran partus kurang dari 1 jam atau lebih dari 4
jam.
f. Obat Pelemas
Otot
Succinylcholine pada dosis klinis
sulit melewati barier placenta ,baru akan ditemukan dalam darah janin dan
menimbulkan efek apabila dosis melewati 300 mg . Obat pelemas otot golongan non depolarizer dapat melewati
barier plasenta tetapi tidak mempengaruhi bayi yang dilahirkan apabila dosis yang diberikan dalam dosis
klinik.
g . Obat Anestesi
Lokal.
Golongan Bupivacaine ,
Chloroprocaine
, dan Etidocaine yang diberikan pada ibu tidak akan mempengaruhi bayi
yang dilahirkan.
ANESTESI PADA BEDAH CESAR.
Banyak masalah yang akan dihadapi oleh ahli anestesi pada
saat melakukan tindakan anestesi pada ibu ibu hamil yang akan dioperasi cesar.
1 .
Prinsip tehnik anestesi harus memenuhi kriteria :
-
analgesia cukup kuat.
-
Tidak menimbulkan trauma psikis pada ibu.
-
Toksisitas rendah , aman bagi ibu dan bayi.
-
Tidak mendepresi janin.
-
Relaksasi tercapai tanpa menganggu kontraksi rahim.
2 .
Resiko yang mungkin timbul pada saat anastesi.
-
adanya gangguan pengosongan lambung.
-
Kadang kadang intubasi sulit.
-
Kebutuhan oksigen meningkat.
-
Pada posisi telentang dapat menimbulkan hipotensi.
3 .
Perubahan perubahan fisiologis pada kehamilan akan mempengaruhi
tehnik dan alat alat anestesi yang
dipergunakan.
4 .
Ahli anestesi berhadapan dengan 3 individu yang berbeda kepentingannya
-
ibu sebagai penderita menginginkan analgesia , amnesia
dan tidur yang cukup/sempurna.
-
bayi yang dilahirkan tidak boleh banyak dipengaruhi
oleh obat obat anestesi / analgetika.
-
ahli bedah menginginkan pelayanan yang sempurna (
relaksasi otot )
-
SIFAT DAN JENIS ANESTESI.
Berdasarkan kepentingan pembedahan cesar dapat
dilakukan ;
A . Emergensi pada kasus
-
perdarahan ante partum.
-
Kegawatan janin.
-
Distocia cervikalis.
-
Inertia uteri.
-
Prolapsus funiculi ( tali pusat menumbung )
-
Pre Eklamsia.
B . Semi Emergensi .
-
Kelainan letak yang menyebabkan persalinan pervagina tidak mungkin
-
Ketuban pecah sebelum waktunya.
-
Persalinan yang tidak ada kemajuan.
C . Elektif .
-
Anak besar / anak mahal.
-
Bekas Sectio.
-
Kehamilan Serotinus.
-
Atas permintaan pasen.
-
Letak sungsang , Letak Lintang.
Jenis
Anestesi .
I . Anestesi
Lokal ( Infiltrasi )
-
jarang dilakukan.
-
Kadang setelah bayi lahir dilanjutkan dengan pemberian pentothal dan N2O/O2.
-
Analgesia sering tidak memadai.
-
Pengaruh toksik obat lebih besar.
-
Dapat dilakukan oleh ahli kebidanan sendiri.
II . Anestesi
Regional ( Spinal atau Epidural ).
-
sederhana , ibu tetap sadar.
-
Bahaya aspirasi minimal , dapat dikerjakan tanpa puasa.
-
Sering menimbulkan mual dan muntah.
-
Bahaya hipotensi dapat terjadi apabila persiapan tidak baik.
-
Sering menimbulkan sakit kepala dan kuduk terutama untuk tehnik spinal.
-
Dapat dikombinasikan dengan obat sedasi ,sehingga setelah bayi
lahir ibu dapat tidur.
III .
Anestesi Umum .
-
Cepat dan ibu tidak sadar , baik untuk ibu ibu yang takut.
-
Serba terkendali dan jarang ada bahya hipotensi.
