2.1
Definisi
Infark miokard akut (IMA) adalah kematian
otot jantung akibat suplai oksigen yang tidak mencukupi (tidak adekuat) dalam
waktu yang cukup lama. Pada umumnya terjadi oklusi trombosis pada arteri
koroner yang mengalami plak ateromatoes. Trombosis merupakan faktor utama
terjadinya iskemia akut baik pada angina pektoris tak stabil maupun IMA. IMA
merupakan keadaan berat yang terjadi akibat oklusi mendadak pembuluh koroner
atau pun cabangnya yang mengalami skerosis. Oklusi tersebut biasanya disebabkan
oleh adanya perubahan pada plak ateroma yang menyebabkan tertutupnya lumen
arteri koronaria secara mendadak.1
Menurut WHO, diagnosis IMA
ditegakkan dengan adanya dua dari tiga kriteria yaitu gejala klinis & nyeri
dada yang menjurus ke miokard infark, perubahan elektrokardiografi (EKG) dan
parameter biokimiawi (misalnya peningkatan CK-MB).1
Infark miokard yang mengenai
endokardium sampai epikardium disebut infark transmural, namun bisa juga hanya
mengenai daerah subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan, infark
sudah dapat terjadi pada subendokardium dan bila berlanjut terus rata-rata
dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Bila arteri left anterior descending yang oklusi, infark mengenai dinding
anterior ventrikel kiri dan bisa mengenai septum. Bila arteri left circumflex yang oklusi, infark
mengenai dinding lateral atau posterior dari ventrikel kiri. Bila arteri
koroner kanan yang oklusi, infark terutama mengenai dinding inferior dari
ventrikel kiri, tetapi bisa juga septum dan ventrikel kanan. Oklusi arteri
koronaria bisa juga tidak sampai menimbulkan infark bila daerah yang
diperdarahi arteri yang oklusi tersebut mendapat pasok oleh kolateral permbuluh
arteri lainnya.6
2.2 Epidemiologi
Penyakit kardiovaskuler menyebabkan
kematian 12 juta orang pertahun di dunia. Menurut WHO, pada tahun 2002 sebanyak 12.6% kematian di dunia disebabkan
oleh IMA. Di Amerika Serikat, IMA
merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian.
Dilaporkan 600 kasus per 100.000 orang dan 500.000-700.000 meninggal karena
IMA. Di Amerika Serikat kematian akibat penyakit jantung banyak dijumpai pada
kelompok umur 35-65 tahun (kelompok umur produktif). Pada penelitian ini,
kelompok umur terbanyak diatas 60 tahun, sedangkan yang meninggal juga dijumpai
diatas umur 60 tahun. Data yang ada juga menemukan bahwa 50% penderita IMA di
Amerika berumur dibawah 65 tahun. Di Inggris, ditemukan 250.000 penderita per
tahun.1,2,4,5,
Secara umum, IMA dapat terjadi pada
semua umur, tetapi peningkatan angka kejadian IMA seiring dengan umur
penderita. Angka kejadian IMA terbanyak pada umur diatas 45 tahun. IMA banyak
terjadi pada pria berumur 40-70 tahun.2,5
2.3 Etiologi
Penyebab
terbanyak IMA adalah rupturnya plak aterosklerosis dan adanya trombus. Penyebab
lain yang dapat menyertainya adalah:5
1.
Vasospasme
arteri koronaria
2.
Hipertrofi
ventrikel (ex. LVH, kelainan katup jantung)
3.
Hipoksia
4.
Emboli
arteri koronaria
5.
Penggunaan
kokain, amfetamin dan efedrin
6.
Artritis
7.
Anomali
koronaria, termasuk aneurisma arteri koronaria
8.
Peningkatan
afterload atau efek inotropik, dimana terjadi peningkatan beban miokardium
Faktor resiko terjadinya plak
aterosklerosis, yaitu:5
1.
Umur
2.
Pria
3.
Merokok
4.
Hiperkolesterolemia
dan hipertrigliserida
5.
