Related Articles




Analisis Kasus Tenggelam Menurut Ilmu Forensik

Tenggelam adalah merupakan akibat dari terbe­namnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cair­an. Tenggelam merupakan salah satu bentuk kematian asfiksia, dimana bila pada asfiksia yang lain tidak terjadi perubahan elektrolit dalam darah, sedangkan pada tenggelam perubahan tersebut ada; baik teng­gelam dalam air tawar ( "fresh water drowning" ), maupun tenggelam dalam air asin ( "salt water drowning" ).
Mekanisme kematian pada tenggelam pada umum­nya adalah asfiksia, mekanisme kematian yang da­pat juga terjadi pada tenggelam adalah karena in­hibisi vagal, dan spasme larynx.
Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam, akan memberi warna pada peme­riksaan mayat dan pemeriksaan laboratorium. De­ngan kata lain kelainan yang didapatkan pada kasus tenggelam tergantung dari mekanisme kematian­nya.
Tenggelam pada umumnya merupakan kecelaka­an, baik kecelakaan secara langsung berdiri sendiri, maupun tenggelam yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang epilepsi. Pein­bunuhan dengan cara menenggelamkan jarang ter­jadi, korban biasanya bayi atau anak-anak; pada orang dewasa dapat terjadi tanpa sengaia, yaitu kor­ban sebelumnya dianiaya, disangka sudah coati, pa­dahal hanya pingsan. Untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai, sehingga coati karena tenggelam.

Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Korban wring memberati dirinya dengan batu atau besi, barn kemudian terjun ke air.
Dengan demikian di dalam menghadapi kasus tenggelam, selain pemeriksaan ditujukan untuk me­nentukan sebab kematian juga ditujukan untuk me­ngetahui cara kematiannya, kecelakaan; pembunuh­an atau bunuh diri.
Berapa lama orang yang tenggelam akan mene­mui ajalnya, ditentukan oleh keadaan lingkung­annya, misalnya kondisi fisik dan kesehatan kor­ban, sifat reaksi korban sewaktu terbenam dan jum­lah air yang terinhalasi.
-          Waktu akan menjadi lebih singkat, pada ter­benam yang tak terduga, kondisi fisik yang bu­ruk serta korban yang tidak bisa berenang,
-          Kematian akan terjadi segera, bila kematiannya oleh karena inhibisi kardial ( cardiac inhibition),
-          Orang yang cepat panik akan lebih cepat teng­gelam bila dibandingkan dengan orang yang te­nang, walaupun ke duanya perenang yang baik,
-          Air yang dingin akan mempercepat kematian pada orang yang terbenam, oleh karena terjadi hypothermia; kematian pada kasus ini karena gagal jantung ( cardiac failure ), oleh karena terjadi peningkatan tekanan di dalam vena dan arteri,
-     Biasanya orang akan menjadi tidak sadar setelah terbenam selama 2 atau 3 sampai 10 menit, sebelum terjadi kematian korban dapat berada dalam keadaan coati surf, sehingga upaya untuk melakukan resusitasi Bering membawa hasil baik.

