Related Articles




Pertolongan Pertama (Fisrt Aid) Pada Kegawatdaruratan Medis


1.      HIPERPIREKSIA
Suhu 41°C atau lebih.
Tindakan   :
­ Kompres dingin pada kepala, ketiak, dan lipat paha.
­ Istirahatkan dalam ruangan sejuk dan berventilasi baik.
­ Injeksi Neonovapyron 1 cc atau Xylomidon 2 cc IM.
­ Anjurkan banyak minum.
­ Awasi suhu tiap 1 jam sampai ada penurunan.

2.      SYOK SEPTIK
Merupakan akibat septikemia oleh bakteri/toksin/candida. Pada keadaan ini terjadi inadequate tissue perfusion dengan gejala hipotensi, takikardi, takipnea, demam, menggigil, confusion, disorientasi, oliguria, diikuti dengan kegagalan multi organ (jantung, paru, ginjal). Terutama : ARDS dan ARF.
Tindakan:
­ Rawat di ICU, beri O2, pasang CVP.
­ Ambil sampel untuk kultur darah/luka/cairan tubuh.
­ Terapi cairan : NaCl 0.9% agar CVP = 10-12 cmH2O, bisa sampai 8-12 L dalam beberapa jam pertama.
­ Antibiotika awal berupa Gentamisin + Sefalosporin IV.
­ Jika perlu, beri Dopamin dan diuretika.
­ Intervensi bedah : septic focus removal.
­ Kontrol perdarahan/transfusi.

3.      KRISIS HIPERTENSI
Tanda-tanda:
­ Diastolik > 140 mmHg.
­ Ensefalopati hipertensif, ditandai dengan sakit kepala, mual-muntah, confusion, penurunan kesadaran, kejang.
­ Visual loss. Pada funduskopi terlihat perdarahan, eksudat, dan papiledema.
­ Gagal jantung, oliguria/azotemia.

Tindakan:
­ Infus Dekstrose 5% tetesan lambat.
­ Pasang O2.
­ Furosemid atau Lasix IV.
­ Obat anti hipertensi :
Intravena         : Nitroprusside, Diazoksid, Klonidin, Diltiazem
  (drip 5-15 µg/kgBB/menit)
Oral atau per sonde

Target        : Diastolik diturunkan sampai ± 110 mmHg.


4.      GAGAL GINJAL AKUT
Azotemia yang bertambah cepat dengan atau tanpa oliguria.
Penyebab:
­ Pre renal       : dehidrasi berat, perdarahan, sepsis, gagal jantung, gagal hati, luka
  bakar
­ Renal            : kerusakan tubuler akut (toksin, iskemia, kontras radiologi), nefritis
  tubulointerstisial akut (reaksi obat, pielonefritis), glomerulonefritis akut,
  DIC.
­ Post renal     : batu saluran kemih, prostatisme, tumor buli-buli/pelvis.

Tindakan:
­ Tergantung penyebabnya.
­ Dialisis harus dilakukan secepatnya.
­ Tanpa dialisis:
Bila tidak ada fasilitas dialisis, dan GGA berlangsung < 5 hari serta uncomplicated.
Batasi intake air : 500 cc + urin + kehilangan air terukur lainnya.
­ Batasi pemakaian obat-obatan yang diekskresi melalui ginjal.
­ IVFD : glukosa + asam amino esensial.

5.      HEMATEMESIS-MELENA
­ Ukur dan catat tensi, nadi, serta frekuensi dan volume hematemesis-melenanya.
­ Cito periksa Hb, Ht, dan lainnya sesuai keperluan.
­ Jika ada tanda-tanda syok (tensi turun, nadi cepat-halus, pucat, kaki-tangan dingin, sianosis):
Segera pasang infus NaCl 0.9% tetesan cepat (120 tetes/menit).
Pasang O2 2 liter/menit.
Kepala pasien diturunkan, tungkai ditinggikan (posisi Trendelenburg).
Usahakan segera transfusi. Sementara belum dapat darah, berikan infus koloid.