Diabetes
Mellitus
6.
Hipertensi
yang tidak terkontrol
7.
Riwayat
keluarga
8.
Gaya
hidup
2.4
Patogenesis
Aterosklerosis
pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koronaria yang paling
sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan
fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen
pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan
meningkat dan membahayakan aliran darah miokadium. Bila penyakit ini semakin
lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang
mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar. Dengan demikian keseimbangan antara
penyediaan dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil sehingga membahayakan
miokardium yang terletak di sebelah distal dari daerah lesi.7
Lesi
biasanya diklasifikasikan sebagai endapan lemak, plak fibrosa dan lesi
komplikata sebagai berikut:9
1.
Endapan
lemak
Yang berbentuk sebagai tanda awal
aterosklerosis, dicirikan dengan penimbunan makrofag dan sel-sel otot polos
terisi lemak (terutama kolesterol oleat) pada daerah fokal tunika intima
(lapisan terdalam areri). Endapan lemak mendatar dan bersifat non-obstruktif
dan mungkin terlihat oleh mata telanjang sebagai bercak kekuningan pada
permukaan endotel pembuluh darah. Endapan lemak biasanya dijumpai dalam aorta
pada usia 10 tahun dan dalam arteri koronaria pada usia 15 tahun. Sebagian
endapan lemak berkurang, tetapi yang lain berkembang menjadi plak fibrosa.
2.
Plak
fibrosa (plak ateromatosa)
Merupakan daerah penebalan tunika
intima dan dapat diraba yang mencerminkan lesi paling khas dari aterosklerosis
lanjut dan biasanya tidak timbul hingga usia dekade ketiga. Biasanya, plak
fibrosa berbentuk kubah dengan permukaan opak dan mengkilat yang meninggi ke
arah lumen sehingga menyebabkan obstruksi. Plak fibrosa terdiri atas inti pusat
lipid dan debris sel nekrotik yang ditutupi oleh jaringan fibromuskular yang mengandung
banyak sel-sel otot polos dan kolagen. Plak fibrosa biasanya terjadi di tempat
percabangan, lekukan atau penyempitan arteri. Sejalan dengan semakin matangnya
lesi, terjadi pembatasan aliran darah koroner dari ekspansi abluminal,
remodeling vaskular dan stenosis luminal. Setelah itu terjadi perbaikan plak
dan disrupsi berulang yang menyebabkan rentan timbulnya fenomena yang disebut ruptur
plak dan akhirnya trombosis vena.
3.
Lesi
lanjut atau komplikata
Terjadi bila suatu plak fibrosa
rentan mengalami gangguan akibat kalsifikasi, nekrosis sel, perdarahan, trombosis
atau ulserasi dan dapat menyebabkan infark miokard.
Meskipun
penyempitan lumen berlangsung progresif dan kemampuan pembuluh darah untuk
berespons juga berkurang, manifestasi klinis penyakit belum tampak sampai
proses aterogenik mencapai tingkat lanjut. Fase praklinis dapat berlagsung
20-40 tahun. Lesi bermakna secara klinis yang mengakibatkan iskemia dan
disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah.7
Langkah
terakhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi
melalui:7
1.
Penyempitan
lumen progresif akibat pembesaran plak
2.
Perdarahan
pada plak ateroma
3.
Pembentukan
trombus yang diawali agregasi trombosit
4.
Embolisasi
trombus atau fragmen plak.
5.
Spasme
arteri koronaria.