Pada orang yang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah posisi, umumnya korban akan tiga kali tenggelam, im dapat dijelaskan sebagai berikut:
-          Pada waktu pertama kali orang "terjun" ke air, oleh karena gravitasi ia akan terbenam untuk yang pertama kali,
-          Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan timbul, dan berusa­ha untuk bernafas mengambil udara; akan tetapi oleh karena tidak bisa berenang, air akan masuk tertelan dan terinhalasi, sehingga berat jenis kor­ban sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air, dengan demikian ia tenggelam untuk kedua kalinya,
-          Sewaktu berada pada dasar sungai, laut atau danau, proses pembusukan akan berlangsung; dan terbentuk gas pembusukan,
-          Waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas pembusukan dapat mengapungkan tubuh kor­ban adalah sekitar 7-14 hari,
-          Pada waktu tubuh mengapung oleh karena ter bentuknya gas pembusukan, tubuh dapat pecah terkena benda-benda di sekitarnya, digigit bi­natang atau oleh karena proses pembusukan itu sendiri; dengan demikian gas pembusukan akan keluar, tubuh korban terbenam untuk ketiga kalinya dan yang terakhir.
MEKANISME TENGGELAM
Mekanisme pada kasus tenggelam, bukan hanya sekedar masuknya cairan ke dalam saluran pernafas­an, akan tetapi merupakan hal yang cukup kom­pleks, mekanisme tenggelam dalam air asin berbeda dengan tenggelam dalam air tawar.
Tenggelam dalam air tawar
-          Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jum­lah besar, sehingga terjadi hemodilusi yang he-bat sampai 72 persen yang berakibat terjadinya hemolisis,
-          Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana Kalium dalam plasma meningkat dan Natrium berkurang, juga terjadi anoksia yang hebat pada myocardium,
-          Hemodilusi menyebabkan cairan dalarn,pembu­luh darah atau sirkulasi menjadi berlebihan, ter­jadi penurunan tekanan sitole; dan dalam waktu beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel,
-          Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia cerebri yang hebat, hal ini yang  menerangkan mengapa kematian terjadl dengan cepat.
Tenggelam dalam air asin
-      Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi da­pat tertarik keluar sampai sekitar 42 persen, dan masuk ke dalam jaringan paru-paru, sehingga terjadl edema pulmonum yang hebat dalam waktu yang relatip singkat,
-      Pertukaran elektrolik dari air asin ke dalam da­rah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar Natrium plasma,
-      Fibrilasi ventrikel tidak terjadl; terjadinya anok­sia pada myocardium dan disertai peningkatan viskositas darah, akan menyebabkan terjadinya payah jantung,
-      Tidak terjadi hemolisis, melainkan hemokonsen­trasi; tekanan sistolik akan menetap dalam beberapa menit.
PEMERIKSAAN LUAR PADA KASUS TENGGELAM
-      Penurunan suhu mayat ( algor mortis ), berlang­sung cepat, rata-rata 5° F per menit; suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam wak­tu 5 atau 6 jam,
-      Lebam mayat ( livor mortis ), akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan kepala; lebam mayat berwarna merah terang yang perlu dibe­dakan dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO,
-      Pembusukan sering tampak, kulit berwarna ke­hijauan atau merah gelap; pada pembusukan lan­jut tampak gelembung-gelembung pembusukan, terutama bagian atas tubuh, clan skrotum Berta penis pada prig dan labia mayora pada wanita, kulit telapak tangan dan kaki dapat mengelupas,
-      Gambaran kulit angsa (goose flesh, cutis anserina), sering dijumpai; keadaan ini terjadl selama inter­val antara kematian somatik clan seluler, atau merupakan perubahan post-mortal karena ter­jadinya rigor mortis pada mm.erector pill,
-      Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagal kriteria diagnostik,
-      Busa halus putih yang berbentuk jamur ( mush­room-like mass) tampak pada mulut atau hidung atau keduanya,
-      Terbentuknya busa halus tersebut adalah sebagai berikut.
-      Masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upa­ya pernafasan yang hebat,
-      Pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuk pseudofoam yang berwarna keme­rahan yang berasal dari darah dan gas pem­busukan,