-
Kemungkinan terjadinya aspirasi apabila tidak puasa, terutama pada
kasus emergensi.
-
Perlu tehnik kusus untuk intubasi , karena adanya kelainan anatomi pada
ibu hamil dan gangguan dari perut yang besar.
-
Adanya kemungkinan depresi pada bayi.
TEHNIK ANESTESIA.
Persiapan pra
bedah.
Mempelajari data klinis pasen , mulai dari anamnesa
, laboratorium , thorak foto , EKG dan kalau ada hasil konsul dari penyakait
dalam.
Premedikasi diberikan sesuai kondisi ibu dan tehnik
yang akan dipakai.
Anestesi Regional .
Persiapan ;
1 . Penderita
-
tidak ada kontra indikasi untuk tindakan regional.
-
Memberikan penjelasan kepada ibu tentang tindakan regional.
-
Pasang infus dan berikan cairan minimal 500ml sebelum tindakan agar
tidak terjadi hipotensi.
-
Tindakan anestesi dilakukan setelah operator siap dan posisi ibu
tergantung ahli anestesi.
-
Berikan oksigen setelah tindakan regional.
-
Sebaiknya kepala agak tinggi untuk spinal anestesi.
2 . Sarana / alat
-
obat dan jarum untuk spinal anaestesi.
-
Peralatan intubasi kalau
regional blok gagal.
-
Asisten untuk membantu .
-
Obat obat untuk resusitasi.
Anestesi Umum
Persiapan untuk anestesi umum sama untuk semua pasen .
Dilakukan pemasangan infus , berikan premedikasi
sesuai protap.
Sebaiknya penderita dianjurkan miring
kekiri untuk
menghindari penekanan pada cava inferior , berikan oksigen sebelum
induksi.
Induksi dapat dilakukan dengan pentothal atau propofol atau ketamin dan dosis sesuai yang
dianjurkan.
Intubasi sebaiknya dilakukan dengan succinylcholin , dan rumantan dengan tracurium
, N2O / O2 dan halothane dosis kecil atau Sevo.
Setelah intubasi berhasil , dipersilahkan untuk
melakukan operasi.
Setelah bayi lahir ,umumnya diberikan ergometrin intra vena dan oxitocin
secara drip dan
anestesi dilanjutkan seperti biasa dengan perhatian jangan sampai obat obat
anestesi membuat gangguan pada kontraksi rahim.
Resusitasi bayi akan dilakukan oleh dokter spesialis
anak.
ANESTESI WANITA HAMIL UNTUK PEMBEDAHAN
NON OBSTETRI
Pada
wanita hamil terjadi perubahan perubahan fisiologis akibat perubahan hormonal dan anatomis karena uterus
gravidus akah
mempengaruhi tehnik dan pemilihan obat anastesi.
Disamping itu diperlukan juga perhatian terhadap
obat anastesi yang akan dipergunakan dan manipulasi operasi terhadap janin yang
dikandung.
Pada prinsipnya penatalaksanaan anestesi adalah
sebagai berikut :
1 . perlunya menyelamatkan ibu
2 . hindari efek teratogenik dari obat yang
dipergunakan.
3 . hindari asfiksia janin dalam rahim.
4 . jangan sampai terjadi abortus atau kelahiran premature.
Untuk
menghindari kemungkinan buruk pada janin maka perlu dipertimbangkan beberapa
hal agar kehamilan dan keadaan janin tidak terganggu .
-
sebaiknya untuk operasi elektif ditunggu agar kehamilan
sudah lewat trimester I.
-
untuk operasi emergensi kalau memungkinkan dengan tehnik regional.
-
Apabila harus memilih anestesi umum maka perlu difikirkan
secara matang tehnik dan obat yang dipergunakan.
Perlu diingat bahwa tidak ada tehnik yang baik untuk
wanita yang hamil , sebaiknya operasi dilakukan setelah bayi
lahir untuk
menghindari hal hal yang tidak diinginkan
Pekanbaru
, awal desember 2004
0 comments
Post a Comment