2.5
Faktor resiko
Tidak
dapat diubah
|
Dapat
diubah
|
Faktor
resiko negatif
|
Usia (laki-laki ≥45 tahun, perempuan ≥55 tahun
atau menopause prematur tanpa terapi penggantian estrogen)
|
Hiperlipidemia
(LDL-C): batas atas 130-159 mg/dl, tinggi ≥160 mg/dl)
|
HDL-C
tinggi
|
Riwayat CAD pada keluarga (MI pada ayah
atau saudara laki-laki sebelum berusia 55 tahun atau pada ibu atau saudara
perempuan sebelum berusia 65 tahun)
|
HDL-C
rendah : < 30 mg/dl
|
|
Hipertensi
(≥ 140/90 mmHg atau pada obat antihipertensi)
|
||
Merokok
sigaret
|
||
Diabetes
mellitus (bergantung insulin atau tidak bergantung insulin)
|
||
Obesitas,
terutama abdominal
|
||
Ketidakaktifan
fisik
|
||
Hiperhomosisteinemia
(≥ 16 µmol/L)
|
Tabel. 2.1. Faktor resiko
aterosklerosis korener.7
2.6
Klasifikasi
Regio
infark miokard
|
Arteri
yang tersumbat
|
Lead
EKG yang mengalami perubahan
|
Anterior
|
Arteri
koronaria desendens anterior sinistra
|
V2-V5:
“lead dada anteroseptal”, biasanya juga pada lead I dan aVL
|
Inferior
|
Kanan
(biasanya)
|
II,
III, aVR “lead inferior”
|
Posterior
|
Kanan
atau sirkumfleksa
|
Sulit
dilihat : infark dinding posterior menyebabkan timbulnya gelombang R (bukan
gelombang q) pada V1 disertai depresi ST. Sering bersama-sama
dengan infark miokard inferior
|
Lateral
|
Arteri
koronaria desendens anterior sinistra cabang sirkumfleksa atau diagonal
|
I, aVL,
V5,6 “lead lateral”
|
Tabel. 2.2. Regio jantung yang
terlibat pada infark miokard.4
2.7
Diagnosis
Sindrom koroner
akut (acute coronary syndrome/ACS) meliputi spektrum penyakit dari angina
tak stabil (unstable angina),
IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST. Penyebab utama penyakit
ini adalah trombosis arteri koroner yang berakibat pada iskemi dan
infark miokard. Derajat iskemik dan ukuran infark ditentukan oleh
derajat dan lokasi trombosis.
Manifestasi unstable angina dan MI akut seringkali berbeda. Umumnya, gejala MI
akut
bersifat parah
dan mendadak, sedangkan infark miokard non‐ST elevasi (NSTEMI) atau unstable
angina
berkembang
dalam 24‐72
jam atau lebih. Pada kedua kasus tersebut tujuan awal terapi adalah untuk
menstabilkan kondisi, mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pasien.
Pasien
yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis secara cermat
apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika
dicurigai nyeri dada yang berasal dari jantung perlu dibedakan apakah nyerinya
berasal dari koroner atau bukan. Perlu dianamnesis pula apakah ada riwayat
infark miokard sebelumnya serta faktor-faktor resiko antara lain hipertensi,
diabetes mellitus, dislipidemia, merokok, stress serta riwayat sakit jantung
koroner pada keluarga. Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus
sebelum terjadi ST Elevasi Myocardial
Infarction (STEMI) seperti aktivitas berat atau stress emosi.9
2.7.1
Anamnesis
a)
Angina
pektoris tidak stabil
Keluhan pasien pada umumnya
berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang bertambah dari biasa.
Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin
timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri
dada dapat disertai keluhan sesak nafas, mual sampai muntah, kadang-kadang
disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan jasmani seringkali tidak ada yang
khas.
b)
IMA
dengan elevasi ST
Keluhan
utama IMA adalah sakit dada yang terutama dirasakan di daerah sternum, tetapi
bisa menjalar ke dada kiri atau kanan, ke rahang, ke bahu kiri dan kanan dan
pada satu atau kedua lengan. Biasanya digambarkan sebagai rasa tertekan,
terhimpit, diremas-remas, rasa berat atau panas, kadang-kadang penderita
melukiskannya hanya sebagai rasa tidak enak di dada. Walaupun sifatnya ringan
sekali, tapi rasa sakit itu biasanya berlangsung lebih dari setengah jam dan
jarang ada hubungannya dengan aktifitas serta tidak hilang dengan istirahat
atau pemberian nitrat. Pada beberapa penderita, sakit tertutupi oleh gejala
lain, misalnya sesak nafas atau sinkop.6
c)
IMA
tanpa elevasi ST
Nyeri
dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala di epigastrium dengan ciri
seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar. nyeri tumpul, rasa
penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering ditemukan.
Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki
gejala dengan onset baru angina berat memiliki prognosis lebih baik
dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu istirahat. Walaupun gejala
khas rasa tidak enak di dada iskemia pada NSTEMI telah diketahui dengan baik,
gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaporesis, sinkop atau nyeri di
lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga terjadi dalam kelompok yang
lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun
2.7.2
Pemeriksaan fisik
Pada
fase awal serangan jantung, pasien amat stress dan dapat berkeringat dingin.
Keadaan umum penderita membaik bila rasa sakit sudah dikendalikan dan sering
sekali dalam beberapa jam penderita terlihat baik. Volume dan laju denyut nadi
bisa normal, tapi pada kasus berat nadi kecil dan cepat. Aritmia dan
bradikardia juga sering dijumai. Tekanan darah biasanya menurun selama beberapa
jam atau hari dan pelan-pelan kembali ke keadaan normal dalam dua atau tiga
minggu, tetapi juga dapat menurun sampai terjadi hipotensi berat atau renjatan
kardiogenik. Kadang-kadang bisa juga terjadi hipertensi transien karena sakit
dada yang hebat.
Pada
fase awal infark miokard, tekanan vena jugularis biasanya normal atau sedikit
meningkat dan dapat juga meningkat sekali pada infark ventrikel kanan. Pulsasi
apeks sulit diraba dan bunyi jantung pertama dan kedua lemah. Bunyi jantung ke
empat dapat terdengar pada kebanyakan kasus, sedangkan bunyi jantung ke tiga
dapat ditemui bila terjadi gagal jantung. Sering terdengar bising pansistolik
diapeks yang disebabkan oleh regurgitasi melalui katup mital, akibat disfungsi
muskulus papilaris atau sekunder karena dilatasi ventrikel kiri. Bising
sistolik yang kasar yang disebabkan oleh ruptur septum interventrikuler
terdengar di linea sternalis kiri dan bila di apeks disebabkan oleh ruptur muskulus
papilaris.
Kebanyakan
gejala fisik yang abnormal di atas akan menghilang dalam waktu beberapa hari
setelah serangan infark akut kecuali pada penderita yang kerusakannya luas.
Demam jarang melebihi 38°C, biasanya terjadi dalam 24 jam pertama dan
menghilang dalam waktu beberapa hari.6
2.7.3
Elektrokardiogram
a)
Angina
pektoris tidak stabil
Pemeriksaan
EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi resiko pasien
angina tidak stabil. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan
adanya iskemia akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda iskemia atau
NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang nonspesifik seperti depresi segmen ST
kurang dari 0,5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm, tidak spesifik
untuk iskemia dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tidak stabil 4%
mempunyai EKG normal dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga normal.
b)
IMA
dengan elevasi ST
Gambaran
yang khas yaitu timbulnya gelombang Q yang kasar, elevasi segmen ST dan
inervasi gelombang T. Walaupun mekanisme pasti dari perubahan EKG ini belum
diketahui, diduga perubahan gelombang Q disebabkan oleh jaringan yang mati,
kelainan segmen ST karena injuri otot dan kelainan-kelainan gelombang T karena
iskemia.
Sandapan
dimana gambaran infark terlihat tergantung pada lokasi. Infark anteroseptal
menimbulkan perubahan pada sandapan V1-V3. Infark
anterolateral menimbulkan perubahan pada sandapan V4-V6,
sandapan I dan aVL. Infark anterior pada sandapan V1-V4
atau bahkan sampai V6, sandapan I dan aVL. Infark inferior bila ada
perubahan di sandapan II, III dan aVF. Infark posterior tidak menimbulkan
gelombang Q pada 12 sandapan standard. Walaupun demikian, hilangnya aktifitas
listrik dan bagian posterior ventrikel kiri menyebabkan gambaran gelombang R
yang tinggi di V1 dan juga terdapat gelombang Q di sandapan V7-V9.