6.      GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DEHIDRASI/SYOK
­ Pasang infus RL dengan jarum infus yang besar (no. 18). Guyur 1-2 labu atau lebih, sesuai dengan perkiraan cairan yang hilang, atau sampai sistolik ± 100 mmHg dan kualitas nadi membaik.
­ Beri O2 2 liter/menit.
­ Awasi dan catat tensi, nadi tiap 15-30 menit sampai membaik.
­ Awasi dan catat frekuensi dan volume muntah, diare, dan jumlah cairan yang masuk.


7.      KOMA HIPOGLIKEMIK
Pada penderita yang mendapat OHO atau insulin. Gejalanya yaitu badan lemas, keringat dingin/kulit lembab, nafas dangkal-lambat, kesadaran menurun sampai koma, kadang-kadang sampai kejang.
Tindakan:
­ Injeksi dekstrose 40% IV sebanyak 25-50 cc.
­ Pasang infus dekstrose 10% 20 gtt/i.
­ Bila pasien sadar, beri minum larutan gula.
­ Pasang O2 2 liter/menit.
­ Periksakan segera kadar gula darah dan reduksi urinnya.
­ Stop pemberian OHO atau insulin.
­ Observasi kemungkinan terjadi hipoglikemia lagi.

8.      SYOK ANAFILAKTIK
Gejala timbul segera (1-15 menit) setelah pemberian suatu obat. Penyebab lainnya dapat berupa gigitan serangga atau alergi makanan. Pasien menjadi gelisah, berdebar, rasa kesemutan, gatal-gatal (timbul urtika), sesak nafas, mual-muntah, syok, penurunan kesadaran, kejang-kejang, dan bisa meninggal.
Tindakan:
­ Segera stop pemberian obat. Jika mungkin, pasang torniquet di proksimal tempat masuknya obat.
­ Kepala direndahkan, kaki ditinggikan (posisi Trendelenburg), kecuali jika ada sesak nafas.
­ Amankan jalan nafas dan beri oksigen 2-3 liter/menit.
­ Pasang infus NaCl 0.9% tetesan cepat.
­ Beri adrenalin 1:1000 sebanyak 0.3-0.5 mL IM, dapat diulangi 5-10 menit kemudian.
­ Pada kasus berat, adrenalin dapat diberikan IV perlahan-lahan dengan dosis 0.1-0.2 mL (diencerkan dalam 10 mL NaCl 0.9%).
­ Difenhidramin 50 mg IV/oral. Dapat diulangi tiap 8 jam selama 24 jam.
­ Hidrokortison 100-150 mg atau Deksametason 4-10 mg IV. Dapat diulangi tiap 8 jam selama 24 jam.
­ Observasi ketat selama 12-24 jam.


9.      KERACUNAN ORGANOFOSFAT (BAYGON)
Racun dapat masuk melalui mulut, inhalasi, atau absorpsi melalui kulit. Gejalanya antara lain pupil miosis, lakrimasi, salivasi, bronkorrhea (ronki basah), berkeringat banyak, muntah, diare, penurunan kesadaran, bisa kejang.
Tindakan:
­ Amankan jalan nafas, beri oksigen 2-3 liter/menit.
­ Pasang infus, berikan cairan maintenance (N/2-D5, N/2-D2.5).
­ Pasang NGT berukuran besar (no. 16)
­ Posisi kepala agak rendah dan badan dimiringkan untuk mencegah aspirasi.
­ Jika racun terminum < 4 jam, bilas lambung dengan air hangat 50-100 mL/kali sampai cairan lambung bersih dan tidak berbau racun.
­ Setelah lambung dikosongkan, jika ada masukkan bubur norit (activated charcoal), kemudian cabut NGT.
­ Sementara melakukan pertolongan di atas, segera injeksi atropin sulfat IV/IM 0.5-2 mg tiap 10-20 menit sampai terjadi atropinisasi yang adekuat (lakrimasi/salivasi/sekret bronkial hilang, pupil dilatasi ≥ 5 mm, takikardi). Dosis maksimal 12 mg dalam 2 jam pertama. Pertahankan atropinisasi tsb dengan dosis 2 mg selama 15-60 menit atau lebih lama tergantung keadaan.
­ Observasi ketat selama 24-48 jam.

0 comments