-      Perdarahan. berbintik (petechial haemmorrha­ges), dapat ditemukan pada kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah,
-      Pada pria genitalianya dapat mengerut, ereksi atau semi-ereksi; yang tersering dijumpai: semi­ereksi,
-      Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air,
-      Cadaveric spasm, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan bahwa berusaha untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya dahan, bate atau rumpus yang tergenggam, ada­nya cadaveric spasm menunjukkan bahwa kor­ban masih dalam keadaan hidup pada saat ter­benam,
-      Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tung­kai bagian depan dapat terjadi akibat persentuh­an korban dengan dasar sungai, atau terkena benda-benda di sekitarnya; luka-luka tersebut se­ringkali mengeluarkan "darah," sehingga tidak jarang memberi kesan korban diamaya sebelum ditenggelamkan,
-      Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tem­pat yang tinggi terjun kesungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga me­nyebabkan kerusakan pada kepala atau patah­nya tulang leher,
-      Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat dipastikan bahwa kasusnya merupakan kasus pembunuhan,
-      Bila seorang dewasa ditemukan coati dalam em-pang yang dangkal, maka harus dipikirkan ke­mungkinan adanya unsur tindak pidana; misal­nya setelah diberi racun korban dilempar ke tempat tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan.
PEMERIKSAAN DALAM PADA KASUS TENGGELAM
-      Bila keadaan mayat telah mengalami pembusuk­an lanjut, pemeriksaan dan pengambilan kesim­pulan menjadi sulit,
-      Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistim pernafasan, busa halus putih terdapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat di­temukan, demikian pula halnya dengan benda­benda asing yang ikut terinhalasi bersama air,
-      Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopik misalnya, pasir, Lumpur, binatang air, tumbuhan air clan lain sebagainya; seclang­kan yang tampak secara mikroskpik di antara­nya telur cacing dan diatomae (ganggang kersik),
-      Untuk mencari diatomae, pare-pare harus dides­truksi dahulu dengan asam sulfas dan asm nitrat, kemudian di sentrifuse clan endapannya dilihat di bawah mikroskop,
-      Diatomae dapat jug dicarl dalam daerah Shantung yang telah diencerkan dengan air agar terjadi hemolisa dan baru kemudian disentrifuse dan endapannya diperiksa,
-      Pada keadaan dimana tubuh korban sudah se­demikian busuknya yaltu sudah terbenam un­tuk ketiga kalinya, dan balk kulit m.aupun or­gan-organ telah hancur, maka pemeriksaan diatomae diambil dari sumsum tulang panjang, dan selanjutnya dilakukan proses yang sama,
-      Pemeriksaan diatomae dikatakan positip bila dari sedlaan paru-paru dapat dilakukan diatomae se­banyak 5 per LPB; atau bila dari sumsum tulang sebanyak 1 per LPB,
-      Oleh karena diatomae banyak terdapat di alam dan tergantung musim, maka tidak ditemukan­nya diatomae tidak dapat menyingkirkan bah­wa korban bukan coati tenggelam; relevance dia­tomae terbatas pada tenggelam dengan meka­nisme asfiksia,
-      Adanya diatomae hanya menunjukkan bahwa korban semasa hidupnya pernah kemasukkan ganggang kersik tersebut,
-      Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan, perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap sep­tum inter alveoli, atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen,
-      Bercak perdarahan yang besar ( diameter 3-5 sen­timeter), terjadi karena robeknya partisi inter alveolar, dan Bering terlihat di bawah pleura; bercak ini disebut bercak Taltauf' (1882), sesuai dengan nama yang pertama mencatat kelainan tersebut,
-      Bercak "Paltauf' berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada baglan bawah paru-paru, yaltu pada permukaan anterior dan permukaan antar baga paru-paru,
-      Kongesti pada larynx merupakan kelainan yang berarti, paru-paru biasanya sangat mengembang, seringkali menutupi pericardium dan pada per­mukaan tampak adanya Mas dari tulang 19a, pada perabaan kenyal,
-      Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat he-bat sehingga beratnya dapat mencapai 700­1000 gram, dimana berat paru-paru normal ada­lah sekitar 250-300 gram,