Infark ventrikel kanan yang hampir selalu bersamaan dengan infark inferior menimbulkan
elevasi segmen ST yang transien di V4 kanan.6
c)
IMA
tanpa elevasi ST
Gambaran
EKG secara spesifik berupa deviasi segmen ST merupakan hal penting yang
menentukan rsiko pada pasien
2.7.4
Laboratorium
Leukosit sedikit
meningkat, demikian pula laju endap darah (LED), hal ini merupakan reaksi
terhadap nekrosis miokard.
Beberapa
enzim yang terdapat dalam konsentrasi tinggi di otot jantung akan dilepas
dengan nekrosis miokard, karena itu aktifitasnya dalam serum meningkat dan
menurun kembali setelah infark miokard. Jumlah enzim yang dilepas secara kasar paralel
dengan beratnya kerusakan miokard.
2.7.4.1
Serum kreatin fosfokinase
Kreatin
fosfokinase (CK) yang terdapat di jantung, otot skelet dan otak, meningkat
dalam 6 jam setelah infark dan mencapai puncaknya dalam 18 sampai 24 jam, kembali
normal setelah 72 jam. Selain pada infark miokard, tingkat abnormal tinggi
terdapat pada penyakit-penyakit otot, kerusakan serebrovaskular, setelah
latihan otot dan dengan suntikan intramuskular. Isoenzim CKMB adalah spesifik
untuk otot jantung dan sekarang dipakai secara luas untuk mendiagnosis infark
miokard.
2.7.4.2
Serum glutamic oxalo-acetic transaminase (SGOT)
Terdapat
terutama di jantung, otot skelet, otak, hati dan ginjal. Sesudah infark, SGOT
meningkat dalam waktu 12 jam dan mencapai puncaknya dalam 24 sampai 36 jam,
kembali normal pada hari ke 3 atau ke 5.
2.7.4.3
Serum lactate dehydrogenase (LDH)
Enzim
ini terdapat di jantung dan juga di sel-sel darah merah. Meningkat relatif lambat
setelah infark, mencapai puncaknya dalam 24 sampai 48 jam kemudian dan bisa
tetap abnormal 1 sampai 3 minggu. Isoenzimnya lebih spesifik.
2.7.4.4
Troponin T (TnT)
Pada
otot jantung manusia, diperkirakan 6% dari total TnT miokardial ditemukan
sebagai larutan pada sitoplasmik (fraksi bebas), yang mungkin berfungsi sebagai
prekursor untuk sintesis kompleks troponin. TnT yang larut dalam cairan sitosol
akan mencapai sirkulasi darah dengan cepat bila terjadi kerusakan miokard,
sedangkan TnT yang terikat secara struktural sirkulasi darah lebih lambat
karena harus memisahkan lebih dahulu (degradasi proteolitik) dari jaringan
kontraktil. Karena pelepasan TnT terjadi dalam 2 tahap, maka perubahan kadar
TnT serum pada IMA mempunyai 2 puncak (bifasik). Puncak pertama disebabkan oleh
pelepasan TnT dari cairan sitosol dan puncak kedua karena pelepasan TnT yang
terikat secara struktural. Sehingga pada kasus IMA, TnT kardiak akan masuk
lebih dini kedalam sirkulasi darah dari pada CK-MB sehingga dalam waktu singkat
kadarnya dalam darah sudah dapat diukur, sedangkan puncak kedua pelepasan TnT
ini berlangsung lebih lama dibanding dengan CK-MB, sehingga disebut jendela
diagnostik yang lebih besar dibanding dengan petanda jantung lainnya. Tampaknya
pelepasan troponin T beberapa jam setelah infark miokard adalah berasal dari
sitoplasma, sehingga akan mencapai sirkulasi darah dengan cepat. Sedangkan
pelepasan yang berkepanjangan akibat dari kerusakan strukstur apparatus,
sehingga untuk mencapai sirkulasi darah lebih lambat karena harus memisahkan
lebih dahulu (degradasi proteolitik) dari jaringan kontraktil . troponin T kardiak
terdeteksi setelah 3-4 jam sesudah kerusakan miokard dan masih tinggi dalam
serum selama 1-2 minggu. Dilaporkan troponin T merupakan pemeriksaan yang sangat
bermanfaat terutama bila penderita IMA yang disertai dengan kerusakan otot
skelet. Pelepasan troponin T sitolitik juga sensitif terhadap perubahan perfusi
arteri koroner dan dapat digunakan dalam menilai keberhasilan terapi reperfusi.
TnT kardiak merupakan protein spesifik miokard dan dapat dibedakan dari isoformnya
yang terdapat pada otot lurik dengan teknik imunologi. Oleh karena itu TnT
kardiak dapat digunakan untuk mendeteksi adanya nekrosis miokard pada keadaan
dimana terdapat peningkatan CK non kardiak pada cedera lurik.
Sensitifitas pemeriksaan troponin T meningkat secara
bermakna antara 0-2 jam dan > 8 jam setelah onset nyeri dada. Hasil sensitifitas
dan spesitifitas pemeriksaan troponin T meningkat secara bermakna antara 0-2
jam dan > 8 jam setelah onset nyeri dada
2.7.4.5
Pemeriksaan radio nuklir dan ekokardiografi
Kebanyakan
penderita dalam beberapa jam pertama setelah infark, defek perfusi dapat
terlihat dengan memakai Thallium 201, tetapi dapat menghilang kemudian. Technetium pyrophosphate berkonsentrasi
di area infark, membentuk hot spot beberapa jam setelah serangan, tetapi
walaupun demikian ini bukanlah tes yang amat spesifik atau sensitif.6
Pada
kebanyakan kasus, diagnosis didasarkan atas karakter, lokasi dan lamanya sakit
dada. Sakit dada yang lebih dari 20 menit dan tidak ada hubungan dengan
aktifitas atau latihan, serta tidak hilang dengan nitrat biasanya dipakai untuk
membedakannya dengan angina pektoris.
Adanya
perubahan EKG, didukung oleh tingkat serum enzim yang abnormal memperkuat
diagnosis infark miokard. Diagnosis infark miokard dapat ditegakkan bila
memenuhi 2 dari 3 kriteria, yaitu: nyeri dada khas infark, peningkatan serum
enzim lebih dari 1½ kali nilai normal dan terdapat evolusi EKG khas infark.6
2.8
Diagnosis banding
1.
Emboli
paru yang pasif
2.
Perikarditis
akut
3.
Diseksi
aneurisma aorta
2.9
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada IMA, yaitu:6
1.
Gangguan
irama dan konduksi
Terjadi pada 95% pasien dengan
IMA. Sinus takikardi sering dijumpai dan merupakan petunjuk beratnya penyakit.
Sinus takikardi sering ditemui pada saat infark akut, kadang-kadang merupakan
bagian dari sindroma vasovagal, terutama yang berhubungan dengan IMA dan bisa
juga diprovokasi oleh morfin atau digitalis. Gangguan ini biasanya ringan
tetapi dapat menyebabkan hipotensi atau menimbulkan irama ektopik.
2.
Renjatan
kardiogenik
Renjatan disebabkan oleh
kerusakan miokard yang luas, biasanya lebih dari 40% dinding ventrikel terkena
infark. Gambaran klinis penderita ini adalah hipotensi disertai berkeringat
dingin, akral dingin, gelisah, dan keadaan memburuk terus sampai tekanan darah
tidak terukur. Renjatan jarang disebabkan oleh ruptur muskulus papilaris atau
defek septum ventrikrl (VSD)
3.