-      Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara daerah yang berwarna kelabu; pada pengirisan tampak banyak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari penam­pang tersebut, yang pada keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur buss terse-but baru tampak setelah dipijat dengan dua jari,
-      Gambaran paru-paru seperti tersebut di atas di­kenal dengan nama "Emphysema aquosum , atau llempbysema hydroaerique,"
-      "Emphysema aquosum," dijurnpai  pada sekitar 80 persen kasus tenggelam, dan adanya kelainan tersebut merupakan bukti yang kuat bahwa ke­matian korban karena tenggelam,
-      Mekanisme terjadinya emphysema aquosum dan adanya busa dalam saluran pernafasan, merupa­kan kelainan yang khusus untuk tenggelam, terin­halasinya air akan mengiritasi membrana mukosa dari saluran pernafasan clan menstimulir sekresi mukus; pergerakan pernafasan dari udara yang ada dalam saluran pernafasan mengocok substan terse-but sehingga terbentuk busa,
-      Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menye­babkan distensi jantung kanan dan pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah yang berwarna merah gelap dan cair, tidak ada bekuan.
TEST KIMIAWI PADA KASUS TENGGELAM
-      Gettler, menunjukkan adanya perbedaan kadar khlorida dari darah yang diambil dari jantung kanan dan jantung kiri,
-      Durlacher, menyatakan test yang lebih dipercaya adalah penentuan perbedaan berat jenis plasma dari jantung kiri dan kanan,
-      Polson dan Gee, berpendapat bahwa kedua test tersebut dapat dipakai sebagai data konfirmatip dalam tenggelam, dengan catatan pemeriksaan illakukan dalam beberapa jam setelah terbenam.
ANALISA DIATOMAE DAN ISI LAMBUNG
-      Pemeriksaan diatomae merupakan pemeriksaan yang pada akhir-akhir ini banyak dikerjakan, karena cukup relevant dengan pengertian: pada tenggelam dapat ditemukan diatomae, tidak di­ketemukannya diatomae tidak dapat menying­kirkan bahwa kematian korban bukan karena tenggelam,
-      Pemeriksaan isi lambung: adanya pasir atau lum­pur dan binatang air Berta tumbuhan, bersifat menunjang.
KEMATIAN MENDADAK PADA TENGGELAM DALAM AIR YANG DINGIN
Mati mendadak segera setelah seseorang masuk ke dalam air yang dingin, Bering disinggung, walau­pun tanpa penyebab langsung, oleh karena spasme larynx atau vagal reflex yang menyebabkan cardiac arrest.
Keadaan tersebut, yaitu yang mendadak tadi, hanya dapat dijelaskan oleh karena terjadinya fi­brilasi ventrikel pada korban, dan dapat dibuktikan bahwa pada orang yang masuk ke air yang dingin atau tersiram air yang dingin, dapat mernimbulkan " ventricukar ectopic beat."
-      Seorang pemuda berumur 18 tahun yang dalam kondisi fisik prima, dan perenang yang pandai, sedang berjemur di tepi kolam renang, yang temperaturnya 16°C; la kemudian menyelam dan berenang sejauh 15 meter, la kemudian naik, tetapi tiba-tiba la jatuh dan tidak sadar, setelah diberikan pertolongan selama 20 menit pemuda tadi tewas.
-      Pemeriksaan mayat tidak mendapatkan adanya kelainan, pembuluh koroner, jantung, paru­paru dan. SSP baik.
-      Pada eksperimen terhadap pemuda yang fisik­nya prima dan. berumur 20 tahun, yang "di­benamkan" sampai batas leher dalam air yang suhunya 29°C; terjadi hal sebagai berikut:
1.      Setelah 1 1/2 menit denyut jantung naik dari 61 ke 67/menit dalam irama sinus,
2.    Air dengan suhu 29°C tersebut kemudian di­siramkan ke kepala, agar tercipta keadaan se­perti terbenam sebagian, tanpa melindungi pernafasan,
3.    Denyut jantung (HR), lambat 52/menit, dan 9 detik setelah disiram, terjadi ventricular ec­topic beat, arrythmia berlangsung selama 25 detik, ketlka jantung kembali ke irama nor­mal pads 56/menit.

3 comments

  1. Unknown // 10 July 2016 at 23:19  

    apakah normal jika ditemukan mayat di laut, diperkirakan 10hari tenggelam namun bagian kepala, tangan hingga sikut, dan kaki hingga lutut hilang. tidak dilakukan otopsi tapi diperkirakan dimakan hewan, apakah normal? bagaimana analisa dokter?

  2. Unknown // 28 March 2017 at 17:30  

    Kayak bahasa terjemahan hmmn...

  3. Unknown // 13 April 2017 at 10:45  

    Google translated hik hik hik