Gagal
jantung kiri
Gagal jantung kiri jarang ditemui
pada serangan IMA., tetapi bila terjadi pada 2/3 penderita biasanya timbul
dalam waktu 48 jam. Pada penderta gagal jantung, selain takikardi bisa
terdengar bunyi jantung ke tiga, krepitasi paru yang luas dan terlihat kongesti
vena paru atau edema paru pada foto rontgen toraks.
4.
Gagal
ventrikel kanan
Gagal ventrikel kanan ditandai
oleh peningkatan vena jugularis dan sering ditemui hari-hari pertama sesudah
infark akut. Infark ventrikel kanan, yang hampir selalu bersamaan dengan infark
dinding inferior dapat menyebabkan tekanan vena yang tinggi dan sindroma
renjatan, walaupun fungsi ventrikel kiri masih baik.
5.
Emboli
paru dan infark paru
Lebih dari 20 tahun yang lalu
emboli paru merupakan penyebab kematian pada 3% penderita IMA yang masuk rumah
sakit. Dugaan emboli paru ada bila timbul hipotensi mendadak atau gagal jantung
beberapa hari setelah serangan infark miokard dan juga bila terdapat sakit
pleura dengan atau tanpa hemoptisis.
6.
Emboli
arteri sistemik
Emboli biasanya terjadi dari trombus
mural yang terdapat di ventrikel kiri atau atrium kiri dan sering menimbulkan
hemiplegia.
7.
Sumbatan
pembuluh darah otak
Emboli serebri merupakan salah
satu penyebabnya, tetapi infark serebri dapat ditimbulkan oleh penurunan aliran
darah pada penderita dengan penyakit pembuluh darah serebral.
8.
Ruptur
jantung
Ruptur dinding ventrikel kiri
adalah 10% dari semua penyebab kematian pada infark miokard dan terutama
mengenai penderita tua dan hipertensi.
9.
Disfungsi
dan ruptur muskulus papilaris
Bila terjadi ruptur muskulus
papilaris, terjadi gagal jantung kiri mendadak yang bersamaan dengan timbulnya
bising pansistolik yang keras diapeks. Kematian bisa terjadi dalam beberapa jam
atau hari.
2.10
Penatalaksanaan
Pengobatan
ditujukan untuk sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh koroner
sehingga reperfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut, serta
mencegah kematian mendadak dengan memantau dan mengobati aritmia maligna.
Pendekatan
tata laksana IMA mengalami perubahan dalam dekade terakhir ini dengan adanya
obat-obat trombolitik. Trombolitik bahkan dapat diberikan sebelum dibawa
kerumah sakit bila ada tenaga yang terlatih. Dengan trombolitik kematian dapat
diturunkan sebesar 40%.6
Diagram. 2.1 Algoritma tata
laksana IMA (Klik untuk memperbesar gambar).6
2.10.1
Oksigen
Suplemen
oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri < 90%.
Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam
pertama.9
2.10.2
Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin
sublingual dapat diberikan dengan aman dosis 0,3 mg dan dapat diberikan sampai
3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada, NTG juga dapat
menurunkan suplai oksigen miokard dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara
dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral.9
Nitrogliserin
|
Dosis
|
Tablet
sublingual
|
0,2-0,6
mg/5 menit
|
Spray
|
0,4
mg/5 menit
|
Transdermal atau
pasta
|
0,2-0,8
mg/jam
|
Intravena
|
5-200
mcg/menit
|
Tabel 2.3 Penggunaan
Nitrogliserin dan dosisnya.2
2.10.3
Aspirin
Aspirin
merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada
spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang
dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukkal
dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral
dengan dosis 75-162 mg.
2.10.4
Mengurangi/menghilangkan nyeri dada.9
Morfin
Morfin
sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam
tatalaksana nyeri dada. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang
dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg.
2.10.5
Penghambat beta
Jika
morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta iv, selain
nitrat mungkin efektif.
Beta 1 Blocker
|
Dosis
|
Metoprolol
|
25-200 mg/12
jam
|
Atenolol
|
25-200
mg/24 jam
|
Esmolol
|
50-300
mcg/kg/menit (iv)
|
Betaxolol
|
5-20 mg/24
jam
|
Bisoprolol
|
5-20 mg/24 jam
|
Acebutolol
|
200-600 mg/12
jam
|
Tabel
2.4. Penggunaan Beta 1 Blocker dan dosisnya.2
2.10.6
Obat fibrinolitik
Tujuan utama fibrinolisis adalah restorasi cepat
patensi arteri koroner. Terdapat beberapa obat fibrinolitik antara lain: tissue plasminogen activator (tPA),
streptokinase, tenekteplase (TNK) dan reteplase (rPA). Semua obat ini bekerja
dengan cara memicu konversi plasminogen menjadi plasmin, yang selanjutnya
melisiskan trombus fibrin.9
a)
Streptokinase (SK)
Merupakan fibrinolitik non
spesifik fibrin. Pasien yang pernah terpajan dengan SK tidak boleh diberikan
pajanan selanjutnya karena terbentuknya antibodi. Reaksi alergi tidak jarang
ditemukan. Manfaat mencakup harganya yang murah dan insidens perdarahan
intrakranial yang rendah. Pada terapi dengan streptokinase heparin diberikan
bila ada infark luas, tanda-tanda gagal jantung atau bila diperkirakan bahwa
penderita akan dirawat lama. Cara pemberian heparin adalah bolus 5000 unit
intravena dilanjutkan dengan infus kurang lebih 1000 unit per jam selama 4-5
hari dengan menyesuaikan APTT 1,5 sampai 2 kali nilai normal.6,9
b)
Tissue
Plasminogen Activator (tPA)
c)
Reteplase
Pemberian dengan dosis bolus
lebih mudah karena waktu paruh yang lebih panjang
d)
Tenekteplase
Keuntungannya mencakup
memperbaiki spesifisitas fibrin dan resistensi tinggi terhadap plasminogen activator inhibitor.
2.11
Prognosis
Pada 25%
episode IMA, kematian terjadi mendadak dalam beberapa menit setelah serangan,
karena itu banyak yang tidak sampai ke rumah sakit. Mortalitas keseluruhan
15-30%. Resiko kematian tergantung pada banyak faktor, termasuk usia, riwayat
penyakit jantung koroner sebelumnya, adanya penyakit lain dan luasnya infark.
Mortalitas serangan akut naik dengan meningkatnya umur. Kematian kira-kira
10-20% pada usia dibawah 50 tahun dan 20% pada usia lanjut.
Colorectal cancer, cancer of the large intestine, is the fourth most common cancer in North America. Many cases of colorectal cancer are associated with low levels of physical activity and with diets that are low in fruits and vegetables. Individuals with a family history of the disease have a higher risk. I crumble with this disease for 5 years also with a lot of scaring thought in my head because i was just waiting for death every day of my life until My Son came to me in the hospital explaining to me that he has find a herbal healer from Nigeria to cure my Colo-Rectal Cancer,I was so shocked with the ideal also i was excited inside of me.My son asked me to let us give him a try because we have really heard a lot of scammer pretending to cure all sort of diseases with herbal medicine and some of them never get a positive result at the end of it all but we was very confident on this herbal doctor,like i said we give him a try and he sent me a herbal medicine to drink for three weeks, Sincerely I'm telling you today I' alive and healthy no more laying on sick bed,No more Colo-Rectal Cancer.I'm sharing this testimony on here for people who are sick to contact this Wonderful man,His name is Dr Itua.And His contact ___Email_drituaherbalcenter@gmail.com.
Website: www.drituaherbalcenter.com
He can cure those diseases like:
Bladder cancer
Breast cancer
Colorectal cancer
Kidney cancer
Leukemia
Lung cancer
Non-Hodgkin lymphoma
Prostate cancer
Skin cancer
Uterine cancer
Hiv/Aids
Stroke
Herpes
Hepatitis
Love Spell
Diabetes